Kasus Kematian Balita Raya asal Sukabumi : Seluruh Tubuh Dipenuhi Cacing

Oleh :
Indira Dwi
Ilustrasi cacing gelang (Foto : Detik.com)
Ilustrasi cacing gelang (Foto : Detik.com)

Kasus kematian balita bernama Raya asal Kabupaten Sukabumi mengejutkan publik. Anak berusia tiga tahun itu meninggal dunia karena seluruh tubuhnya dipenuhi cacing gelang yang telah menyebar hingga ke paru-paru dan otak. Kondisi mengenaskan ini menyoroti persoalan gizi buruk, pola asuh keluarga, serta peran pemerintah dalam penanganan kesehatan anak.

Dilansir dari Liputan6.com, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Agus Sanusi, menegaskan bahwa meskipun Raya tidak memiliki identitas resmi, pelayanan kesehatan tetap diberikan. Menurutnya, bantuan berupa susu, telur, serta obat cacing sudah diberikan kepada keluarga dan seharusnya cukup untuk dua minggu . Namun, ia mengakui ada kendala di lapangan.

“Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang seharusnya cukup dua minggu tetapi habis dalam dua hari. Mungkin dipakai keluarganya,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa penurunan pola asuh diduga menjadi salah satu penyebab memburuknya kondisi Raya.

Bupati Sukabumi, Asep Japar, turut menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Raya. Ia mengungkapkan bahwa kondisi orang tua Raya sangat memengaruhi pola asuh. Sang ibu diketahui mengalami gangguan jiwa (ODGJ), sementara sang ayah mengidap penyakit TBC.

“Intinya pola asuh yang salah sehingga anak telantar. Pemerintah tetap hadir memberikan pelayanan,” ujarnya dilansir dari Tribunnews.com

Namun demikian, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegur keras Pemkab Sukabumi karena dinilai kurang sigap dalam menangani kasus ini.

Dilansir dari Detik.com, kronologi kasus kematian Raya berawal dari kondisinya yang sejak lama masuk kategori gizi buruk atau Bawah Garis Merah (BGM). Raya tercatat rutin dipantau oleh posyandu dan menerima bantuan gizi tambahan. Namun, upaya rujukan ke ahli gizi berulang kali gagal dilakukan karena tidak mendapat persetujuan dari orang tua.

Kesehatan Raya semakin menurun pada pertengahan Juli 2025. Pada 13 Juli, ia akhirnya dibawa ke RSUD R. Syamsudin dalam kondisi kritis. Saat diperiksa, tim medis menemukan cacing keluar dari hidungnya dan mendiagnosis Raya mengalami askariasis berat. Penyakit ini diketahui telah menyebar hingga paru-paru dan otak, membuat penanganan medis menjadi sangat sulit.

Setelah menjalani perawatan intensif selama sembilan hari, kondisi Raya tidak kunjung membaik. Pada 22 Juli 2025, balita itu dinyatakan meninggal dunia.

Lebih lanjut, keterlambatan aktivasi BPJS keluarga Raya sempat menjadi kendala administrasi, meski pihak pemerintah daerah mengklaim sudah berupaya memberikan bantuan.

Kasus ini menjadi perhatian luas masyarakat dan memunculkan kritik terhadap lemahnya sistem deteksi dini gizi buruk di daerah. Hal ini sekaligus menegaskan pentingnya edukasi pola asuh keluarga, pemerataan pelayanan kesehatan, serta langkah konkret pemerintah untuk mencegah kejadian serupa terulang di kemudian hari.

Baca info menarik lainnya di www.umj.ac.id