Saiful Bahri: Teori Rekayasa Ramadhan, Mendorong Melakukan Kebaikan dan Membendung Kemungkaran

Oleh :
Dinar Meidiana

Bulan suci ramadhan adalah bulan yang ditunggu dan dirindukan setiap muslim. Bulan ramadhan memiliki daya magis yang kuat sehingga bisa membuat orang semakin berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Topik ini pula yang diangkat oleh civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMJ dalam Pengajian Rutin, Jumat, (08/04/22) secara daring yang diikuti oleh seluruh Dosen dan Tenaga Kependidikan FISIP UMJ dengan melibatkan Dr. Saiful Bahri, Lc., MA., Ketua Lembaga Pengkajian dan Penerapan AIK UMJ, sebagai narasumber kajian.

Pada sambutannya Dekan FISIP UMJ, Dr. Evi Satispi, M.Si., menuturkan bahwa pengajian rutin yang sudah konsisten berlangsung selama dua tahun ini menunjukkan hasil yang cukup baik bagi pengetahuan keagamaan civitas akademika FISIP UMJ khususnya dalam membaca Al Quran.

Program pengajian rutin tersebut akan terus digalakan bukan hanya bertujuan untuk memberikan asupan ilmu pengetahuan keagamaan, tapi juga untuk kurikulum perkuliahan. “Pengajian ini selanjutnya bukan hanya bina baca Quran, tapi juga mengkaji ayat-ayat Al Quran. Target kita adalah kita bisa tahu dan paham tentang makna setiap ayat dalam Al Quran dan dapat mengadopsi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya untuk masuk ke kurikulum perkuliahan,” ujarnya.

Kajian bertajuk “Menjemput Peluang Terbaik di Bulan Ramadan” yang disampaikan oleh Saiful Bahri ini banyak membahas soal keistimewaan Bulan Ramadan dan kaitannya dengan Al Quran. Berdasarkan pemaparan Saiful, bulan ramadan sangat istimewa karena pada bulan tersebut Al Quran diturunkan. “Ada satu malam yang senilai dengan 1000 bulan, padahal perbandingan malam dengan bulan tidak sebanding. Tapi Allah melakukannya untuk menunjukkan kualitas malam tersebut yang luar biasa”, ungkap Saiful.

Bulan ramadhan juga mengarahkan manusia pada perubahan sosial. “Selama bulan ramadhan, kita direkayasa untuk banyak melakukan kebaikan. Ibadah-ibadah sunnah yang pada hari biasa adalah hal yang sulit dilakukan semuanya menjadi biasa dan mudah dilakukan di Ramadan, inilah yang dinamakan Teori Rekayasa Ramadan”, jelasnya. Ia juga memaparkan bahwa rekayasa itu juga berlaku untuk membendung kemungkaran. (KSU/DN)