Berdampak ke Masyarakat, Mahasiswa KKN UMJ Gelar Edukasi Anti Kekerasan Seksual

Oleh :
Indira Dwi
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 12 Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menggelar edukasi anti bullying dan kekerasan seksual di SMAN 10 Depok, pada Kamis (22/08/2025). (Foto : Dok.Pribadi)
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 12 Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menggelar edukasi anti bullying dan kekerasan seksual di SMAN 10 Depok, pada Kamis (22/08/2025). (Foto : Dok.Pribadi)

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 12 Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menunjukkan kontribusi nyata yang berdampak ke masyarakat dengan menggelar edukasi anti bullying dan kekerasan seksual. Kegiatan ini berlangsung di SMAN 10 Depok dengan melibatkan seluruh siswa kelas X, pada Kamis (22/08/2025).

Baca juga : Mahasiswa KKN UMJ Olah Limbah Minyak Jelantah Menjadi Lilin Aromaterapi

Kegiatan dengan tema “Kenali dan Lawan Bullying serta Kekerasan Seksual” ini merupakan hasil kolaborasi dengan pihak sekolah, sebagai bentuk kepedulian terhadap isu kekerasan yang rentan terjadi di lingkungan pendidikan. Edukasi ini bertujuan menumbuhkan kesadaran siswa agar lebih memahami bahaya bullying maupun kekerasan seksual serta cara mencegah dan melaporkannya.

Ketua Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKSP) SMAN 10 Depok, Erwan, dalam sambutannya memaparkan bahwa perlu adanya pemahaman bagi siswa atas berbagai bentuk kekerasan yang mungkin terjadi di sekolah. Ia juga menegaskan bahwa sekolah memiliki komitmen kuat untuk menjadi ruang aman bagi semua siswa.

Lebih lanjut, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMJ, Dr. Khaerul Umam Noer, M.Si., sebagai narasumber utama, memaparkan mengenai berbagai bentuk atau jenis kekerasan di dunia pendidikan, seperti kekerasan fisik, psikis, perundungan (bullying), hingga kekerasan seksual. Ia menekankan bahwa kekerasan tidak selalu berbentuk tindakan fisik, melainkan juga bisa berupa ucapan atau sikap yang dapat merendahkan martabat serta mengancam korban.

“Bullying dan kekerasan seksual seringkali dianggap hal biasa atau dianggap bercanda. Padahal, dampaknya bisa sangat serius dan berkepanjangan, terutama bagi kesehatan mental korban,” ujarnya.

Menurutnya, peran lingkungan sekolah dan teman sebaya sangat penting untuk menunjukkan sikap empati, memberi dukungan, serta membantu proses pemulihan korban. Sebaliknya, tindakan menyalahkan atau mengejek hanya akan memperburuk keadaan. Kehadiran dukungan sosial dapat menjadi kunci agar korban kembali merasa aman dan mampu membangun kepercayaan dirinya.

Khaerul menegaskan apabila siswa mengalami atau mengetahui adanya kasus kekerasan, mereka bisa menyampaikannya kepada guru BK, wali kelas, atau pihak sekolah yang dipercaya, termasuk tim PPKSP yang memiliki tugas khusus menangani hal tersebut. Mekanisme pelaporan bisa dilakukan secara langsung maupun melalui sarana yang telah disediakan sekolah, seperti formulir daring ataupun kotak aduan yang dijamin kerahasiaannya.

“Pelaporan bukan berarti mengadu, tetapi bentuk keberanian dan solidaritas terhadap lingkungan sekolah yang lebih aman dan sehat untuk semua,” ujarnya.

Melalui penyelengaraan edukasi ini, mahasiswa KKN UMJ berharap para siswa dapat lebih berani bersuara, saling menjaga, serta membangun budaya sekolah yang saling menghormati. Kegiatan ini juga menjadi wujud nyata sinergi antara UMJ dan sekolah dalam menciptakan ruang belajar yang sehat, bebas dari kekerasan, dan mendukung perkembangan generasi muda menuju Indonesia Emas 2045.

Editor : Dian Fauzalia