Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) Jakarta Selatan dan UPT. Promosi dan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Universitas Muhammadiyah Jakarta bersama-sama menggelar kegiatan Seminar Penanganan Penyimpangan Perilaku Seksual pada Murid bertema “Situasi Terkini Penyakit IMS-HIV/AIDS Akibat Free Sex di Indonesia” di Aula FEB (21/12) dengan jumlah peserta sebanyak 200 guru sekolah baik dari tingkat SMP, Mts, SMA/SMK, dan MAN wilayah DKI Jakarta.
Acara ini dihadiri oleh Wakil Rektor III UMJ Dr. Rini Fatma Kartika, S.Ag., MH., Wakil Dekan III FEB UMJ Dr. Imam Muhtadin, M.M., Ketua MGBK SMA Wilayah I DKI Jakarta Juli Sugiati, M.Pd. serta Dokter Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin Rs. Permata Cibubur dr. Dewi Inong Irana, Sp.KK, FINSDV, FAADV., sebagai narasumber.
Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) merupakan sebuah komunitas atau perkumpulan guru BK. Bentuk layanan yang dilakukan BK meliputi layanan bimbingan dan juga konseling terhadap siswa sekolah atau madrasah. Tidak heran jika tugas berat dari guru BK ini tidaklah ringan karena harus mengkondisikan suasana pembelajaran yang kondusif baik dalam suasana pembelajaran normal maupun saat pandemi.
Ketua pelaksana seminar Safarudin, S.Pd. menyadari pentingnya peran MGBK, maka dari itu acara seminar ini perlu diadakan. Tema yang diangkat sangat penting bagi guru BK yang memang bertugas langsung melayani pelajar.
Juli Sugianti selaku ketua MGBK SMA Wilayah I DKI Jakarta juga mengatakan dalam sambutannya bahwa fenomena LGBT sudah merambat kepada siswa sekolah terutama pada pelecehan seksual dan BO dikalangan remaja, hal ini menjadikan seorang guru harus menjadi garda terdepan bagi siswa di sekolah maka dari itu fenomena ini perlu penanangan lebih lanjut.
Selain itu, diangkatnya isu LGBT dalam acara seminar pada hari ini Juli menjelaskan bahwa seorang guru Bimbingan Konseling (BK) sebagai garda terdepan harus mampu mengetahui bagaimana perilaku-perilaku siswanya tentu dengan berbagai pendekatan yang perlu dilakukan oleh seorang guru hingga akhirnya siswa bisa lebih terbuka kepada guru-guru di sekolah.
Acara seminar ini dibuka oleh Rini selaku Wakil Rektor III Bidang Promosi dan Kerja Sama dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan yang sangat luar biasa ini selain untuk menimba ilmu, harapannya guru-guru mampu memberikan respon positif saat mendengar kasus LGBT atau pelecehan seksual di sekolah. Rini juga mengajak seluruh sekolah dan guru wilayah DKI Jakarta untuk terus berkolaborasi dengan UMJ untuk menciptakan guru yang militan serta lebih melek terhadap isu pelecehan seksual dan LGBT di ranah siswa.
Fenomena di sekolah saat ini mengharuskan seorang guru menjadi penggerak dalam suatu paradigma serta visi guru untuk selalu berpihak dan memiliki pendekatan kepada siswa. Tujuannya sebagai pengaktualisasiaan potensi siswa KJP & ABK agar memiliki kematangan moral, emosi, dan spiritual untuk berprilaku sesuai norma secara bertanggung jawab (KSE) untuk mengembangkan kemampuan kolaborasi kepada semua stakeholder sekolah serta coaching bagi semua guru.
Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Dokter Dewi Inong Irana mengungkap fakta yang mengejutkan akibat maraknya perilaku seks bebas dan homoseksual dapat menyebabkan 90% terkena AIDS. Berbagai penyakit kulit dan kelamin baik yang dapat disembuhkan ataupun yang tidak dapat disembuhkan akibat perilaku menyimpang LGBT ditampilkan di hadapan peserta seminar MGBK Jakarta Selatan.
“Jadi, masalah utama LGBT adalah HIV-AIDS dan penyakit menular seksual. Tidak usah bicara masalah lain atau HAM, inilah dia nantinya muaranya akan ke sini semua,” ungkap Dewi sambil memperlihatkan berbagai penyakit kulit dan kelamin akibat LGBT di layar monitor aula.
Berdasarkan data statistik, pembunuh nomor satu wanita Indonesia adalah kanker mulut rahim (kanker servik). Hal itu terjadi, katanya, akibat hubungan seks berganti-ganti pasangan (zina). “Hubungan seks yang bisa menularkan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah kelamin ke kelamin, kelamin ke mulut (oral), kelamin ke dubur (anal), kelamin ke alat kelamin dengan tangan, bukan hanya hubungan kelamin dengan kelamin saja,” ungkap Dokter Dewi saat memaparkan materi.
Lebih lanjut, Dewi mengatakan bahwa internet memiliki pengaruh besar terhadap siswa untuk melihat konten yang tidak senonoh. “Di internet itu selalu dibilangnya aman ini paling ngeri, hal itu yang menjadikan anak-anak dengan mudah membuka situs-situs porno dan akhirnya membuat anak-anak meniru apa yang ia tonton” jelas Dewi.
Dewi juga memberikan contoh dengan menggunakan alat kontrasepsi (kondom), pori-pori HIV-AIDS dan penyakit menular lebih kecil dari pori-pori kondom. Itu artinya, kondom tidak 100% bisa melindungi seseorang dari penyakit menular ataupun HIV-AIDS.
Berdasarkan pengalamannya sebagai dokter dan sudah banyak mendapatkan pasien penderita penyakit menular dan HIV-AIDS, biaya yang dikeluarkan seorang penderita HIV-AIDS dan penyakit menular perharinya tidaklah sedikit dan semua biaya itu harus ditanggung oleh negara.
“Biaya pengobatan HIV-AIDS setiap harinya perorang 500 ribu sampai 1 juta rupiah, seumur hidup dan harus ditanggung negara. Coba kita hitung, berapa yang harus ditanggung Negara? Karena, kalau tidak dibayarkan oleh negara, HAM akan menuntut.” terang Dewi. Kendati demikian, masa depan negara berada ditangan anak-anak dan perilaku kita sebagai orang tua adalah masa depan bagi mereka.
Imam Muhtadin mengutip kata-kata Bung Karno, “Kalau kita bermimpi sendirian, ketika kita bangun hanya mimpi semata. Tapi kalau kita bermimpi bersama-sama, ketika bangun akan menjadi kenyataan”. Kutipan tersebut mengandung makna agar para peserta mempunyai mimpi dan harapan yang sama, dengan perannya sebagai pengajar untuk menjadikan wujud nyata penyerapan seminar ini demi penerus bangsa. “Guru yg luar biasa adalah sumber motivasi, embrio nya adalah guru BK, jd guru BK adalah sumber motivasi dan inspirasi”, tutup Imam. (KH/KSU)