ASI adalah Keajaiban dari Ibu untuk Bayi

Prof Tria Astika Endah Permatasari
Setiap bayi yang baru lahir harus mendapat Air Susu Ibu (ASI) selama periode 0-6 bulan secara teratur. Pemberian ASI dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak hingga dewasa kelak. Namun seringkali orang tua, khususnya ibu, lupa akan manfaat luar biasa dari ASI tersebut.

Professor bidang ilmu gizi termuda di Indonesia yang juga dosen ilmu gizi di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Prof. Dr. Tria Astika Endah Permatasari, S.K.M., M.K.M., mengupas berbagai permasalahan seputar ASI dan bayi dalam rangka memperingati pekan ASI  sedunia yang diperingati  setiap tanggal 1 hingga 7 Agustus.

Peringatan Hari ASI sedunia bertujuan untuk memberikan dukungan bagi para ibu menyusui di seluruh dunia. Di samping itu juga bertujuan memperjuangkan hak anak sejak lahir hingga memasuki usia 24 bulan dalam memperoleh gizi yang seimbang dari ASI.

Seperti ditegaskan oleh Prof. Tria Astika,  bahwa ASI adalah keajaiban yang diberikan seorang ibu kepada anaknya, karena pada usia 0-6 bulan ASI berisi kandungan yang sangat ideal dan mampu membuat bayi merasa nyaman.

Komposisi ASI sangat ideal untuk bayi. Ketika bayi membutuhkan zat gizi dengan takaran tertentu, maka ASI dapat menyediakannya dengan pas, sehingga bayi tidak akan kelebihan ataupun kekurangan zat gizi. Semuanya sesuai dengan usia bayi.

Salah satu kandungan ASI yang berkaitan dengan usia bayi adalah colostrum. Colostrum merupakan ASI pertama yang hanya ada selama 3 hari pasca ibu melahirkan. Kehadiran colostrum menjadi penguat imunitas bayi, di samping kandungan laktoferin yang juga berfungsi sama.

Selain colostrum, laktoferin menjadi salah satu zat gizi pembentuk imunitas tubuh bayi. Karena pada saat awal adalah masa berkembang bayi mudah terkena infeksi. Antibodi inilah yang berperan penting mencegah infeksi dan tidak ditemukan di susu manapun.

“Jadi, tidak sekadar kandungan isinya, tapi ASI juga meningkatkan anti bodi ilmiah. Jika ditambah dengan imunisasi lengkap di 9 bulan pertama tentunya semakin memperkuat daya tahan tubuh,” ungkap Prof. Tria Astika.

Akan tetapi, kandungan gizi di dalam ASI tidak selalu sama. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kesehatan ibu. Inilah mengapa tidak setiap bayi yang meminum ASI memiliki daya tahan tubuh yang kuat.

Secara umum kandungan ASI ibu memiliki kisaran 800-1000 mili liter. Namun, perbedaan zat gizi yang diperoleh ibu dapat membedakan kandungan ASI. Ibu yang mengalami kekurangan energi dengan ibu yang normal tentu memiliki perbedaan kuantitas ASI. Karena jumlah ASI ditentukan oleh kuantitas asupan ibu.

Kandungan ASI ibu juga menyangkut dengan masalah sepersusuan. Menurut Prof. Tria Astika, pemberian ASI dari ibu sepersusuan harus memperhatikan beberapa hal, di antaranya persamaan umur antara anak kandung ibu sepersusuan dengan anak yang akan diberi ASI.

Hal ini dikarenakan komposisi ASInya berbeda, karena yang dibutuhkan bayi pertama kali adalah colostrum, dan colostrum dalam ASI hanya ada selama 3 hari. Jadi, bayi berusia 1 hari tidak bisa menerima colostrum dari seorang ibu yang memiliki bayi berusia 7 hari.

Pada proses menyusui juga terdapat love hormon atau energi cinta kasih. Hormon cinta, atau nama lainnya hormon oksitosin, berperan untuk merangsang kedekatan ibu dan anak. Jadi dalam proses menyusui ada 2 hormon yang berperan, yakni hormon pro aktif untuk memproduksi ASI dan hormon oksitosin untuk mengeluarkan ASI.

“Kalau ibu dengan status gizi baik, dia berada di kondisi yang nyaman, tidak kekurangan gizi dan tidak ada tekanan mental. Sementara jika ibu sering sakit, dia berada di kondisi yang tidak baik-baik saja, maka love hormon ini akan berpengaruh sehingga produksinya juga akan berkurang. Hal yang sama juga terjadi jika seorang ibu menolak menyusui, maka produksi ASInya juga tidak akan lancar karena dari otak nya sudah menolak untuk memberikan ASI,” papar Prof. Tria Astika lebih lanjut.

Imunitas tubuh yang kurang dalam diri seorang bayi merupakan efek dari kurangnya gizi seimbang yang diperoleh ibu selama proses menyusui. Oleh karenanya Prof. Tria Astika menghimbau apabila bayi sedang membutuhkan ASI, maka ibu harus memberikan langsung melalui dekapan yang menimbulkan skin to skin contact. Adanya kedekatan ini akan membentuk temperamen dan emosional bayi yang dipahami ibu sehingga terjadi bounding antar keduanya.

Namun kerap kali beberapa ibu lebih tertarik untuk memberikan susu formula kepada bayi. Padahal, kandungan susu formula menyediakan yang berlebih untuk bayi sehingga bayi menerima asupan yang tidak sesuai dengan tumbuh kembangnya.

Selain itu tidak adanya colostrum menyebabkan bayi lebih rentan terserang penyakit. Terlebih jika orang tua berinisiatif menambah gula dalam susu formula, maka anak akan lebih mudah menderita obesitas dan penyakit degenerative lainnya.

Dalam kesempatan ini Prof. Tria Astika berpesan kepada seluruh ibu di dunia, terutama di Indonesia. Berilah yang terbaik untuk anak, terbaik menurut Allah dan menurut bayi itu sendiri. Karena bayi belum bisa bicara, maka yang terbaik dari Allah sudah diberikan dalam bentuk ASI, sehingga berilah ASI yang terbaik untuk kehidupan bayi dan investasi di masa depan.

 

(MT/KSU).

Editor : Tria Patrianti

Kata Pakar Lainnya

pkv games
bandarqq
dominoqq
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/dominoqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/bandarqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/pkv-games/