Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menjadi lokasi syuting film The Sun Gazer: Cinta dari Langit. Beberapa lokasi syuting yang digunakan seperti Area Taman Green Park, Masjid At Taqwa, Ruang Sidang Fakultas Hukum UMJ, Aula Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ, serta Aula, ruang kantor, lobby Fakultas Kesehatan Masyarakat UMJ.
Baca juga: Creative Talk FISIP UMJ: Mengupas Industri Film Bersama Produser JUMBO
Film The Sun Gazer: Cinta Dari Langit merupakan film Indonesia terbaru yang diangkat dari kisah nyata yang tertuang dalam novel karya M.Gunawan Yasni yang berjudul Sang Penatap Matahari. Film ini bergenre drama, religi dan romansa yang tayang di bioskop pada 21 Agustus 2025.
Film ini mengisahkan perjalanan seorang pria yang berusaha menemukan arah hidupnya setelah menghadapi kenyataan pahit. Film ini pun menawarkan cerita yang penuh emosi tentang cinta, pengorbanan, dan pilihan hidup.
Film yang diproduksi oleh Warna Pictures dan disutradarai oleh Jastis Arimba. Dengan durasi 1 jam 53 menit, film ini resmi tayang di bioskop pada 21 Agustus 2025.
Justis menjelaskan bahwa UMJ dipilih sebagai lokasi syuting karena memiliki gedung-gedung modern yang bisa dijadikan set perkantoran dan taman yang luas. Suasana dan lingkungan kampus pun terasa nyaman dan menarik sebagai tempat syuting.
“Keputusan untuk memilih lokasi ini berdasarkan rekomendasi dari Wakil Rektor III UMJ, Bu Rini. Tanpa ragu, saya langsung menyetujuinya. Sebenarnya, saya sudah lama tertarik untuk syuting di sini, karena lingkungan kampus sangat mendukung untuk keperluan syuting,” jelasnya.
Justis juga menambahkan bahwa film ini merupakan produksi Indonesia yang mengangkat isu ekonomi syariah. Ia berharap di masa depan, mereka dapat berkolaborasi lagi dengan UMJ untuk proyek film lainnya.
“Saya berharap bisa bekerja sama untuk mengadakan acara nonton bareng film The Sun Gazer: Cinta Dari Langit di aula UMJ suatu saat nanti,” tutup Jastis.
Wakil Rektor III UMJ Dr. Rini Fatma Kartika, S.Ag., MH., mengatakan film ini memiliki banyak makna seperti perjuangan, pengorbanan, dan cinta yang disatukan dalam sebuah karya yang luar biasa. Menurutnya film ini memberikan pemahaman mendalam tentang arti kehidupan.
“Penulis buku The Sun Gazer adalah cucu dari Muhammadiyah di Padang. Beliau adalah orang Muhammadiyah asli, dan ia ingin mengangkat Muhammadiyah sebagai latar belakang, sesuai dengan apa yang pernah digeluti oleh kakeknya,” ujarnya.
Rini menambahkan bahwa film ini merupakan dakwah visual yang mengingatkan masyarakat tentang pentingnya membuka mata terhadap ekonomi syariah, yang bermanfaat baik untuk kehidupan dunia maupun akhirat.
“Semoga ke depannya akan ada lebih banyak orang yang membuat film-film dakwah seperti ini,” harapnya.
Editor : Dian Fauzalia