Tim Peneliti FISIP UMJ Dorong Tata Kelola Sungai Terintegrasi dalam Susur Sungai Ciliwung

Oleh :
Alwi Rahman Kusnandar
Tim peneliti UMJ saat mengikuti kegiatan susur Sungai Ciliwung, Sabtu (26/07/2025). (Foto: Dok. Pribadi)
Tim peneliti UMJ saat mengikuti kegiatan susur Sungai Ciliwung, Sabtu (26/07/2025). (Foto: Dok. Pribadi)

Tim Peneliti Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FISIP UMJ) mendorong tata kelola sungai terintegrasi dalam kegiatan susur Sungai Ciliwung yang diselenggarakan oleh Yayasan Elshinta Peduli Kemanusiaan dan Komunitas Pecinta Ciliwung (KPC) Kota Bogor, Sabtu (26/07/2025).

Baca juga: Peneliti UMJ Dukung Pemberdayaan Pekerja Migran Purna di Indramayu

Tim peneliti terdiri dari Dr. Rahmat Salam, M.Si dari Program Studi (Prodi) Doktor Ilmu Administrasi Publik, Dr. Izzatussolekha, M.Si., dari Prodi Magister Administrasi Publik, dan Dr. Tria Patrianti, M.I.Kom., dari Prodi Magister Ilmu Komunikasi FISIP UMJ.

Kegiatan susur sungai ini melibatkan lebih dari 130 peserta dari berbagai komunitas dan institusi, termasuk 30 peserta yang melakukan penyusuran sungai sejauh 90 menit menggunakan enam perahu. Selama kegiatan, para peserta aktif memungut sampah dan mengamati kondisi ekosistem sungai, sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap pelestarian lingkungan.

Ketua Tim Peneliti UMJ Dr. Rahmat Salam, yang juga dikenal sebagai Koordinator Gerakan Ciliwung Bersih sejak 1994, menyampaikan bahwa pengelolaan sungai di Indonesia saat ini masih bersifat parsial dan terfragmentasi antarwilayah administrasi.

“Masalah sungai bukan karena satu kesalahan fatal, tetapi karena tidak adanya badan otoritas tunggal yang mengelola dari hulu ke hilir. Sudah saatnya kita menerapkan model One River, One Plan, One Integrated Management sebagai solusi strategis untuk masa depan,” ungkapnya.

Menanggapi situasi ini, Rahmat mengusulkan pendirian badan otoritas sungai sebagai institusi tunggal yang memiliki kewenangan penuh untuk mengelola sungai secara menyeluruh, termasuk dalam aspek pengendalian debit air, pengolahan limbah, dan penyediaan air bersih.

“Negara maju sudah menerapkan pendekatan ini, dan kita harus mulai berani mengubah cara kerja kita. Ini investasi jangka panjang untuk kualitas hidup yang lebih baik,” ujarnya.

Selain partisipasi lapangan, Rahmat juga menjadi narasumber di Radio Elshinta pada Hari Sungai Nasional (27/07/2025), menyuarakan urgensi tata kelola sungai terintegrasi dan pentingnya membangun visi bersama lintas daerah dan pusat dalam mengelola sumber daya air.

“Jika satu badan otoritas mengelola Sungai Ciliwung, kami yakin persoalan banjir, sampah, dan pemanfaatan air bisa diselesaikan lebih efektif. Sungai bukan sekadar saluran air, tetapi sumber kehidupan yang harus dikelola dengan bijak,” tutup Dr. Rahmat.

Dari pengamatan komunitas di lapangan, ditemukan berbagai tumpukan sampah besar yang disebut sebagai “anakonda” yaitu sampah yang terjalin dan menghambat aliran air. Hal ini menunjukkan bahwa selain tata kelola, edukasi dan perubahan perilaku masyarakat menjadi komponen penting dalam pelestarian sungai.

Selain susur sungai, tim peneliti UMJ juga turut melakukan observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan para pemangku kepentingan, termasuk Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor. Diskusi berlanjut hingga ke Saung Alkesa, Kedung Halang yang menjadi lokasi akhir susur sungai, di mana para peserta melakukan refleksi dan aksi bersih-bersih Sungai Ciliwung.

Penelitian tim UMJ ini akan dikembangkan menjadi proposal kebijakan untuk diajukan kepada pemerintah sebagai kontribusi akademik dalam upaya penanggulangan banjir dan krisis air di wilayah Jabodetabek.

Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, M.A., yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, menyampaikan bahwa Sungai Ciliwung dan Cisadane telah menjadi sumber air baku bagi 95% kebutuhan air masyarakat Bogor. “Kita berutang budi pada sungai-sungai ini. Maka perlu perhatian dan kolaborasi semua pihak,” tegasnya di hadapan peserta.

Kegiatan susur Sungai Ciliwung yang diselenggarakan oleh Yayasan Elshinta Peduli Kemanusiaan dan Komunitas Pecinta Ciliwung (KPC) Kota Bogor ini dalam rangka memperingati Hari Sungai Nasional yang jatuh pada 27 Juli.

Editor : DIan Fauzalia