Fresh Graduate, Kerja atau Buka Usaha?

Bagi banyak orang, bekerja di sebuah perusahaan, instansi, lembaga atau yayasan menjadi pilihan utama setelah lulus sekolah baik perguruan tinggi maupun sekolah menengah atas. Namun tidak sedikit yang memilih untuk berwirausaha dengan berbagai motivasi meskipun ada risiko yang menghantui, rugi misalnya.

Berwirausaha dianggap lebih fleksibel karena dapat mengatur ritme kerja dan waktu sesuka hati karena unit bisnis ada di tangan pemiliknya. Berbeda dengan pekerja yang harus mengikuti aturan perusahaan tempatnya bekerja. Hal itu sering pula dianggap sebagai kelebihan dari seorang pengusaha. Namun apakah betul berwirausaha menjadi pilihan paling tepat bagi fresh graduate (lulusan baru)?

Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Jakarta, Muhamad Ikra SE.MM., memberikan sedikit pencerahan bagi para fresh graduate yang bimbang dalam memilih mencari lowongan pekerjaan atau merintis usaha.

Dosen yang juga pemilik restoran Fish Streat ini menyarankan para fresh graduate bekerja terlebih dahulu. Menurutnya, bekerja di sebuah perusahaan akan memberikan pengalaman berharga yang dapat menjadi modal untuk memulai bisnis atau usaha. Dengan bekerja, seseorang dapat mengetahui dunia kerja, merasakan menjadi bawahan, mengenal sistem perusahaan.

“Merasakan jadi karyawan yang baik dan mematuhi peraturan yang ada di perusahaan, menjaga sikap kepada atasan dan bawahan. Apabila sudah pengalaman di kantor, sedikit banyak memberikan kita pengalaman. Ketika punya usaha, bisa lebih merasakan denyut jalannya perusahaan,” ungkapnya.

Untuk menjadi seorang pengusaha tidak hanya membutuhkan modal kapital, tapi juga ilmu yang mumpuni. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu itu adalah bekerja. Bekerja sambil berwirausaha bisa dilakukan tapi tidak dianjurkan karena ada kemungkinan fokus akan terpecah. Oleh karena itu, Ikra lebih menyarankan bagi pemula untuk fokus bekerja untuk mengumpulkan modal berupa pengalaman, pengetahuan, ilmu, koneksi, dan cara pandang, sebelum mulai merintis usaha.

Ikra menjelaskan bahwa dalam memulai usaha seseorang harus memiliki tiga hal yaitu ilmu, mental, dan kedisiplinan. “Cari ilmu dulu sebanyak-banyaknya. Dalam dunia usaha ada risiko yang besar, yaitu rugi. Oleh karena itu perlu perbanyak ilmu dalam bidang usaha yang akan dilakukan. Sebagai seorang pengusaha, kita harus menjadi orang yang paling tahu bidang usaha yang akan dilakukan,” ungkap Ikra.

Tahapan dalam menciptakan produk dapat dilakukan dengan melakukan riset pasar, pembuatan prototipe, hingga validasi. Pertama, seorang wirausaha perlu menganalisis kebutuhan pasar. Temukan permasalahan dan kebutuhan masyarakat, sehingga seorang pengusaha dapat hadir untuk memberikan solusi. Seorang pengusaha juga dapat mengambil peluang dari tren pasar karena mudah mendapatkan keuntungan. Namun kekurangannya adalah keuntungan tersebut bersifat jangka pendek.

Oleh karenanya, riset pasar sangat dibutuhkan agar dapat menghasilkan produk yang tidak hanya unik tapi juga bertahan lama sesuai dengan kebutuhan pasar. Untuk melakukan riset pasar, seorang pengusaha dapat menggunakan alat analisis misalnya business model canvas atau cara sederhana yang dibagikan Ikra adalah dengan melihat pasar dari beberapa sudut.

“Mulai dari melihat kompetitor, kelebihan dan kekurangan produk, target pasar, hingga validasi produk dengan cara uji coba produk pada orang lain dan ke target pasar yang sesuai,” kata Ikra.

Tahapan tersebut dapat membantu seorang pengusaha menemukan formula yang tepat dalam menciptakan produk yang bisa dirasakan banyak orang. Sementara itu, perihal ilmu pembukuan keuangan dapat dilakukan dengan cara-cara sederhana terlebih dahulu. Apabila usahanya telah mapan, akuntan profesional dapat dilibatkan untuk membantu dalam pengelolaan keuangan.

Hal ini dilakukan oleh Muhamad Ikra dan rekannya Ferly Aninditya saat memulai usaha dalam bidang food and beverage pada Agustus 2014. Sebuah restoran Fish Streat berdiri setelah melalui tahap riset selama enam bulan. Meskipun mengalami penurunan pada masa awal pendirian, tapi keduanya berhasil membuka kembali Fish Streat pada 2015. Maka dari itu mental dan kedisiplinan sangat dibutuhkan karena banyak risiko yang menghantui.

“Menjalankan usaha itu seperti menaiki bukit yang pinggirnya jurang. Apabila tidak hati-hati maka akan terpeleset dan jatuh. Memang tidak semudah itu. Fish Streat hampir bangkrut sampai kami membuat strategi baru dan riset. Kami juga menempatkan diri sebagai konsumen, dan mencoba menganalisis kekurangan dan kesalahan produk yang kami jual. Akhir tahun 2015 sudah mulai ada peningkatan bahkan booming awal 2016 sampai 2018,” kata Ikra.

Fish Streat adalah sebuah hasil dari riset pasar. Rendahnya konsumsi ikan di kalangan masyarakat Indonesia mendorong Ikra dan rekannya untuk ‘mengiklankan’ orang Indonesia, kemudian lahirlah Fish Streat. Segmen pasar menjadi pertimbangan penting juga bagi Ikra sehingga ia membuka satu unit usaha dalam bidang sama namun dengan segmen yang berbeda yaitu Ngikan.

Kepekaannya terhadap kebutuhan pasar dapat menciptakan produk yang unik dan sesuai dengan lidah orang Indonesia sebagai pasar utama. Penyesuaian produk dengan karakteristik orang Indonesia juga dilakukan Ikra pada saat memulai usaha food and beverage baru yaitu ramen makanan khas Jepang. Keraguan orang Indonesia akan kehalalan ramen menjadi kunci bagi Ikra menciptakan Jonkira ramen yang kini digemari orang Indonesia.

“Kalau nonton konten review ramen di Youtube, banyak pertanyaan orang-orang tentang ramennya halal atau tidak. Maka kami buat ramen yang otentik Jepang, halal, harganya terjangkau, dan pelayanan cepat,” ungkap Ikra.

Ikra menegaskan tidak perlu membuat produk mahal, hal yang penting adalah tahu target pasar dan harga sesuai dengan value. “Harga itu sepadan tidak dengan usaha konsumen dalam membeli? Mulai dari waktu, tenaga, dan lain-lain. Serta bagaimana produk dibeli kembali oleh konsumen atau repeat order. Kemudian mereka share ke yang lainnya dan end gamenya bisa membela kita sebagai brand,” kata Ikra.

Ikra menghimbau  para fresh graduate agar menjadi pekerja yang baik. Apabila tidak bisa menjadi karyawan yang baik maka tidak akan bisa menjadi bos yang baik. “Jika mau terjun jadi pengusaha, jadilah wirausaha yang baik. Kalau bisa cari pengalaman di dunia kerja supaya tahu bagaimana feel dan bisnis itu bergerak,” tutup Ikra. (DN/KSU)

Editor : Tria Patrianti

Kata Pakar Lainnya

pkv games
bandarqq
dominoqq
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/dominoqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/bandarqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/pkv-games/