Sebab Kita Kesusahan Menulis Skripsi

(Ilustrasi : KSU/Fachrul Rozi)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, skripsi adalah karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya. Banyak mahasiswa yang terkendala, macet, mandek, bahkan tidak selesai menulis skripsi. Tidak jarang ada cerita mahasiswa yang sampai depresi dan stress karena skripsi. Seberapa sulit sih menulis skripsi? Banyak dari kita kesulitan mengerjakan skripsi. Kenapa ya?

Oke, kita mulai investigasi perkara sulitnya menulis skripsi. Pertama, kita perlu menyiapkan beberapa pertanyaan investigasi. Apa yang dimaksud dengan skripsi? Bagaimana proses menulis skripsi? Kenapa mahasiswa kesulitan menulis skripsi? Apa kendala yang ditemukan mahasiswa saat menulis skripsi?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa skripsi merupakan syarat wajib. Tulisan ilmiah ini dilakukan dengan menggunakan riset atau penelitian. Menurut KBBI, riset adalah penyelidikan (penelitian) suatu masalah secara bersistem, kritis, dan ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian, mendapatkan fakta yang baru, atau melakukan penafsiran yang lebih baik. Riset bukan hanya dilakukan oleh saintis di laboratorium yang menggunakan pipet, mikroskop, dan alat lainnya. Riset juga dibutuhkan oleh kita semua tidak terkecuali. Misalnya jika kita sedang merintis usaha, kita tentu perlu riset sebagai metode untuk mengembangkan produk, menganalisis kebutuhan pasar, dan lainnya.

Sadar atau tidak, keseharian kita banyak dipenuhi dengan riset. Contoh paling kecil yang sering kita alami adalah kita akan spontan menambahkan bumbu pada masakan setelah mencicipi jika masakan terasa kurang sedap. Proses mencicipi makanan itu adalah salah satu tahap dalam melakukan riset. Kita akan merasakan bahwa ada masalah pada masakan tersebut, maka kita akan berpikir untuk menemukan solusi agar masalah tersebut terpecahkan. Solusinya tergantung pada masalah yang timbul. Kalau rasanya kurang asin, maka solusinya adalah menambahkan garam.

Lalu sebab apa yang mengakibatkan mahasiswa kesulitan menulis skripsi? Dari pengertian riset, kita dapat melihat bahwa proses melakukan penelitian memerlukan tahap awal yakni menemukan ‘masalah’. Riset tidak akan terjadi kalau tidak ada masalah. Persis seperti Aristoteles dan kawan-kawannya yang dulu banyak berpikir untuk memecahkan dan menemukan jawaban atas rasa penasarannya, lalu kita sebut itu sebagai sikap kritis. Sikap kritis para pemikir tidak berangkat dari hal-hal jauh, melainkan dari hal terdekat dan diawali dengan pertanyaan. Sesederhana itu, hanya sebuah pertanyaan. Kita sering sekali dilempar pertanyaan kemudian antusias mengutarakan jawaban. Namun ketika diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan, kita sering gagap. Menyusun pertanyaan penelitian, misalnya. Kita harus akui bahwa kita memang tidak terbiasa untuk membuat pertanyaan dibanding pernyataan. Kita harus akui bahwa kita kesulitan bertanya.

Ingat bagaimana proses belajar kita dari sekolah dasar hingga menengah atas? Kita belajar secara tekstual, mendengarkan guru menjelaskan pelajaran yang kesemuanya ada di buku pelajaran (kita sebut itu ‘buku paket’) lalu berlanjut dengan mengisi soal di buku Lembar Kerja Siswa (LKS). Kita terbiasa menghafal apa yang ibu dan bapak guru berikan. Kita terbiasa menghafal jawaban soal ujian. Kita terbiasa menerima tanpa mencari tahu lebih dalam tentang apa yang kita pelajari. Kita terbiasa untuk tidak mencari pengetahuan sendiri dari lingkungan sekitar. Kita terbiasa dan sangat akrab dengan itu semua. Alhasil kita tidak terbiasa mencari tahu, melainkan sudah nyaman berada di zona ‘dikasih tahu’. Kita tidak diajarkan untuk memupuk sikap kritis sejak kecil, tiba-tiba saja diminta menjadi mahasiswa kritis.

Kalau begitu, salah sistem pendidikan kita dong?

Kompleks. Daripada bahas soal system pendidikan kita, lebih baik coba ubah cara belajar kita dengan memanfaatkan ruang kelas sebagai ruang belajar bersama, tumbuh bersama, berkembang bersama, dan maju bersama.

Kita harus menciptakan ruang kelas yang terbuka dan inklusif bagi siapapun. Ruang kelas yang aman untuk memberikan pertanyaan, mengutarakan pendapat, dan membuka pandangan. Sehingga ruang diskusi tumbuh subur dan menghasilkan banyak sudut pandang. Karena itulah kreatifitas dalam menyusun pertanyaan harus terus dilatih untuk memantik adanya diskusi. Caranya selain rasa ingin tahu, kepekaan terhadap lingkungan sekitar juga dibutuhkan. Ruang diskusi ini yang bisa kita manfaatkan untuk memupuk sikap kritis dengan rasa ingin tahu dan kepekaan. Kuncinya satu, berani bertanya.

Kerja sama antara dosen dan mahasiswa diperlukan untuk menciptakan atmosfer kelas yang inklusif demi memantik rasa ingin tahu, sikap kritis, dan kepekaan semua orang yang terlibat dalam ruang kelas.

Membiasakan diri bertanya akan memudahkan kita dalam melakukan riset dan menuliskannya.

Ini memang bukan satu-satunya sebab kita kesusahan menulis skripsi, coba deh teliti sebab-sebab lainnya yang kamu alami. Siapa tahu ada solusinya. Anggap saja pemanasan sebelum riset beneran. (DN)

pkv games
bandarqq
dominoqq
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/dominoqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/bandarqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/pkv-games/