Pembukaan Pelatihan Instruktur Baitul Arqam Mahasiswa (BAM) diselenggarakan oleh Lembaga Pengkajian dan Penerapan Al-Islam Kemuhammadiyahan (LPP AIK) bertempat di Aula FKK UMJ, Rabu (27/07/2022). Kegiatan tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor IV UMJ Dr. Septa Candra, S.H, M.H., Ketua LPP AIK Dr. Saiful Bahri, LC., MA., Ketua Penyelenggara Adlan Fauzi Lubi, M.Pd., dan peserta pelatihan Instruktur yang berjumlah 48 orang.
Adlan dalam laporannya menjelaskan kegiatan Pelatihan Instruktur BAM ini akan dilaksanakan tangal 27-29 Juli 2022. “Kita berharap pelatihan instruktur ini mampu memberikan spirit kepada perguruan tinggi, khususnya Muhammadiyah, untuk menyebarkan dakwah-dakwah persyarikatan, risalah Kiai Haji Ahmad Dahlan, sehingga terbentuk kader yang paripurna,” harap Adlan.
Ia juga berharap peserta yang mengikuti pelatihan instruktur ini nantinya akan mampu berdampak, tidak hanya bagi kalangan mahasiswa, namun dirasakan oleh masyarakat umum.
Peserta pelatihan instruktur ini, setelah menyelesaikan akan disematkan menjadi super mentor yang mengemban tugas berat. Saiful menjelaskan bahwa super mentor akan menjadi garda terdepan untuk mentransformasikan dan menularkan nilai Al-Islam Kemuhammadiyahan, khususnya bagi mahasiswa baru. Penularan nilai tersebut akan ditindak lanjuti sebagai pengoptimalan sumber daya mahasiswa sehingga terwujud pribadi yang unggul. “Mari kita bersama-sama menyongsong, mentransformasikan nilai Al-Islam Kemuhammadiyahan agar mampu membentuk pribadi yang unggul sehingga UMJ dapat mewujudkan kampus islami,” jelas Saiful.
Pelatihan Instruktur ini dibuka oleh Wakil Rektor IV UMJ, Dr. Septa Candra, S.H, M.H., . Dalam sambutannya Septa mengatakan bahwa pelatihan instruktur ini bertujuan untuk mempersiapkan kaderisasi yang akan menunjang dan meneruskan asa agar tujuan persyarikatan dapat terwujud. “Syiarnya Muhammadiyah saat ini tersentral di Perguruan Tinggi, khususnya PTM. Karena PTM merupakan tempat berkumpulnya kaum intelektual. Sangat strategis untuk melakukan pengoptimalan kaderisasi,’ ujar Septa.
Nantinya instruktur, sebagai super mentor, harus mengawal pelaksanaan kaderisasi. pengawalan dalam pelaksanaan kaderisasi persoalan amal ma’ruf nahi munkar. Septa juga mengingatkan bahwa Al-Islam Kemuhammadiyahan harus menjadi leaving values bagi setiap instruktur dan mahasiswa secara umum. “Spirit Al-Maun harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bisa melaksanakan amal ma’ruf nahi munkar yang mampu mengakomodir internal (kampus) dan eksternal (masyarakat),” tambah Septa.
Hal yang paling penting adalah, dalam mengajarkan dan mengawal kaderisasi, merubah paradigma AIK yang kaku dan cenderung monoton. Karena paradigma ini akan menghambat proses kaderisasi yang kaku. “Mengubah paradigma AIK sangat penting. Jangan kaku dan monoton, sampai mengundang ketakutan atau memberatkan mahasiswa,” tegas Septa. Alternatif cara dan pendekatan harus dipikirkan dan dilakukan agar pribadi unggul yang dituju dapat tercapai. Karena pribadi unggullah yang akan menunjang kampus unggul dan islami. (JD)