Pangeran Hisahito: Calon Penerus Tahta Jepang Masuki Usia Dewasa

Oleh :
Taslim Septia
Pangeran Hisahito
Pangeran Hisahito, saat di taman Istana Kekaisaran Akasaka di Tokyo, Jepang (Sumber : AP)

Pangeran Hisahito, pewaris kedua tahta Kerajaan Yamato, merayakan ulang tahun ke-18. Ini merupakan pertama kalinya dalam 40 tahun keluarga Kerajaan Jepang memiliki seorang pewaris yang mencapai usia dewasa.

Jepang, negara dengan sejarah panjang dan tradisi yang kaya, kini tengah memandang ke arah masa depan dengan penuh harapan dan tantangan. Pusat perhatian saat ini mengarah pada seorang pangeran muda berusia 18 tahun yang merupakan calon penerus kaisar Jepang.

Sosoknya menjadi sorotan karena tidak hanya usianya yang masih sangat muda, tetapi juga perannya yang krusial dalam memastikan kelanjutan dinasti kekaisaran Jepang.

Pangeran Hisahito adalah keponakan laki-laki dari Kaisar Naruhito. Ayahnya, Putra Mahkota Akishino, adalah adik laki-laki Kaisar Naruhito. Sebagai kerajaan yang menganut sistem pewarisan patrilineal, Jepang menetapkan bahwa pewaris tahta adalah laki-laki.

Karena Kaisar Naruhito tidak memiliki putra, posisi pewaris tahta jatuh kepada adiknya, Akishino. Dengan adanya putra laki-laki, Hisahito berpotensi menjadi kaisar di masa depan jika ayahnya meninggal atau mengundurkan diri.

Dalam Undang-Undang Kerumahtanggaan Kekaisaran 1947 tertulis, sebagian besar tetap mempertahankan nilai-nilai keluarga pra-perang yang konservatif dengan hanya mengizinkan laki-laki untuk mewarisi takhta. Selain itu mengharuskan anggota keluarga kerajaan perempuan yang menikah dengan orang biasa untuk kehilangan status kerajaan mereka.

”Saat ini, saya menikmati waktu-waktu terakhir di SMA,” ungkap Hisahito dalam pernyataan resmi.

Perayaan ulang tahun kedewasaan Hisahito akan tertunda hingga paling cepat tahun 2025. Penundaan ini agar Hisahito bisa menyelesaikan pendidikannya terlebih dahulu.

Hisahito terkenal memiliki minat besar dalam ilmu alam, terutama entomologi atau studi tentang serangga. Ia pernah menyusun makalah tentang observasinya terhadap populasi capung di Akasaka, tempat tinggal keluarga kerajaan.

Cek www.umj.ac.id untuk mengetahui informasi menarik lainnya.

Editor: Dinar Meidiana