Dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) sekaligus Direktur Atiqoh Noer Alie Center, Dr. Khaerul Umam Noer, menegaskan pentingnya keberpihakan Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Perguruan Tinggi (Satgas PPKPT) terhadap korban. Hal ini ia sampaikan saat menjadi narasumber utama dalam Training of Trainer (ToT) Satgas PPKPT yang diselenggarakan Universitas YARSI pada Selasa (10/9/2025).
Baca juga : Akademisi dan Praktisi Ingatkan Pentingnya Kolaborasi dalam Penanganan Kasus Kekerasan
Dalam paparannya, Umam menekankan bahwa kerja Satgas tidak hanya administratif, melainkan memerlukan kepekaan, empati, dan keadilan. Menurutnya, banyak kasus kekerasan di kampus justru terhambat pada tahap tindak lanjut karena belum adanya sistem penanganan yang tegas dan terstruktur.
“Tantangan terbesar sering muncul setelah laporan diterima. Banyak kampus tidak memiliki alur penanganan yang jelas, sehingga laporan korban tidak segera mendapat respons. Satgas harus didukung sistem yang cepat, adil, dan berpihak pada penyintas,” tegasnya.
Lebih jauh, Umam menyoroti proses pemeriksaan dan investigasi yang kerap menjadi titik rawan reviktimisasi. Ia menekankan pentingnya teknik wawancara yang etis, suasana pemeriksaan yang aman, serta upaya menghindari konfrontasi yang berpotensi memperburuk kondisi psikologis korban maupun saksi.
“Korban dan saksi bukan sekadar sumber informasi, mereka adalah pihak yang harus dilindungi sejak awal. Satgas perlu menempatkan prinsip do no harm sebagai fondasi kerja. Setiap keputusan harus mempertimbangkan rasa aman dan pemulihan korban,” ujarnya.
Dalam pelatihan tersebut, Umam juga menekankan pentingnya integrasi nilai-nilai anti-kekerasan dalam kurikulum dan proses belajar-mengajar. Baginya, pencegahan kekerasan di kampus tidak cukup hanya melalui penindakan, tetapi harus mengakar pada budaya etis dan empatik.
Ia juga mengingatkan, keberhasilan Satgas tidak akan berarti jika rekomendasi yang dihasilkan hanya berhenti di meja birokrasi. “Rekomendasi Satgas sering kali tidak ditindaklanjuti. Padahal, tanpa komitmen struktural dari pimpinan kampus, kerja Satgas hanya akan jadi simbolik,” tambahnya.
Melalui ToT ini, Umam berharap kapasitas Satgas di berbagai perguruan tinggi dapat semakin kuat, baik dalam aspek teknis maupun moral. Dengan dukungan sistem dan komitmen pimpinan kampus, ia optimistis kerja Satgas dapat benar-benar menjadi wujud keberpihakan pada korban serta menciptakan ruang kampus yang aman.
Editor : Sofia Hasna