Menyoal Narasi “Kepemimpinan Masa Depan” Dalam Ruang Debat Pilpres 2024

Menyoal Narasi “Kepemimpinan Masa Depan” Dalam Ruang Debat Pilpres 2024
(Ilustrasi : KSU/ FIldzah Nur Fadhilah)

Pesta demokrasi Pemilu 2024 akan segera tiba. Gegap gempita berita politik di seluruh media begitu masif, baik di portal-portal media maupun di media sosial. Kita bisa menyaksikan di sepanjang jalan raya maupun perkampungan berserakan wajah-wajah baru, maupun wajah-wajah lama, calon legislatif di setiap daerah. Kesan yang terlihat adalah mengurangi keindahan lingkungan, terlihat kumuh, dan kurang sedap dipandang mata. Ketika berita   mengenai paslon (pasangan calon) presiden dan janji-janji yang dikemas begitu indah, di lain pihak banyak berita tentang pembunuhan atau KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) terjadi akibat tekanan ekonomi.

Akhir-akhir ini kita banyak menyaksikan di beranda media sosial bertebaran berita pembunuhan. Hampir setiap hari, kita disuguhi berita tentang kekerasan. Betapa miris melihat persoalan yang dihadapi masyarakat saat ini begitu banyak, dan masalah utamanya adalah ekonomi. Kasus yang terjadi pada berita (Prastiwi. D: 9 Desember 2023, Liputan6.com) tentang pembunuhan 4 orang anak oleh ayah kandung telah merobek nurani kita. Aparat kepolisian saat ini sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus 4 bocah tewas diduga dibunuh oleh ayah kandung di sebuah rumah kontrakan di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Hasil autopsi diperkirakan korban sudah meninggal 3-5 hari yang lalu, sejak ditemukan Rabu 6 Desember 2023. Adapun Panca (pelaku) dijerat dengan Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman mati. Ini adalah salah satu dari begitu banyak kejadian akhir-akhir ini.

Lalu apa korelasinya dengan perhelatan Pemilu 2024, dalam hal ini tentang debat presiden? Tentunya masyarakat berharap debat bisa menjadi solusi bagi persoalan-persolan yang dihadapi, terutama persoalan ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Visi dan misi serta strategi para paslon diharapkan dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. Bukan hanya sekadar janji dan pencitraan semata dalam ruang digital.

Saiful Mujani, pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) sekaligus doktor ilmu politik lulusan Ohio State University), menyimpulkan berdasarkan kajian elektabilitas yang dilakukannya bahwa debat capres-cawapres tidak berpengaruh secara signifikan terhadap suara pemilih. Menurutnya, jika mengukur elektabilitas dari hasil survei sebelum debat dan hasil survei setelah debat, dari rangkaian pilpres 2004 sampai 2019 yang lalu, pengaruh debat tidaklah terlalu besar. Orang-orang yang menonton debat cenderung sudah menjadi partisan. Sementara, para pemilih mengambang atau undecided voters kebanyakan tidak terlalu berminat dan tidak terjangkau oleh debat tersebut.

Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas periode 29 November hingga 4 Desember 2023, sebanyak 28,7% responden belum menentukan pilihan menjelang Pilpres 2024. Di samping itu Direktur Algoritma Research and Consulting sekaligus dosen ilmu politik dari Universitas Indonesia, Aditya Perdana, menilai debat capres masih dapat mempengaruhi masyarakat yang mencari kejelasan terkait program yang diusung masing-masing paslon.

Menurut Saiful Mujani, selama empat kali pemilihan presiden, perbandingan suara sebelum debat dan pasca debat tidak menunjukkan perubahan signifikan. Bahkan, jumlah orang yang menonton debat capres yang disiarkan secara langsung pun cenderung sedikit dibandingkan dengan total pemilih 204 juta orang (https://www.bbc.com/indonesia/articles).

Menurut Stuart Hall, media memiliki peran dalam mempertahankan dominasi yang kuat dan mengeksploitasi kelompok yang miskin dan tidak berdaya. Ideologi diartikan sebagai “kerangka kerja mental” yang terdiri dari bahasa, konsep, kategori, citra pemikiran, dan representasi yang digunakan oleh berbagai kelas dan kelompok sosial untuk memahami, mendefinisikan, meneliti, dan menjelaskan cara kerja masyarakat. Banyak dari kita tidak menyadari ideologi yang kita miliki dan dampak signifikan yang dapat dimilikinya dalam kehidupan kita. Media mainstream, menurut penelitian komunikasi massa di Amerika Serikat, menyajikan mitos pluralisme demokratis dan mengabaikan persaingan kekuasaan yang disembunyikan oleh media. Untuk menghindari pemisahan ilmiah yang ketat, Hall lebih memilih istilah studi budaya daripada studi media. Artikulasi merujuk pada upaya berbicara melawan penindasan dan mengaitkan penaklukan tersebut dengan media komunikasi. Karena salah satu tujuan Hall adalah untuk mengungkap ketidakseimbangan kekuatan dalam masyarakat, ia menyatakan bahwa pendekatan studi budaya menjadi sah jika dapat “mendekonstruksi” struktur saat ini dari lembaga riset media yang gagal mengatasi ideologi. Studi budaya memiliki keterkaitan erat dengan teori kritis, tetapi lebih menekankan resistensi daripada rasionalitas. Hall meyakini bahwa tujuan dari teori dan penelitian adalah memberdayakan orang-orang yang terpinggirkan untuk mengubah dunia.

Pada prateknya pelaksanaan demokrasi di negara kita masih menghadapi berbagai tekanan. Media sebagai salah satu kekuatan dalam membangun opini publik telah berkontribusi signifikan dalam menciptakan narasi-narasi politik, ekonomi dan sosial di ruang publik. Narasi “Berkeadilan” bagi semua masyarakat dan semua warga negara yang dikonstruksi selama ini di ruang debat presiden dari berbagai periode belum menyentuh secara signifikan pada persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat. Masyarakat terpinggirkan hanya sebagai “tool” untuk menggemukakan perolehan suara, menjadi pesorak, dan bahkan pesakitan, sesudah itu ditinggalkan dan menjadi penonton para elit politik yang menggelar drama romantisme politik yang berjilid-jilid. Pada akhirnya semua hanya sebatas “bayangan” yang menghipnotis dan janji yang terkhianati akan sebuah kehidupan yang adil bagi semua masyarakat.

Tanggal 7 Januari 2024, merupakan pelaksanaan debat ketiga Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Debat ketiga ini mempertemukan ketiga capres. Pada debat ketiga ini tema yang diangkat adalah Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional dan geopolitik. Tayang di MNC TV, iNews, RCTI, dan GTV. Pembicaraan menarik saat Pak Anies mengupas isu-isu cyber dan mengemukakan secara komprehensif ancaman-ancaman terhadap Indonesia, Pak Prabowo mengutamakan tentang ketahanan di bidang militer dan meneruskan politik Indonesia bebas aktif, sedangkan Pak Ganjar mengedepankan program-program seperti UMKM yang akan go internasional.

Pembahasan tidak melulu tentang perang secara fisik. Sub pembahasan meliputi; politik luar negeri, globalisasi, geopolitik dan pertahanan keamanan. Anies Baswedan mengungkapkan bahwa serangan cyber adalah salah satu ancaman non tradisional yang semakin hari semakin masif, oleh karena itu perlunya sistem yang komprehensif kelembagaan, serta mekanisme merespon serangan cyber agar bisa diatasi dengan cepat. Anies mempertanyakan ada anggaran pertahanan yang besar namun bukan dialokasikan pada ancaman yang besar.

Sementara itu Prabowo membahas tentang AI dan menguasai teknologi, karena menurutnya bukan barang yang kita beli tapi sistemnya. Sedangkan Ganjar Pranowo berbicara tentang sistem security yang baik, jangan ada korupsi, hingga kemungkinan BRIN dilibatkan dalam membangun sistem tersebut.

Pada tema Hubungan Internasional: Anies Baswedan mengutarakan keinginannya  merangkul semua hal  yang telah menjadi agenda kita dan presiden akan menjadi panglima dalam skala internasional, tidak hanya sebagai pendengar. Anies juga menyoroti isu climate crisis yang akan menjasi perhatian utama.

Dalam frma yang sama Prabowo membahas tentang strategi menyusun peta jalan yang lebih komplit. Menurutnya dalam hubungan internasional ada kepentigan geopilik dan kepentingan ekonomi. Ia akan melakukan hilirisasi,  mengumpulkan kekuatan dan aset-aset agar kita disegani. Leadership akan tercermin dalam mengelola persoalan ekonomi dalam negeri.

Sedangkan Ganjar Pranowo menegaskan kita punya potensi sumber daya alam yang hebat,  seperti nikel, litium. Ini akan dikonsentrasikan penuh dalam mempersiapkan lapangan kerja dan mempersiapkan SDM yang baik. Setidaknya kita sudah memiliki gambaran strategi mereka, saat ini kita tunggu dari implementasinya ketika mereka terpilih menjadi presiden nanti.

Di era digitalisasi yang penuh tantangan ini, diperlukan pemimpin; seorang komunikator politik, dalam hal ini paslon presiden, yang memiliki Communication skill yang memadai, kemampuan diplomasi yang handal, empati, kompetensi dan bisa menganalisis pesan secara kritis, tentang problematika yang dihadapi masyarakat. Untuk itu seyogyanya pelaksanaan debat bisa menjadi solusi dan pondasi untuk membangun negeri, sehingga debat tidak hanya sekedar wadah lelucon atau berkesan hiburan semata serta ajang politik identitas, tapi bisa dan dapat dipertanggungjawabkan secara substansi. Meminjam kata-kata bijak KH Ahmad Dahlan: “Seorang ulama bisa menjadi teladan apabila ia sendiri menjadikan Allah teladan baginya”. Jadi, yang menjadi pekerjaan berat kita adalah bagaimana mencari pemimpin sejati dengan semangat dan optimis, bahwa segala sesuatu akan berubah, dan kita berharap perubahan kearah yang lebih baik bagi negara tercinta ini. Semua bisa terwujud, diawali dengan terpilihnya seorang pemimpin yang hanya takut kepada Tuhannya, dan bisa mengimplementasikan visi dan misinya secara konkrit bukan hanya sekedar pencitraan dan menjadi idola dan viral di media sosial.

 

Editor : Tria Patrianti

pkv games
bandarqq
dominoqq
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/dominoqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/bandarqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/pkv-games/