Empat Prinsip Tingkatkan Kualitas Lulusan Sarjana Gizi

Oleh :
Qithfirul Fahmi

Guna meningkatkan kualitas lulusan Program Studi (Prodi) Gizi, ada empat prinsip yang perlu ditanamkan dalam kegiatan dosen untuk mahasiswa. Prinsip tersebut yaitu berpikir kritis lintas disiplin, komunikasi oral dan menulis yang baik, kolaborasi dengan stakeholders yang tidak hanya kesehatan saja, serta memahami sentuhan digitalisasi. Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Hardinsyah, MS., Ketua Umum Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) dalam Workshop Kurikulum Prodi Sarjana Gizi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKK UMJ) secara daring, Selasa (31/01).

Hardinsyah menjelaskan tentang sekilas AIPGI dan kesepakatan AIPGI tentang Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia. Dari uraiannya didapatkan bahwa kurikulum Sarjana Gizi harus disusun berdasarkan prinsip umum, dalam hal ini adalah regulasi yang berlaku dan bahan kajian yang disepakati. Terkait minimal Satuan Kredit Semester (SKS) yang ditempuh oleh mahasiswa totalnya adalah 141 SKS. Selain itu dari total SKS pendidikan Sarjana Gizi tersebut, minimal 67% untuk pencapaian kompetensi utama, selebihnya untuk keunikan kompetensi masing-masing Prodi agar menjadi keunggulannya.

Baca Juga : Dukung Upaya Pemerintah Mencegah Stunting, Mahasiswa Prodi Gizi FKK Berhasil Peroleh Pendanaan PKM-PM

Kurikulum tersebut untuk mewujudkan peran lulusan gizi, yang terdapat dalam Surat Keputusan Nomor 002/SK/AIPG/I/2020 tentang Penetapan Bahan Kajian Kurikulum Program Sarjana Gizi (Nutrisionis), yang mengarahkan implementasi kepada masyarakat dilakukan berbasis ilmiah dan holistik di bidang gizi masyarakat. Hardinsyah secara khusus memberikan saran agar UMJ mendirikan Prodi (Profesi) Dietisien.

Menanggapi saran tersebut, Wakil Rektor I UMJ Dr. Muhammad Hadi, M.Kep., berharap bahwa bantuan dari para pihak yang terkait dengan pendidikan gizi bisa mendorong UMJ untuk memilik Prodi (Profesi) Dietisien. “Ini menjadi tantangan bagi Dekan dan Kaprodi Gizi untuk menyiapkan SDM dan sumber daya lain, termasuk wahana prakteknya,” pungkas Hadi.

Muhammad Hadi saat sambutan dalam Workshop Kurikulum Prodi Sarjana Gizi FKK UMJ secara daring, Selasa (31/01).

Hadi juga mengatakan bahwa kurikulum layaknya resep ketika membuat makanan. “Kurikulum adalah inti dari absahnya pendidikan suatu profesi. Jadi, kalau mau memasak, kurikulum ini adalah resepnya,” tutur Hadi. Hadi menambahkan bahwa dalam penyusunan kurikulum Prodi Sarjana Gizi perlu memperhatikan Visi UMJ, yaitu Terkemuka, Modern, dan Islami di tahun 2025.

Dekan FKK UMJ Dr. dr. Muhammad Fachri, Sp.P, FAPSR, FISR., menyatakan bahwa kurikulum Prodi Gizi perlu dibenahi agar menjadi Prodi yang unggul. “Memang kurikulum itu mesti kita perbaiki dan sempurnakan dari waktu ke waktu. Prodi gizi ini walaupun relatif baru di FKK, tetapi kemajuannya sangat baik dan cepat,dilihat dari pencapaian dosen, mahasiswa, dan prestasinya. Salah satunya wisudawan terbaik kemarin. Namun begitu, tetap perlu diupayakan dibenahi supaya ke depan memperbaiki juga kualitas Prodi Gizi,” jelasnya.

Workshop kurikulum ini semakin mendalam dengan diskusi untuk memberikan saran dan masukan dari para peserta undangan. Workshop menghadirkan pakar dan praktisi dari berbagai lembaga dan instansi yaitu Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Dirjen Kemenkes RI, Kolegium Gizi Indonesia, Ikatan Sarjana Gizi Indonesia, Instalasi Gizi RS Islam Jakarta Cempaka Putih, Instalasi Gizi RSPAD Gatot Subroto, Kasudin Kesehatan Jakarta Pusat, Puskesmas Kecamatan Cempaka, Puskesmas Kecamatan Tanah Abang, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal, KIGI, Sudinkes Jakarta Pusat, serta sivitas akademika UMJ. (QF/KSU) (QF/KSU)

pkv games
bandarqq
dominoqq
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/dominoqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/bandarqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/pkv-games/