Roti memiliki makna dan cerita tersendiri bagi Panji Saputra, mahasiswa Magister Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (MIPOL FISIP UMJ). Panji adalah salah seorang sukarelawan yang turut membuat roti untuk disalurkan ke rakyat Palestina di Gaza.
Bukan hal mudah bagi siapapun untuk masuk dan keluar dari Gaza. Seseorang yang bisa memasuki Gaza adalah relawan yang memiliki latar belakang sebagai medis dan harus mendapatkan lisensi dari World Heath Organization (WHO). Panji mendapatkan pesan dari para relawan yang berada di dalam Gaza untuk tidak memaksakan masuk.
“Bisa saja saya memaksakan untuk masuk tapi itu tidak melalui jalur resmi, tentu penuh konsekuensi. Ada juga para relawan yang membayar bahkan ternyata itu agensi Israel, tidak juga menjamin bahwa mereka semua selamat,” tutur Panji saat diwawancarai secara daring, Kamis (9/5/2024).
Keadaan itu yang mendorong Panji memutuskan Mesir sebagai tempat terdekat untuk membantu rakyat Palestina. Menurutnya itu adalah pilihan yang paling rasional karena Mesir menjadi jalur darat terdekat yang dapat dijangkau untuk menyalurkan bantuan melalui pintu Rafah menuju Gaza.
Panji datang ke Mesir bertepatan dengan bulan suci Ramadan. Saat kebanyakan umat muslim dunia menyambut bulan suci dengan berbagai penganan lezat, warga Palestina di Gaza sedang didera kelaparan.
Kondisi itu diakibatkan adanya pembombardiran kembali wilayah Gaza oleh Israel, dan dikeluarkannya regulasi tentang pemblokiran segala bentuk bantuan kemanusian untuk Palestina.
Akibatnya rakyat Palestina harus menggiling pakan ternak sebagai bahan makanan sehari-hari. Hal itu mereka lakukan karena dilanda kelangkaan tepung terigu untuk membuat roti. Makanan berbahan dasar tepung gandum itu menjadi sumber kehidupan bagi rakyat Palestina.
Satu bulan lamanya, Panji bersama para relawan membuat roti untuk dibagikan ke pengungsian rakyat Palestina. Kurang lebih 5000 roti setiap harinya diproduksi oleh para sukarelawan yang bekerja sama dengan sebuah toko roti milik orang Palestina.
Pembuatannya dilakukan dengan cara dibakar di permukaan mangkok berposisi terbalik. Tidak sesederhana pembuatannya, Panji mengatakan roti ini dinamakan Is yang berarti roti kehidupan. Sesuai namanya, roti itu mengandung pesan harapan bagi rakyat Palestina.
“Kami tidak pernah berhenti membuat roti karena mereka harus makan. Mereka hanya makan rumput, pakan ternak ayam, sudah tidak punya apa-apa. Kami membantu dengan berbagai cara agar pada bulan Ramadan mereka punya makanan untuk dimakan saat sahur dan berbuka,” ucap Panji.
Selain kelaparan, sanitasi menjadi masalah yang dihadapi oleh rakyat Palestina. Panji bersama para relawan yang tergabung dari berbagai Non-Government Organization (NGO) juga mengupayakan untuk membantu membuatkan sanitasi dengan dua truk kontainer, bantuan medis, pengiriman paket sembako, dan lain-lain.
Kedatangan Panji ke Mesir ditunjuk oleh sebuah lembaga bernama Al-Isryad Response Team Indonesia (ARSINA). Panji sekaligus duduk sebagai Wakil Ketua ARSINA. Sebelum aktif menjadi relawan kemanusiaan, sarjana lulusan Ilmu Komputer ini memiliki hobi berkegiatan di alam seperti sekedar berkemah ataupun menaiki sebuah gunung bersama teman-temannya.
Setelah itu, hobi menjadi gerbang pembuka jalan baginya untuk aktif menjadi relawan, pelatih hingga narasumber di bidang kebencanaan. Wakil Kepala SMA Muhammadiyah Gunung Putri ini aktif di berbagai organisasi kerelawanan baik nasional maupun internasional, salah satunya Jakarta International Rescue. Panji juga mendirikan Yayasan Petualang Muslim Indonesia sebagai wujud dari semangat kemanusiaan yang dimilikinya.
Tidak hanya itu, ia juga berkesempatan untuk mendapatkan pelatihan kerelawanan di Jepang melalui International Search and Rescue Asviory Group (INSARAG). “Saya dari dulu memiliki passion berkegiatan di alam. Kunci yang saya pegang selama ini, kalau ingin dimudahkan maka harus memudahkan orang lain. Pengalaman itu yang akhirnya bisa memberangkatkan saya ke Mesir,” kata Panji.
Selama menjadi relawan di Mesir membuka pikirannya bahwa bencana yang terjadi di setiap negara sangat berkaitan dengan isu politik. Hal itu menjadi alasan ia memilih melanjutkan pendidikannya di konsentrasi Politik Kebencanaan MIPOL FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta.
“Ini yang saya pelajari bahwa setiap bencana ataupun keadaan perang itu tidak sesimpel yang kita pikirkan. Kenapa tidak dibuka, dihukum dan lain sebagainya? Pasti karena ada masalah yang bersinggungan dengan politik. Itu yang ingin saya perdalam,” kata Panji.
Dari pengalamannya ini, Panji ingin memberikan pesan bahwa persoalan kemanusiaan tidak mempedulikan latar belakang agama, ras, suku, atau pun bangsa. Jika ada hak dasar manusia yang direbut maka kita harus membelanya.
“Bahasa internasional adalah bahasa kemanusiaan. Bicara tentang kemanusiaan tidak ada satu alasan pun yang menghalangi. Kita akan bersatu untuk bersinergi. Dari manapun asalnya, baik dari Asia atau Eropa, ketika di satu medan itu seperti saudara, membantu satu sama lain. Itulah yang saya pelajari,” tutup Panji.
Penulis : Fazri Maulana
Editor : Dinar Meidiana