Silaturahim Idul Fitri dan Halal Bi Halal Keluarga Muhammadiyah Tegal, Gagasan Dekonstruksi Puasa

Oleh :
Dinar Meidiana
Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Dr. Ma’mun Murod, M.Si., Silaturahim Idul Fitri dan Halal Bi Halal yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tegal, pada Minggu (15/05).

Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), berkesempatan menghadiri acara Silaturahmi Idul Fitri dan Halal Bi Halal Keluarga Muhammadiyah Tegal, Minggu (15/05/2022). Diselenggarakan di SMK Muhammadiyah 1 Kota Tegal, acara dihadiri oleh Ketua PDM Tegal, Drs. Ali Saifudin, Wakil Wali Kota Tegal, H. Muhamad Jumadi, ST., MM., dan keluarga Muhammadiyah dari seluruh unsur organisasi otonom se-Kota Tegal.

Pada kesempatan tersebut, Dr. Ma’mun Murod, M.Si., mencetuskan gagasan dekonstruksi puasa. Ritual ibadah yang umat Islam jalankan selama bulan Ramadan biasanya lebih intens dan banyak jumlahnya dibandingkan ritual ibadah selain di bulan Ramadan. “Kita harus ada dekonstruksi puasa. Kalau rekonstruksi itu kan membangun kembali. Misal ada gedung hancur, itu harus direkonstruksi, dibangun kembali. Sedangkan dekonstruksi, kalau ada hal-hal yang mapan, menjumudkan, membuat tidak maju, itu harus dirombak supaya maju,” jelas Ma’mun.

Lebih lanjut Rektor UMJ menjelaskan bahwa dekonstruksi ini perlu dilakukan karena ia melihat umat Islam saat ini menganggap bulan Ramadan adalah segala-galanya termasuk juga bulan untuk mencari dan mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya. “Setelah Ramadan selesai kemudian masuk ke bulan Syawal, umat Islam kembali dari awal, seperti semula. Jadi sebetulnya tidak ada itu peningkatan di bulan Syawal,” ujar Ma’mun Murod.

Ia mengkritik umat Islam saat ini yang ritual ibadahnya meningkat selama Ramadan, khatam Al Quran berkali-kali, bahkan sampai melaksanakan solat tahajud setelah sebelumnya melaksanakan solat tarawih dengan witir, untuk mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya. “Tidak perlu menganggap bulan Ramadan sebagai bulan paling istimewa. Menghitung pahala dari setiap ibadah yang dilakukan selama Ramadan semoga tidak menjadi kultur di Muhamadiyah. Ibadah itu orientasinya rida Allah SWT bukan pahala,” tegas Ma’mun.

Ia memberikan gambaran keistimewaan dari sebuah ibadah yang dilakukan seorang muslim menurut pandangannya. Keistimewaan ibadah adalah ketika seorang muslim beramal dan beribadah sedangkan muslim lain tidak melakukannya. Berbeda dengan kondisi saat Ramadan yang semua orang melakukkannya.

Tausyiah yang disampaikan Rektor UMJ menjadi pengingat bagi sekitar 100 orang yang hadir pada acara tersebut untuk tidak turun semangat dalam beribadah. Selain itu juga menyeru untuk tetap menganggap bulan selain Ramadan sebagai bulan yang juga istimewa bagi umat Islam untuk beramal dan beribadah.

Momen silaturahim berjalan begitu hangat dengan suasana kekeluargaan. Acara kemudian diakhiri dengan bersalaman dan makan ketupat sayur bersama. (KSU/DN)

pkv games
bandarqq
dominoqq
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/dominoqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/bandarqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/pkv-games/