Prodi Arsitektur FT UMJ Gelar Diskusi Alumni: Menentukan Langkah Setelah S1

Oleh :
Taslim Septia
Kegiatan Bincang Alumni yang berlangsung secara daring pada Sabtu (15/02/2025) (Foto : Dok. Pribadi)
Kegiatan Bincang Alumni yang berlangsung secara daring pada Sabtu (15/02/2025) (Foto : Dok. Pribadi)

Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FT UMJ) kembali menyelenggarakan forum diskusi bertajuk Serial Alumni Bicara #4 dengan tema What Next? Setelah S1 Arsitektur. Acara yang digelar secara daring pada Sabtu (15/02/25) ini menghadirkan dua alumni, Nur Fadlilah dan Rizka Khairunnisa, untuk berbagi pengalaman mengenai pilihan studi lanjutan setelah menyelesaikan pendidikan sarjana.

Baca Juga : Bincang Bersama Alumni Arsitektur FT UMJ Bahas Sudut Pandang Arsitek

Nur, alumni Prodi Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), memilih melanjutkan studi ke jenjang S2 dengan alur desain. Sementara itu, Rizka menempuh Program Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr) sebagai langkah menuju dunia profesional arsitektur.

Dalam pemaparannya, Nur menjelaskan sejumlah persyaratan umum untuk mendaftar program S2, termasuk pemilihan kampus, pemahaman terhadap kurikulum, serta persiapan untuk menghadapi tes masuk. Ia menekankan pentingnya mengenali minat dan kesiapan sebelum memutuskan untuk melanjutkan studi.

“Kita perlu merenungkan apakah arsitektur benar-benar menjadi bidang yang kita minati dan ingin dijadikan karier. Selain itu, penting untuk merencanakan keseimbangan antara studi dan kehidupan pribadi, serta mempersiapkan mental dan alternatif rencana jika ada kendala yang tidak terduga,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Nur juga menjelaskan perbedaan antara jenjang S1 dan S2 dengan alur desain. Pada S1, mahasiswa diuji dengan skripsi atau tugas akhir, sedangkan di S2 alur desain, mahasiswa harus melakukan penelitian serta perancangan yang lebih mendalam dalam tesis desain. Studi di tingkat ini juga memberikan banyak manfaat, seperti menambah wawasan terkait metode penelitian, struktur kerja dalam proyek, serta analisis lingkungan dan ekonomi dalam pengembangan desain.

Sementara itu, Rizka membagikan pengalamannya dalam menempuh PPAr di Universitas Indonesia (UI). Ia menjelaskan bahwa program ini berlangsung selama dua semester dengan total 36 SKS yang harus diselesaikan. Berbeda dengan S1, PPAr lebih menekankan aspek praktis dan penerapan langsung dalam dunia profesi arsitek.

“Dalam PPAr, kami tidak hanya belajar merancang bangunan berdasarkan gagasan pribadi, tetapi juga memahami dan menerapkan building codes yang berlaku. Selain aspek estetika, kami juga harus memastikan bahwa bangunan yang dirancang memenuhi standar keamanan, kenyamanan, dan kebutuhan pengguna,” jelas Rizka.

Ia menambahkan bahwa PPAr menjadi bekal penting bagi para lulusan baru sebelum memasuki dunia kerja profesional. Melalui diskusi dan interaksi dengan sesama mahasiswa, mereka dapat saling bertukar wawasan dan memperdalam pemahaman tentang arsitektur.

Selain jalur S2 desain dan PPAr, terdapat pilihan lain bagi lulusan S1 Arsitektur, yaitu S2 dengan jalur riset. Ketiga jalur ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan pemilihannya bergantung pada minat serta tujuan karier individu. Menjadi sarjana arsitektur bukanlah titik akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang dalam dunia arsitektur dan profesionalisme.

Editor : Dian Fauzalia