Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Dr. Apt. Salmah Orbayinah, M.Kes., menyebut Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta (SPs UMJ) Prof. Masyitoh, M.Ag., sebagai sosok perempuan yang dijadikan contoh. Hal ini disampaikan saat memberikan testimoni pada Tasyakuran dan Bedah Buku 70 Tahun Ilmu dan Pengabdian yang diselenggarakan di Auditorium dr. Syafri Guricci, Kamis (21/12/2023).
Baca juga : Pimpinan Wilayah Aisyiyah DKI Jakarta Gelar Pra Rakerwil
Kegiatan Ini menghadirkan para penulis buku yang merupakan dosen, sahabat, dan tim dari SPs UMJ. Hadir pula Dra. Hj. Siti Noordjannah Djohantini, M.M., M.Si., beserta jajaran pengurus PP Aisyiyah, kerabat, dan keluarga Prof. Masyitoh untuk memberikan testimoni atas buku yang disusun sebagai hadiah pada hari kelahirannya yang jatuh pada 25 Desember itu.
Pada kesempatan itu, Salmah menyampaikan bahwa Masyitoh adalah perempuan yang sukses di bidang akademik dan organisasi. “Di bidang akademik beliau memberikan contoh pada kita dengan meraih gelar profesor. Pencapaian itu diiringi dengan prestasi luar biasa karena dilalui sambil mengemban tugas lain seperti menjadi wakil dekan, rektor, hingga Direktur Sekolah Pascasarjana,” ungkap Salmah.
Diketahui Masyitoh merupakan kader Muhammadiyah yang telah aktif menjadi pengurus PP Aisyiyah selama empat periode kepengurusan. Ia juga pernah diamanahkan sebagai Majelis Dikdasmen dan Sekretaris Majelis Ekonomi.
Salmah mengaku meskipun saat ini ia merupakan Ketua Umum, namun banyak belajar dan mencontoh Masyitoh dalam hal kepemimpinan. “Beliau memiliki pola kepemimpinan yang tegas, penuh kedisiplinan dan berani mengambil risiko. Di Aisyiyah beliau adalah pimpinan yang tidak sekadar berkata-kata tapi memberikan contoh konkret untuk kita semua,” tutur Salmah.
Usia 70 tahun tidak membuat gerak Masyitoh untuk berkhidmat di Aisyiyah berhenti. Salmah menegaskan bahwa sampai kapan pun Masyitoh akan terus berkhidmat karena Aisyiyah tidak mengenal usia. Testimoni senada juga datang dari Rektor UMJ Prof. Dr. Ma’mun Murod, M.Si., yang akrab memanggil Masyitoh dengan sebutan Ibunda.
Menurutnya, Masyitoh dapat dijadikan contoh karena berhasil mematahkan stereotip perempuan yang dianggap hanya memiliki peran domestik yaitu dapur, sumur, dan kasur. “Perempuan pada tahun itu masih jarang yang mengenyam pendidikan tinggi, apalagi sampai guru besar. Itu mematahkan stereotip perempuan pada zaman itu,” kata Ma’mun.
Ma’mun kemudian menyerahkan kenang-kenangan secara simbolis pada Masyitoh. Tak hanya Ketua Umum PP Aisyiyah dan Rektor UMJ. Beberapa kerabat lainnya juga memberikan testimoni positif terhadap sosok Masyitoh yang telah mengabdi pada persyarikatan Muhammadiyah, khususnya UMJ.
Sekjend Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Titien Pamudji, S.IP., mengaku memiliki gerak yang sama dengan Masyitoh selama di Kowani. Ia menerangkan bahwa Masyitoh adalah sosok paling sering ditugaskan menjadi narasumber. “Beliau orang yang sangat tegas dan komitmen terhadap tanggung jawabnya,” pungkas Titien.
Sederet nama lainnya seperti Prof. Abdul Gofur, Ketum HIMPAUDI Dr. Betti Nuraini, MM, mahasiswa dan alumni SPs UMJ memberikan testimoni melalui banyak cara di antaranya membaca puisi. Suasana haru hadir tatkala video pendek berdurasi kurang lebih tujuh menit tentang sosok Masyitoh ditampilkan.
Kegiatan ini dihadiri pula oleh Anggota BPH UMJ, para Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, mahasiswa dan alumni SPs UMJ, serta kerabat dan keluarga.
Editor : Dian Fauzalia
