Kolaborasi UMJ Bahas Kekerasan Seksual dan Kesehatan Mental

Oleh :
Qithfirul Fahmi
Psikologi dan Psikoterapis Dr. Theresia Indira Shanti, M.Si., saat memaparkan materi dalam Kuliah Tamu: Masyarakat, Kekerasan Seksual, dan Kesehatan Mental via daring, Selasa (25/10/2022).

Selasa (25/10/2022), Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) berkolaborasi dengan Universitas Katolik Atma Jaya, Universitas Indonesia, dan HopeHelps Network dalam agenda Kuliah Tamu yang bertajuk Masyarakat, Kekerasan Seksual, dan Kesehatan Mental, secara daring. Kegiatan diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMJ, yang dihadiri oleh Psikologi sekaligus Psikoterapis Dr. Theresia Indira Shanti, M.Si., serta diikuti oleh enam kampus di antaranya UMJ, Universitas Kristen Indonesia, Universitas Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Andalas.

Kuliah tamu merupakan bagian dari mata kuliah Pengantar Sosiologi bagi seluruh mahasiswa FISIP Universitas Indonesia. Pengampu mata kuliah Dr. Khaerul Umam Noer yang juga Dosen FISIP UMJ mengatakan bahwa Pengantar Sosiologi selalu dilakukan untuk memberikan pengayaan bagi mahasiswa, terkait dinamika sosial di masyarakat.

Lebih lanjut, Umam mengutarakan pentingnya mata kuliah tersebut untuk mahasiswa baru, yang akan menjadi calon ilmuan sosial untuk memahami kompleksitas persoalan dari tangan pertama. “Memang pilihan untuk mengundang Dr. Shanti karena kapasitas keilmuannya sebagai psikoterapis, sekaligus juga anggota tim Naskah Akademik Permendikbud yang memahami betul bagaimana dampak kekerasan seksual pada psikologi korban,” jelas Umam.

Dalam pemaparannya, Theresia Indira Shanti menyampaikan bahwa kekerasan seksual umumnya terjadi dalam masyarakat yang melihat perempuan sebagai objek. Hal tersebut sudah tersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, dampak kekerasan seksual terberat ada pada korban. Korban umumnya mengalami trauma yang proses pemulihannya sangat berbeda antar individu, sehingga tidak dapat disamaratakan.

Shanti juga menggarisbawahi pentingnya edukasi untuk mencegah dan menangani kekerasan seksual. Edukasi dalam hal ini tidak hanya untuk bersikap kritis terhadap kekerasan seksual, bisa dimulai dari diri sendiri, membangun empati terhadap korban, dan memiliki keberanian untuk menolak kekerasan seksual.

Edukasi bersifat jangka panjang dan harus dilakukan oleh semua pihak, mulai dari sekolah, masyarakat, hingga negara. “Edukasi juga mencakup melakukan insersi konstruksi gender dan kekerasan seksual ke dalam muatan kurikulum yang dapat diakses oleh semua pihak,” tambah Shanti.

Kuliah tamu ini didukung penuh oleh Kedaireka, dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Kerja sama terkait advokasi kekerasan seksual sebelumnya juga pernah dilakukan atas inisiasi dan gagasan oleh UMJ dengan Universitas Indonesia, Universitas Bengkulu, dan Universitas Lambung Mangkurat. (QF/KSU)

pkv games
bandarqq
dominoqq
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/dominoqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/bandarqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/pkv-games/