Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FT UMJ) menggelar Serial Teori Arsitektur #2 dengan membahas perbedaan arsitektur konteporer dan modern. Acara ini dilaksanakan pada Selasa (6/2/2025) di Auditorium Ir. Djuanda FT UMJ dan aplikasi zoom meeting.
Baca Juga : Prodi Arsitektur FT UMJ Gelar Diskusi Alumni: Menentukan Langkah Setelah S1
Kegiatan yang mengangkat tema “Arsitektur Kontemporer Menurut Zamannya” ini, menghadirkan nasarumber utama yang sekaligus sebagai dosen Arsitektur, Dr. Ir. Ashadi, M.Si. Ia merupakan dosen yang dikenal sebagai penulis berbagai buku teori arsitektur.
Dalam pemaparannya, Ashadi menjelaskan bahwa masih banyak orang yang keliru dalam memahami arsitektur kontemporer yang dianggap sama dengan arsitektur modern. Ia menegaskan bahwa meskipun arsitektur kontemporer muncul pada era modern, keduanya memiliki konsep yang berbeda.
“Apakah memang demikian? Memang benar bahwa arsitektur kontemporer muncul di zaman modern. Namun, sebelum menyamakannya dengan arsitektur modern, kita perlu meninjau definisi serta sejarahnya terlebih dahulu,” ujar Ashadi saat memulai presentasi.
Diskusi dalam sesi ini mencakup definisi arsitektur kontemporer serta perbedaannya dengan arsitektur modern dan postmodern. Ashadi menjelaskan bahwa era postmodern dimulai pada tahun 1970-an sebagai respons terhadap kegagalan arsitektur modern.
Salah satu peristiwa yang menandai pergeseran ini adalah penghancuran kompleks perumahan Pruitt-Igoe, meskipun desainnya sempat meraih penghargaan. Kegagalan tersebut disebabkan oleh penerapan desain modern yang seragam di berbagai tempat tanpa mempertimbangkan aspek lokalitas dan perilaku pengguna.
Lebih lanjut, Ashadi mengungkapkan bahwa arsitektur kontemporer merujuk pada arsitektur masa kini, yang terus berkembang seiring kemajuan teknologi dan desain. Ia menegaskan bahwa arsitektur kontemporer pertengahan abad ke-20, akhir abad ke-20, dan awal abad ke-21 memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain.
Selama satu jam sesi diskusi, peserta diperkenalkan dengan berbagai contoh bangunan dan karakteristiknya agar mampu membedakan antara arsitektur klasik, modern, dan kontemporer. Sebagai penutup, Ashadi menguraikan 12 ciri utama arsitektur kontemporer, diantaranya, Bergaya baru, Dinamis, Rumit, Menggunakan teknologi konstruksi dan material terbaru, Mengadopsi metode desain dan analisis terkini, Bentuk bebas, tidak terpaku pada geometri konvensional, Transparan, Menyatukan interior dengan lanskap eksterior, Responsif terhadap lingkungan alam, Berwarna, Memiliki makna ganda (multitafsir) dan Mampu berkomunikasi dengan pengamat melalui aspek bahasa.
Dengan adanya diskusi ini, diharapkan peserta semakin memahami konsep arsitektur kontemporer serta mampu membedakannya dari arsitektur modern dan postmodern.
Editor : Dian Fauzalia