Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) bersama sejumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) mengikuti Cultural Immersion Program di Korea Selatan, pada Minggu (31/08/2025). Program ini menjadi bagian dari rangkaian International Community Services yang dirancang untuk memberikan pembelajaran dan pengalaman langsung mengenai tradisi serta kekayaan budaya Korea.
Baca juga : Menuju Kampus Global, Wakil Rektor III UMJ Lepas Mahasiswa ICT ke Korea Selatan
Dalam kegiatan ini, dosen dan mahasiswa UMJ diajak merasakan secara langsung budaya Korea melalui berbagai aktivitas. Salah satu momen berkesan adalah mengenakan hanbok, pakaian tradisional khas Korea, di Istana Gyeongbok, peninggalan Dinasti Joseon, Seoul. Dengan balutan hanbok yang berwarna-warni, para peserta dapat merasakan suasana masa lampau yang sarat dengan makna filosofis tentang kesopanan, keindahan, dan harmoni.
Selain itu, peserta juga mengikuti workshop kuliner khas Korea, seperti belajar membuat kimbap atau nasi gulung berisi sayuran dan daging yang dibalut nori. Dalam prosesnya, peserta dikenalkan pada sejarah panjang nori sebagai bahan pangan penting dalam kuliner Korea. Tidak hanya itu, mereka juga diajak mempelajari cara membuat kimchi, makanan fermentasi ikonik Korea yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Program ini turut memperkenalkan sejarah ginseng sebagai salah satu ikon budaya Korea yang telah dikenal ribuan tahun. Ginseng dipercaya memberi energi, meningkatkan daya tahan tubuh, serta menjaga kesehatan. Ginseng dalam pandangan masyarakat Korea juga melambangkan ketekunan dan kekuatan hidup. Melalui penjelasan para pemandu, Dosen dan mahasiswa UMJ memahami bahwa ginseng bukan hanya komoditas herbal, melainkan juga bagian penting dari sejarah perdagangan, diplomasi, hingga identitas bangsa Korea.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UMJ, Prof. Dr. Ir. Tri Yuni Hendrawati, M.Si., IPM., menyampaikan bahwa kegiatan ini memberikan pengalaman yang tidak ternilai.
“Melalui pengalaman mengenakan hanbok, mempelajari kuliner tradisional, hingga memahami sejarah ginseng sebagai ikon bangsa, kami diajak untuk melihat bagaimana Korea menjaga dan melestarikan warisan budayanya. Ini menjadi refleksi penting agar kita di Indonesia juga semakin peduli untuk merawat budaya dan tradisi lokal yang tak kalah kaya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Dosen dan mahasiswa UMJ tidak hanya mengenal budaya Korea secara langsung, tetapi juga mendapatkan inspirasi untuk lebih menghargai kearifan lokal. Pengalaman lintas budaya ini diharapkan mampu membentuk civitas academica UMJ sebagai generasi global yang terbuka, berkarakter, serta tetap berakar kuat pada nilai-nilai kebangsaan.
Editor : Dian Fauzalia