Tuntunan Shalat Tarawih Menurut Tarjih

Tuntunan Shalat Tarawih

Momentum bulan Ramadan dikenal dengan dua jenis ibadah yang paling khas, yakni ibadah puasa dan shalat tarawih. Umat islam berlomba-lomba melaksanakan ibadah baik wajib maupun sunnah untuk mendapatkan pahala dan keridhaan Alllah SWT.

Perlu diketahui jika ibadah shalat tarawih tidak termasuk kedalam ibadah wajib, shalat tarawih yang dijalankan setelah shalat isya dianggap sebagai ibadah sunnah sehingga tidak semua orang diwajibkan untuk menjalankannya. Namun, jika yang menjalankan akan mendapat pahala besar selama bulan Ramadan.

Dalam buku Tuntunan Ibadah Pada Bulan Ramadhan yang disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah pengertian Qiyamu Ramadan (Shalat Tarawih) ialah shaat sunnah malam pada bulan Ramadan.

Waktu Qiyamu Ramadan (Shalat Tarawih) Adapun waktunya ialah sesudah shalat Isya hingga datang waktu fajar sebagai mana disebutkan dalam hadist Nabi Muhammad SAW.

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ وَهِيَ الَّتِي يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً. [رواه مسلم].

Artinya: “Dari ‘Aisyah r.a. isteri Nabi saw (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw selalu mengerjakan shalat (malam) pada waktu antara selesai shalat ‘Isya, yang disebut orang “atamah” hingga fajar, sebanyak sebelas rakaat.” [HR. Muslim].

Pelaksanaan Qiyamu Ramadan (Shalat Tarawih)

Pada dasarnya Qiyamu Ramadan, shalat tahajjud, shalat witir, adalah sama. Qiyamu Ramadan sebaiknya dikerjakan secara berjama’ah baik di masjid, mushalla, ataupun di rumah dan dapat pula dikerjakan sendiri-sendiri. Dengan demikian jumlah raka’at Qiyamu Ramadan adalah 11 rakaa’at . Hal ini didasarkan pada hadist riwayat Abi Salamah bin Abdirrahman ketika beliau bertanya pada Aisyah (Istri Rasullah).

كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ ؟ قَالَتْ : ” مَا كَانَ الرسول الله ص.م يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً  يُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ  ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا  فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا. ( رواه البخاري)

Artinya: Bagaimana shalatnya Rasulullah saw di bulan Ramadhan? Aisyiyah menjawab: Tidaklah Rasulullah saw. menambah baik di bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at maka janganlah kamu tanyakan bagus dan lamanya, kemudian beliau shalat empat raka’at, maka janganlah kamu tanyakan bagus dan lamanya, kemudian beliau mengerjakan shalat tiga raka’at (HR al-Bukhari)

Sebelum mengerjakan Qiyamu Ramadhan, disunnahkan mengerjakan shalat sunnah dua raka’at ringan (Shalat Iftitah). Shalat iftitah dapat dikerjakan secara berjamaah sesuai dengan shalat tarawih yang sebaiknya dikerjakan secara berjamaah.

Shalat iftitah dilakukan dengan cara: pada rakaat pertama setelah takbiratul-ihram membaca doa iftitah “Subhanallah dzil malakuti wal jabaruti wal kibriya-I wal ‘adzamah’”, dan pada rakaat kedua hanya membaca surat al-Fatihah, dan pada rakaat kedua hanya membaca surat Al-Fatihah (tanpa membaca surat lain).

Muhammadiyah sendiri dalam melaksanakan shalat tarawih mengikuti tata cara yang dilakukan Rasullah SAW yakni shalat tarawih dengan dua macam pilihan caranya.

Pada pilihan pertama, Muhammadiyah memilih formasi 4-4-3 berdasarkan hadist Riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibunda Aisyah r.a yang berbunyi,

“Nabi SAW tidak pernah melakukan shalat sunah pada bulan ramadan dan bulan llainnya lebih dari sebelas rakat. Beliau shalat empat rakaat dan jangan engkau tanya Bagaimana bagus dan indahnya. Kemudian, beliau shalat lagi empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya lalu beliau shalat lagi tiga rakaat (witir).” (HR. Muslim)

Kemudian pilihan kedua, Muhammadiyah memakai formasi 2-2-2-2-2-1 berdasar kan hadis Riwayat Muslim dari sahabat Ibn Abbas yang berbunyi,

“Aku berdiri di samping Rasullah, kemudian Rasulullah meletakkan tangan kanannya dikepalaku dan dipegangnya telinga kanan ku dan ditelitinya, lalu Rasulullah shalat dua rakaat kemudian dua rakaat lagi, lalu dua rakaat lagi, dan kemudian dua rakaat, selanjutnya Rasulullah salat witir, kemudian Rasulullah tiduran menyamping sampai Bilal menyerukan azan. Maka bangunlah Rasulullah dan shalat dua rakaat singkat-singkat, kemudian pergi melaksanakan shalat subuh.” (HR. Muslim)

Setelah selesai 3 rakaat shalat witir, disunnahkan membaca doa:

Membaca tasbih (3 kali)

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

Artinya: “Maha Suci Allah Yang Maha Merajai dan Yang Maha Bersih.”

Dibaca tiga kali dengan suara nyaring dan Panjang pada bacaan yang ketiga.

Lalu membaca:

رَبِّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوحِ

Artinya: “Yang Menguasai para Malaikat dan Ruh/Jibril.”

Seutama-utamanya shalat sunnah adalah shalat yang dianjurkan dan dilaksanakan secara berjamaah, karena shalat seperti ini hampir serupa dengan shalat fardhu. Kemudian, shalat yang lebih utama lagi adalah shalat rawatib, yaitu shalat yang menggiring shalat fardhu baik sebelum dan sesudah.

Sedangkan ibadah shalat yang paling ditekankan untuk dilakukan secara berjamaah adalah shalat kusuf (shalat gerhana) kemudian shalat tarawih. (KH/KSU)

Sumber. buku Tuntunan Ibadah Pada Bulan Ramadhan yang disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Artikel Lainnya

Jadwal Imsakiyah

18 Mei 2024

10 Dhū al-Qa'da 1445

Ashar Adzan

15:12

2 : 37
Waktu Adzan
Subuh04:42
Terbit05:54
Dzuhur11:51
Ashar15:12
Maghrib17:46
Isha18:59

Untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya

pkv games
bandarqq
dominoqq
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/dominoqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/bandarqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/pkv-games/