Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta Dr. Ma’mun Murod, M.Si., berkesempatan menjadi narasumber dalam Gerakan Subuh Mengaji Aisyiyah Jawa Barat, (03/11). Pengajian yang disiarkan langsung melalui kanal Youtube tvMu Channel, membahas terkait Politik Identitas dalam Timbangan Islam Wasathiyah. Ma’mun sangat tegas menyampaikan bahwa tidak ada yang salah dengan politik identitas. Isu politik identitas yang beberapa tahun terakhir menjadi isu hangat yang sangat menarik perhatian publik dianggap Ma’mun sebagai hal yang biasa saja.
Menurutnya umat Islam tidak boleh terjebak pada isu-isu yang dikampanyekan secara masif, sebab hanya akan menyudutkan umat Islam. Agenda kampanye wasathiyah Islam misalnya, dinilai Ma’mun sebagai salah satu isu yang dikampanyekan besar-besaran. Namun kampanye tersebut tidak proporsional karena tidak membahas gagasan wasathiyah secara menyeluruh, melainkan hanya perihal wasathiyah dalam konteks agama Islam. Sedangkan wasathiyah dalam konteks politik, ekonomi, dan hukum yang tidak kalah penting tidak dikampanyekan.
Ma’mun dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada yang salah dengan politik identitas. “Apa yang salah dari politik identitas? Kalau dikaitkan dengan demokrasi tidak ada yang salah, yang salah adalah ketika identitas politik dipolitisir sedemikian rupa,” tegas Ma’mun.
Bagi negara dengan karakteristik plural dan majemuk seperti Indonesia, hal ini dipastikan muncul. Oleh karenanya, Ma’mun mengajak agar umat Islam tidak mudah terjebak pada agenda kelompok lain, terutama agenda pemilik modal yang menawarkan wacana-wacana tertentu, yang pada akhirnya menyudutkan umat Islam. Hal tersebut juga yang menjadi kritik Ma’mun terhadap keberagaman di Indonesia yang selalu menyudutkan umat Islam. Menurut Ma’mun, politik identitas masih tetap akan digunakan, meskipun agak berubah di masa sekarang.
“Saya berpikir orang Muhammadiyah itu cenderung punya akal pikir yang jauh lebih bagus dalam menyikapi persoalan-persoalan tertentu, soal wasathiyah, terorisme, harus cermat,” kata Ma’mun pada akhir dari materi yang disampaikan dalam Gerakan Subuh Mengaji Aisyiyah Jawa Barat. (DN/KSU)