Fenomena Worm Blood Moon Muncul Pada Akhir Pekan Ini

Oleh :
Lukman Rahman Hakim
Peristiwa Worm Blood Moon atau bulan yang berwarna merah terjadi di berbagai negara (foto ini diambil dari https://inet.detik.com/science/d-7817239/gerhana-bulan-total-14-maret-2025-bulan-berwarna-merah-darah)
Peristiwa Worm Blood Moon atau bulan yang berwarna merah terjadi di berbagai negara (foto ini diambil dari https://inet.detik.com/science/d-7817239/gerhana-bulan-total-14-maret-2025-bulan-berwarna-merah-darah)

Pada akhir pekan ini, tepatnya Jumat, 14 Maret 2025, langit malam akan dihiasi oleh fenomena Worm Blood Moon. Bulan Purnama Worm Moon akan mencapai puncaknya pada pukul 02.56 EST (13.56 WIB) dan kemudian muncul serta bersinar di langit timur pada malam hari. 

Worm Moon merupakan sebutan tradisional untuk bulan purnama yang muncul di bulan Maret. Nama ini diambil dari cerita rakyat penduduk asli Amerika dan Eropa. Worm Moon melambangkan periode ketika cacing tanah mulai keluar dari tanah yang mencair, menandai akhir musim dingin dan awal musim semi. Fenomena ini memiliki makna penting bagi para petani karena menunjukkan waktu yang ideal untuk memulai musim tanam baru.

Dilansir dari Kompas.tv, Gerhana Bulan Total terjadi ketika Bulan, Matahari, dan Bumi berada dalam satu garis lurus. Kondisi ini menyebabkan Bulan berada di dalam bayangan gelap (umbra) Bumi. Akibatnya, pada puncak gerhana, Bulan tampak berwarna merah. Gerhana bulan total dapat diamati dengan aman tanpa alat bantu. Selama kondisi cuaca mendukung, prosesnya akan terlihat jelas dengan mata langsung.

Di Amerika Utara, seluruh tahapan gerhana dapat terlihat di semua 50 negara bagian, termasuk wilayah Alaska, Hawaii, Kanada, dan Meksiko. Sementara itu, sebagian besar kawasan Amerika Selatan, seperti Brasil, Argentina, dan Chili, juga memiliki kesempatan untuk menyaksikan gerhana secara utuh.

Di Eropa, khususnya wilayah barat seperti Spanyol, Prancis, dan Inggris, pengamatan gerhana dapat dilakukan sebelum bulan menghilang di pagi hari pada tanggal 14 Maret. Di Afrika bagian barat, termasuk Maroko dan Senegal, kesempatan untuk melihat gerhana total juga terbuka. Sementara itu, di Oseania, Selandia Baru dapat menyaksikan tahap akhir gerhana saat bulan terbit.

Dilansir dari liputan6.com, Keistimewaan Gerhana Bulan Total kali ini terletak pada waktunya yang bertepatan dengan bulan Ramadan, sehingga menjadi peristiwa astronomi yang menarik perhatian umat Islam di seluruh dunia. Dalam sejarah, gerhana bulan sering kali dihubungkan dengan berbagai kejadian religius dan menjadi waktu untuk merenung bagi banyak orang.

Dalam Ajaran Islam, gerhana bulan dikenal dengan istilah ‘Khusuf’ dan biasanya dijadikan kesempatan untuk melaksanakan shalat gerhana atau shalat Khusuf. Meskipun Indonesia tidak dapat melihat gerhana ini secara langsung, banyak umat Muslim di berbagai belahan dunia lainnya dapat menyaksikan fenomena ini sambil menjalankan ibadah puasa Ramadan.

Walaupun fenomena ini memiliki arti religius bagi beberapa orang, secara ilmiah, ini merupakan peluang berharga bagi astronom dan pengamat langit untuk mendalami interaksi antara cahaya dan atmosfer yang menghasilkan warna kemerahan khas saat gerhana bulan total.

Baca info menarik lainnya di www.umj.ac.id