Meskipun menyandang status negara agraris, yang berarti sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani, saat ini Indonesia menghadapi banyak tantangan di bidang pertanian. Padahal sektor pertanian sangat berpengaruh dalam pembangunan nasional, baik dari segi perekonomian maupun ketahanan dan kedaulatan pangan.
Dalam rangka Hari Krida Pertanian yang diperingati setiap 21 Juni, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta (FTan UMJ) Dr. Ade Sumiahadi, S.P., M.Si., mengungkapkan tantangan dan peluang yang dihadapi pertanian Indonesia dalam sesi wawancara bersama tim redaksi website UMJ di Gedung FTan UMJ, Senin (10/06/2024).
TANTANGAN
Alih fungsi lahan
Ade, yang juga Ketua Program Studi Agroteknologi, mengatakan bahwa alih fungsi lahan menjadi tantangan utama dan terbesar karena terjadi secara nasional, tidak hanya di daerah tertentu saja. Banyak lahan pertanian produktif yang dialihfungsikan menjadi lahan non pertanian, misalnya perumahan dan cluster. Ini berakibat pada menurunnya tingkat produktivitas pertanian di Indonesia. “Tidak ada lahan membuat produktivitas pertanian, apapun komoditasnya, akan menurun,” kata Ade.
Regenerasi petani
Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan sebagian besar petani di Indonesia berusia 50 tahun ke atas. Menurut Ade, regenerasi petani adalah tantangan penting yang harus diperhatikan untuk keberlanjutan pertanian di Indonesia.
“Banyak petani yang sudah lansia kesulitan menerima perubahan dan perkembangan zaman di bidang pertanian. Biasanya petani itu bertani berdasarkan kebiasaan yang didapatkan secara turun-temurun,” ungkapnya.
Pakar ilmu tanaman ini mengatakan, petani yang adaptable terhadap perkembangan teknologi pertanian sangat dibutuhkan. Sementara generasi muda maupun sarjana pertanian yang memiliki kemampuan adaptasi terhadap teknologi yang bergerak di sektor pertanian tidak banyak.
Kebijakan pemerintah
Kebutuhan manusia akan hasil pertanian sangat tinggi dan semakin meningkat. Itu adalah tantangan sekaligus peluang yang dapat dihadapi dengan kebijakan pemerintah yang tepat. Namun menurut Ade, saat ini kebijakan pemerintah terkait pertanian terlalu politis.
Kebijakan itu seharusnya berdasarkan kepentingan petani dan masyarakat, bukan berpihak pada kepentingan pejabat dan segelintir orang saja. Ade menjelaskan, kebijakan yang diambil oleh pemerintah harus berdasarkan kajian akademis.
Perubahan iklim
Perubahan iklim menjadi isu global. Menurut Ade, pemerintah harus mengambil kebijakan untuk melakukan mitigasi dan meningkatkan resiliensi petani terhadap perubahan iklim. “SDGs (Sustainable Development Goals) perlu diturunkan ke kebijakan nasional maupun daerah dan harus berkesinambungan,” katanya.
PELUANG
Kebutuhan manusia
Bisnis di bidang pertanian memiliki peluang besar karena kebutuhan manusia tidak lepas dari pertanian. Kebutuhan itu tidak hanya terbatas pada pangan, tapi juga sandang. Makanan dan pakaian adalah produk yang dihasilkan dari sektor pertanian.
Ada sebuah artikel yang menjelaskan sektor pertanian adalah salah satu sektor yang pada saat pandemi mengalami peningkatan. Hal itu dikarenakan orang tetap harus memenuhi kebutuhan pangannya.
Berkembangnya teknologi dan inovasi pertanian
Pertanian di lahan sempit dan pertanian perkotaan semakin berkembang. Banyak orang yang mulai berkebun di rumah. Menurut Ade hal itu didorong oleh pandemi Covid-19 yang memaksa orang di rumah saja.
Selain itu, teknologi dalam pertanian seperti internet of things (IOT) dan automasi dapat digunakan untuk budidaya tanaman. Ade menerangkan penggunaan teknologi itu jadi salah satu daya tarik bagi anak muda utuk bertani.
Munculnya petani milenial
Perkembangan teknologi melahirkan petani milenial yang kemudian didukung dengan kebijakan. Kebijakan terkait petani milenial itu salah satu peluang karena ada proyek dan program yang diberikan oleh pemerintah.
Lebih lanjut Ade menjelaskan bahwa tantangan yang dijabarkannya tadi tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, oleh sebab itu kita perlu memanfaatkan peluang serta berkolaborasi dengan banyak pihak.
Sebagai akademisi, Ade berpesan pada dosen-dosen bidang pertanian agar dapat membekali petani dengan kompetensi yang dibutuhkan. “Ikuti kegiatan yang bisa mengasah kemampuan dan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja bidang pertanian,” ungkap Ade.
Menurut Ade, perguruan tinggi sebetulnya adalah pusat regenerasi petani. Keilmuan membuat seorang petani dapat melakukan pengembangan di bidang pertanian sehingga lahir generasi petani unggul. Namun hal itu perlu didukung dengan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan di bidang pertanian.
“Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka kurikulum juga harus menyesuaikan. Perubahan kurikulum itu menjadi penting agar para lulusan bisa memenuhi kompetensi,” kata Ade.
Selain itu upaya yang dapat dilakukan ialah melakukan kolaborasi atau kerja sama dengan perusahaan, industri, maupun stakeholder lainnya di bidang pertanian agar mendapatkan wawasan baru. Oleh karenanya kegiatan dan program yang mendorong kreativitas mahasiswa,seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), perlu diikuti.
“Kami selalu mendorong kegiatan seperti PKM. Kami mendorong kegiatan mahasiswa sesuai bidang keilmuannya agar hasilnya bisa menyumbangkan inovasi di dunia pertanian,” kata Ade.
Hari Krida Pertanian diperingati sebagai bentuk penyatuan perasaan berbagai pihak yang hidup di bidang pertanian. Pada tahun 1983, Departemen Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 270/Kpts/Um/6/1983, yang menetapkan bahwa Hari Krida Pertanian diperingati setiap tanggal 21 Juni.
Surat Keputusan itu menerangkan, Hari Krida Pertanian harus diperingati dan dihayati oleh semua lapisan masyarakat, khususnya masyarakat pertanian sebagai rasa syukur atas hasil panen.
Penulis: Dinar Meidiana
Editor : Tria Patrianti