November menjadi bulan bersejarah bagi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), tepat pada tanggal 18 November 2023 UMJ merayakan hari kelahirannya yang sudah menginjak usia ke-68. Dalam rangka bersemarak menyambut hari kelahiran UMJ, tim reporter UMJ menemui sejumlah sivitas akademika untuk memberikan pandangannya terkait makna UMJ. Hal itu sebagai momentum untuk menilai pencapaian setiap tonggak perjalanan yang telah dilewati.
UMJ Di Mata Pimpinan
Perjalanan panjang yang telah dilalui sebuah kampus legendaris ini, tentu memiliki makna tersendiri bagi segenap sivitas akademika, tanpa terkecuali Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr. Septa Candra, SH., MH., yang memandang UMJ sebagai kampus besar dan tertua dengan potensi yang luar biasa. Hal tersebut dibuktikan dengan tercetaknya tokoh-tokoh bangsa nasional maupun internasional di berbagai bidang yang diikuti dengan lahirnya alumni-alumni yang memberikan kontribusi positif bagi agama dan bangsa Indonesia. Septa menilai perubahan demi perubahan, dari masa ke masa yang dilakukan oleh UMJ sangat nyata dan terukur.
Menginjak usia yang ke-68 tahun, Septa berharap UMJ semakin menunjukkan eksistensinya sebagai kampus berkemajuan dan pusat peradaban. Bukan hanya indonesia, tapi juga dunia. “Ini merupakan sesuatu yang bukan berlebihan mengingat usia UMJ yang beda tipis dengan usia kemerdekaan indonesia, maka sudah seharusnya UMJ menjadi world university yang mampu bersaing dengan kampus-kampus di luar negeri,” ujar Septa.
UMJ di Mata Mahasiswa
Sebagai bagian dari proses menempuh pendidikan, UMJ juga memiliki makna yang lebih bukan hanya tentang pembelajaran akademis, tetapi juga sebagai perjalanan eksplorasi diri. Dalam hal ini, Mardonris Boimau, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMJ yang juga menjabat sebagai anggota Resimen Mahasiswa Jayakarta Satuan UMJ, mengaku bersyukur atas kesempatan yang didapat untuk berkuliah melalui program bantuan beasiswa mualaf yang diberikan oleh UMJ.
Lebih lanjut, Sarlin Wagola sebagai aktivis mahasiswa UMJ yang menjabat sebagai Presiden Mahasiswa memandang UMJ sebagai salah satu kampus yang memberikan proses pembelajaran dalam dirinya. Duduk di bangku kuliah sejak tahun 2019, menjadi momen bersejarah untuk mempelajari banyak hal mulai dari bidang akademik sampai ke organsisasi.
“Dalam Milad UMJ ke – 68, saya berharap kampus UMJ selalu maju, modern, menjujung tinggi nilai islam dan mencetak generasi unggul,” ungkap Sarlin saat ditemui di Gedung Rektorat UMJ.
Senada dengan yang disampaikan Sarlin. Wildan Mutaqin sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang juga menjabat ketua BEM FISIP UMJ, memandang UMJ sebagai tempatnya belajar dan bertumbuh. Berawal dari ketidaktahuan, menuntunnya untuk mempunyai mimpi yang besar. Ia mengungkapkan rasa senangnya selama menjadi mahasiswa di UMJ dan memperoleh pengalaman yang luar biasa, sehingga dapat melihat indahnya pengetahuan.
Dipasya Nusantara, Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ kedokteran semester 3, mengaku senang berada di lingkungan UMJ. Selama menekuni di bidang kedokteran, ia dituntun menjadi seorang dokter yang profesional dengan mengedepankan nilai-nilai Al Islam Kemuhammadiyahan.
Hal serupa juga dikatakan oleh Mahasiswa Manajemen FEB UMJ, Muhammad Shafly. Ia menilai UMJ sebagai kampus yang peka terhadap nilai-nilai islam. Pondasi pelajaran Islami yang diterapkan UMJ menjadi sesuatu yang berkesan dirasakan oleh Shafly. “pilih UMJ karena sangat kuat agamanya,” tutur Shafly.
“UMJ itu menarik dan seru. Dari dosen hingga teman-temannya. Selain itu UMJ juga memiliki fasilitas yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran,” ungkap Naura, Nassya, dan Aulia, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ.
UMJ Di Mata Tenaga Pendidik
Adapun UMJ di mata tenaga pendidik melihat UMJ sebagai lembaga pendidikan yang berkomitmen pada nilai-nilai keislaman, kemanusiaan dengan kualitas yang mendukung bagi pengembangan akademik. Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan, Dr. Ahmad Fadly, M.Hum., yang telah mengabdi di UMJ sejak tahun 2014, menjelaskan telah mengalami perubahan UMJ secara signifikan, baik dari sisi infrastuktur maupun tata kelola. Ia membayangkan perubahan besar lainnya yang akan terjadi, sehingga harapan bahwa UMJ akan berperan besar dalam membangun peradaban bangsa di masa depan bukanlah sebatas utopia belaka.
Pada kesempatan yang sama, Nadilla Firda, S.K.M, M.K.M., sebagai tenaga pendidik di Fakultas Kesehatan Masyarakat UMJ menceritakan pengalamannya selama mengabdi di UMJ. Sebagai seorang perempuan, UMJ menjadi tempat yang cukup fleksibel dan sangat membantu pekerja perempuan. “Sebagai perempuan, saat anak sakit kita lebih mudah izin untuk merawat anak, karena di sini sangat kekeluargaan sekali. Sejauh ini sih itu yang saya rasakan,”.
Sebagai kampus islami, Nadilla berpendapat bahwa UMJ memberikan kemudahan dalam beribadah terlebih lagi dengan berbagai banyak kajian Islam sebagai wadah untuk belajar. “Alhamdulilah dalam milad UMJ, saya menjadi bagian keluarga UMJ. Semoga UMJ terus berkembang maju di persaingan di dunia pendidikan bisa bertahan dan kita sebagai civitas bekerjasama mencapai UMJ unggul,” ungkapnya.
Pandangan juga datang dari petugas keamanan, satpam yang mempunyai pengalaman menjadi saksi terjadinya tragedi Situ Gintung. Ia melihat UMJ memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Dimatanya, UMJ merupakan perguruan Tinggi Terkenal.
Tak hanya itu, ucapan datang dari seseorang yang membantu mobilitas civitas akademika UMJ. Jika tidak ada profesi ini, mungkin akan menghambat kerja para sivitas akademika. Kasan, salah satu supir UMJ tak mau kalah ikut juga memberikan harapannya. Ia berharap UMJ terus berkembang maju menuju unggul.
Berbagai harapan dan doa disampaikan oleh segenap sivitas akademika dalam rangka milad UMJ yang ke- 68. Dalam hal ini, UMJ diharapkan dapat menjadi universitas yang terus berkembang dan konsisten dalam mencerdaskan serta memartabatkan bangsa, sebagai perwujudan Visi yang dimiliki UMJ yaitu terkemuka, modern, dan islami.
Penulis : Nadiva Rahma
Editor : Dian Fauzalia
