Banyak Masyarakat yang Tidak Terdiagnosis Diabetes Melitus

Oleh :
Qithfirul Fahmi
Esti Widiastuti (kiri) menyampaikan materi Diabetes Melitus, yang dimoderatori mahasiswi FKM UMJ Maysi Kamia dan Annisa Hana Fitriani (kanan) secara daring, Selasa (3/23).

Pengidap penyakit diabetes melitus (DM) di Indonesia terus meningkat dari 10,7 juta pada 2019 menjadi 19,5 juta pada tahun 2021. Angka tersebut bahkan belum termasuk orang yang tidak terdiagnosis atau undiagnosed. Ketua Tim Kerja Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dr. Esti Widiastuti M, MScPH., menyampaikan bahwa masyarakat perlu memeriksakan diri secara berkala pada tenaga kesehatan atau dokter untuk mencegah DM.

Hal tersebut disampaikan dalam agenda Live Education: Obrolan Seputar Diabetes, yang digelar oleh Peminatan Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta pada Selasa (3/23). “Paling tidak satu kali selama satu tahun untuk periksa,” tutur Esti. Ia juga mengatakan bahwa pemerintah Indonesia sudah memberikan beberapa program agar pengidap penyakit DM tipe satu maupun tipe dua dapat berkurang dan/atau tidak ada.

Sebelumnya, Esti mengawali diskusi melalui definisi singkat tentang DM, menurutnya, DM disebut sebagai penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa yang tinggi. “Hal ini karena gula tidak bisa dipakai oleh tubuh, sehingga gula yang sudah dikonsumsi tidak dapat dipergunakan oleh tubuh. Kenapa bisa begitu? Karena tubuh itu perlu ada insulin, dan insulin ini adalah kuncinya,” ujarnya.

Esti menyampaikan bahwa secara umum DM timbul erat kaitannya dengan gaya hidup, namun juga ada yang berasal karena keturunan. Menurut International Diabetes Federation (IDF), jumlah orang Indonesia dengan diabetes terus meningkat dari 10,7 juta pada 2019 menjadi 19,5 juta pada tahun 2021. Hal ini sangat disayangkan Esti, karena Indonesia dengan bonus demografi seharusnya bisa memanfaatkan dengan masyarakat yang sehat, produktif, dan berkarya, bukan mengidap penyakit berbahaya itu.

Menurutnya selain pola hidup yang sehat, pencegahan DM dapat dilakukan dengan dua cara lainnya yaitu, pertama, tingkatkan pemahaman dan mengajak masyarakat sekitar paham isu-isu kesehatan dengan berbagai sumber yang kredibilitasnya terjamin. Kedua, waspada terhadap hasil screening. “Harus diyakinkan oleh tenaga kesehatan, dan harus dibiasakan secara teratur periksa gula darahnya, dikontrol dengan baik agar tidak komplikasi,” tambah Esti.

Di penghujung obrolan, Esti mengingatkan bahwa bagi yang sudah didiagnosis menderita diabetes, kalau terkena tidak ada kata sembuh tapi terkontrol, karena dengan kontrol tersebut orang-orang yang mengidap DM dapat menjalani kehidupan seperti orang normal. Peran mahasiswa sangat diharapkan, selain menjaga pola hidup diri sendiri dengan baik, patut menyuarakan dan mensosialisasikan bahaya dan pencegahan DM di masyarakat.

Live Education Epidemiologi FKM UMJ bertemakan “Tingkatkan Pengetahuan dan Tingkatkan Kewaspadaan”. Rencananya kegiatan akan diadakan sebanyak lima sesi di waktu berbeda, dengan membahas berbagai penyakit yang ada di Indonesia. Program ini ditayangkan secara langsung dan dapat disaksikan ulang di akun instagram @epid_fkmumj, dengan tujuan untuk mengetahui faktor resiko, pencegahan, hingga pengendaliannya kepada masyarakat. (QF/KSU)

pkv games
bandarqq
dominoqq
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/dominoqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/bandarqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/pkv-games/