Siti Mardhathilla Ingin Kenalkan Seni dan Budaya Melayu

Siti Mardhathilla bersama Siti KDI
Siti Mardhatilla dan Siti KDI saat audisi tahap 3 KDI 2022.

Pada beberapa acara di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), ada sosok yang menarik perhatian lewat suara merdunya saat menyanyikan lagu Melayu. Sosok itu adalah Siti Mardhathilla, gadis berdarah Melayu yang hidup dan tumbuh di tengah keluarga penggemar seni musik Melayu.

Mardha, demikian ia disapa, adalah mahasiswi Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam yang juga anggota Paduan Suara Mahasiswa UMJ. Ia bercerita bahwa tiada hari tanpa alunan lagu di rumahnya. Semua anggota keluarganya memiliki suara merdu. Hal itu yang memotivasinya untuk menjadi seorang penyanyi, walaupun waktu kecil ia merasa suaranya tidak sebagus mamak, bapak, dan kakak-kakaknya.

“Saya bisa menyanyi karena banyak latihan. Di rumah saya sepanjang hari mamak, papa, adik, kakak nyanyi bersahut-sahutan. Kalau ada yang fals langsung dinyinyirin. Kakak bisa nyanyi, masa aku gak bisa? Akhirnya jadi terpacu untuk bisa nyanyi,” katanya saat mengawali obrolan.

Debut pertama Mardha menyanyi di hadapan banyak orang terjadi saat ia duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar. Saat itu ia berduet dengan kakaknya menyanyikan lagu Melayu berjudul Bahtera Merdeka.

“Waktu itu masih merasa jelek, karena belum disebut bagus sama mamak. Saat itu mamak masih tutup telinga,” kenang Mardha yang pernah menjadi Bintang Vokalis Gambus Anak-anak tingkat nasional tahun 2015 di Provinsi Sulawesi Tenggara-Kendari mewakili Provinsi Kepulauan Riau.

Kesempatan menyanyi di acara class meeting di MTs (Madrasah Tsanawiyah) menjadi titik balik Mardha kembali mendapatkan kepercayaan diri untuk tampil bernyanyi di hadapan banyak orang. Saat itu ia menyanyikan sepenggal syair Gurindam 12.

“Lagu Melayu itu lirik dan syairnya pakai kata-kata kias dan penuh dengan majas. Jadi walaupun hafal, belum tentu paham artinya,” kata Mardha seusai melantunkan Gurindam pasal ke 12 itu di saluran telepon.

Bagi Mardha lagu adalah kehidupan. Ia menganggap lagu bisa jadi teman untuk mendalami rasa dan mengambil banyak pelajaran. Menurutnya syair lagu Melayu banyak mengandung pesan-pesan kehidupan. Misalnya saja Gurindam 12 yang pernah membawanya keluar sebagai pemenang dalam Lomba Gurindam tingkat kabupaten saat masih di bangku SD. Lagu karya Ali Haji itu mengandung pesan dan nasihat sangat mulia untuk manusia dalam menjalani kehidupan. Itu menjadi salah satu motivasi Mardha untuk memperkenalkan Melayu ke banyak orang. Gadis asal Tanjung Batu Kota, sebuah desa di Kepulauan Riau, ini bercita-cita memperkenalkan budaya Melayu mulai dari lagu, syair, hingga tarian ke seluruh penjuru dunia.

“Dari masih di kampung aku bertekad, kalau kuliah di Jakarta atau luar negeri, aku harus bangga dan memperkenalkan Melayu. Aku dari Melayu. Makanya ke mana-mana Mardha membawakan lagu Melayu,” tegas Mardha dengan semangat berapi-api.

Meskipun wawancara dilakukan melalui saluran telepon tapi semangatnya untuk memperkenalkan Melayu sangat terasa. Terlebih saat Mardha bercerita tentang pengalamannya menyanyikan lagu Nirmala milik Siti Nurhaliza di hadapan sivitas akademika Fakultas Agama Islam. Ia tak menyangka gemuruh tepuk tangan menyertai penampilannya. Cita-citanya sedikit demi sedikit terlaksana.

Kesempatan menyanyi di acara Milad UMJ ke 67 juga ia manfaatkan sebaik-baiknya. Berduet dengan Diva Rekanta,  rekannya di Paduan Suara Mahasiswa UMJ, Mardha mampu mengajak pimpinan hingga mahasiswa lainnya  berjoget bersama memperingati hari kelahiran kampus tercinta.

Siti Mardhatilla
Siti Mardhatilla dan Diva Rekanta bernyayi di acara Milad UMJ ke 67

Misi untuk memperkenalkan Melayu sebelumnya sudah dilakukan mahasiswa berprestasi ini melalui ajang pencarian bakat di berbagai stasiun TV swasta nasional. Mulai dari Kontes Dangdut Indonesia Liga Dangdut (LIDA) di Indosiar, (KDI) di MNC TV, hingga The Voice of Ramadan di Global TV. Keberanian itu ia dapatkan ketika melihat kakak kandungnya keluar dari zona nyaman dari aliran musik Melayu ke gambus. Itu pula yang mendorong keluarga Mardha, pecinta seni musik Melayu, untuk mencoba aliran musik lain yaitu dangdut.

Saat akan mencoba peruntungan di audisi pencarian bakat, sang mama merekomendasikan Mardha untuk membawakan lagu dangdut dari penyanyi kondang sekelas Elvi Sukaesih dan Rita Sugiato. Meskipun merasa tidak cocok dengan aliran itu, tapi Mardha tidak merasa ingin berhenti belajar aliran dangdut. Bagi orang awam, mungkin aliran musik dangdut dan Melayu beda-beda tipis. Namun berbeda dengan Mardha yang justru melihat keduanya punya perbedaan yang cukup signifikan terlebih cengkoknya.

“Waktu LIDA tahun 2021, itu audisinya online karena pandemi. Waktu itu gak ada lagu bebas, semuanya lagu wajib dan pilihan. Lagu-lagu itu tingkat kesulitannya masya allah banget dan di situ makin tertantang. Cengkok Melayu, dangdut dan gambus kan beda-beda ya. Karena sudah punya cengkok Melayu dan gambus akhirnya poles sedikit-sedikit. Coba-coba sama kakak, lolos tahap satu saja.”

Sementara itu audisi di KDI 2022 ia lakukan bersama temannya yang juga mahasiswa FAI UMJ bernama Rejes. Mardha yang juga piawai bertilawah ini mengaku tidak niat untuk ikut audisi hingga sengaja bangun lebih lambat dari biasanya. Namun temannya yang baik hati malah menunggu Mardha bersiap-siap. Singkat cerita akhirnya ia dan temannya berangkat ke tempat audisi yang digelar secara luring. Sesampainya di sana, Mardha kaget karena peserta yang mengikuti audisi banyak sekali dan berasal dari seluruh penjuru Indonesia.

“Audisi tahap 3 semakin sedikit pesertanya, dari ratusan orang, tersisa 60 orang. Audisi tahap 3 jurinya Siti KDI. Mardha sampai bisa ketemu artis idola mamak. Mimpi apa ini?! Ini cita-cita anak kampung kaya Mardha. Ingin nangis tapi nanti suaranya gak nyampe, akhirnya ditahan,” kata Mardha bercerita dengan logat dan lagam Melayunya.

Siti KDI menguji para peserta sebanyak 6 lagu. Bahkan gincu dan riasan di wajah Mardha sampai luntur karena mengikuti rangkaian audisi sejak pagi sampai matahari hilang dari pandangan. Namun penampilan Mardha di audisi tahap 3 tampaknya belum cukup menggugah hati Siti KDI untuk membukakan gerbang bagi Mardha tampil di panggung on air. Tak berkecil hati, ia lanjut mencoba peruntungan di ajang The Voice of Ramadan Global TV dan hanya lolos sampai tahap 2.

“Kapok gak sih? Prinsip dari orang tua, selagi umur masih ada dan bisa, harus terus dicoba. Untuk ikut LIDA batas usia 30 tahun, jadi selagi Mardha masih belum 30 tahun, apalagi tinggal di Jakarta dan selagi Allah gak otak-atik suara Mardha, jadi pasti ikut. Dengan ikut ajang seperti itu pengetahuan dan pengalaman, makin bertambah, ketemu orang-orang yang sudah berpengalaman juga. Bukan ingin jadi artis tapi biar ilmunya gak di situ-situ saja,” ungkap mahasiswa peraih Juara 2 Pekan Seni Mahasiswa Daerah DKI Jakarta 2022 ini.

Meskipun dari ketiga audisi tersebut belum memberikan kesempatan bagi Mardha untuk tampil di panggung megah stasiun TV nasional, tidak mengurungkan semangat Mardha memperkenalkan budaya Melayu. Ia bahkan bertekad untuk tidak hanya mengenalkan lagu tapi juga tarian Melayu. Ia bahkan mengaku bersedia untuk membimbing mahasiswa yang tergabung dalam lembaga mahasiswa bidang kesenian untuk belajar tarian Melayu.

“Senang kalau ada variasi tarian dari daerah lain yang ditampilkan di UMJ, karena tarian tradisional dari daerah di Indonesia kan banyak banget,” kata Mardha.

Mengakhiri obrolan, Mardha kembali menyanyikan salah satu lagu Melayu yang menceritakan kisah hidup seorang pahlawan dari tanah Melayu yaitu Laksamana Hang Tuah. Menurut Mardha, lagu tersebut memiliki pesan mendalam bagi masyarakat Melayu khususnya karena mengisahkan seorang pahlawan yang menjadi teladan hingga kini. Berkat jejak sejarah yang diabadikan melalui film dan lagu, teladan Hang Tuah terus melekat dalam diri masyarakat Melayu. Para orang tua kerap kali menasihati anak-anaknya agar jadi seperti Hang Tuah yang bijaksana. Masih banyak lagi lagu dan syair Melayu yang mengandung pesan mendalam dan bisa dijadikan inspirasi dalam menjalani kehidupan.

Mardha yang lahir dengan darah dan cengkok Melayu tidak sekadar bernyanyi. Melalui syair dan lagu, mahasiswa yang bercita-cita sebagai news anchor ini sedang menjalankan misi mulia untuk memperkenalkan budaya dan nilai-nilai suku Melayu kepada orang banyak (DN/KSU)

Editor : Tria Patrianti

 

 

 

pkv games
bandarqq
dominoqq
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/dominoqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/bandarqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/pkv-games/