Sustainable Development Goals (SDGs) hadir sebagai sebuah agenda global yang dirancang untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan. Melalui 17 tujuan utamanya, SDGs menegaskan komitmen bersama negara-negara di dunia untuk menjawab berbagai tantangan global, mulai dari kemiskinan, perubahan iklim, kesenjangan sosial, hingga kerusakan lingkungan.
Dilansir dari tirto.id, SDGs disepakati pada 2015 oleh negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan target pencapaian hingga 2030. Tujuan ini mencakup aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang saling terhubung. Di antaranya adalah penghapusan kemiskinan dan kelaparan, peningkatan kesehatan dan pendidikan, kesetaraan gender, energi bersih, pekerjaan layak, serta perlindungan ekosistem laut maupun darat. Prinsip utama dari agenda ini adalah memastikan pembangunan saat ini tidak mengorbankan hak generasi mendatang.
Indonesia merespons serius agenda tersebut dengan menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 59 Tahun 2017 dan Perpres No. 111 Tahun 2022 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Dikutip dari kompas.com, regulasi ini menjadi pedoman nasional agar kebijakan pembangunan sejalan dengan target global yang sudah ditetapkan.
Meski begitu, keberhasilan SDGs tidak hanya diukur dari kebijakan yang dikeluarkan. Terdapat 248 indikator SDGs hingga April 2022 (meskipun beberapa sumber menyebut 247 karena adanya penyesuaian). Di Indonesia, indikator tersebut telah disesuaikan oleh Bappenas agar sesuai dengan konteks nasional, mencakup bidang pendidikan, kesehatan, hingga pembangunan desa.
Indikator ini berfungsi lebih dari sekadar angka. Data yang dihasilkan membantu menjawab pertanyaan mendasar, yaitu apakah angka kemiskinan benar-benar berkurang, apakah kualitas pendidikan semakin merata, dan apakah layanan kesehatan semakin inklusif. Dengan indikator yang valid, pemerintah pusat maupun daerah dapat menyusun kebijakan yang terukur, sementara masyarakat sipil, akademisi, hingga dunia usaha memiliki acuan yang jelas untuk ikut berperan.
Selain itu, indikator SDGs juga dipakai sebagai bahan laporan resmi Indonesia dalam Voluntary National Review (VNR) ke forum PBB setiap dua tahun sekali. Tanpa indikator yang transparan, capaian pembangunan hanya akan menjadi klaim tanpa bukti nyata.
Dengan adanya agenda global ini dan komitmen bersama dari berbagai pihak, SDGs diharapkan mampu menjadi peta jalan untuk mewujudkan dunia yang lebih adil, sejahtera, dan lestari bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.
Baca info menarik lainnya di www.umj.ac.id