Awal Tahun Hijriyah dan Kemuliaan Bulan Muharram

Oleh :
Lukman Rahman Hakim
logo bulan Muharram (foto diambil dari https://alfauzigroup.com/blog/detail/182/keutamaan-bulan-muharram-dalam-islam)
logo bulan Muharram (foto diambil dari https://alfauzigroup.com)

Awal tahun dalam kalender Hijriyah ditandai dengan masuknya bulan Muharram. Bulan ini dianggap istimewa karena termasuk salah satu bulan mulia, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 36 dan ditegaskan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim.

 Dalam hadits tersebut, Rasulullah Saw menyatakan bahwa dalam setahun terdapat dua belas bulan, dan empat di antaranya merupakan bulan yang dimuliakan, yaitu tiga yang berurutan: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, serta satu lagi yaitu Rajab.

Melansir dari Muhammadiyah.or.id, perisitiwa di bulan Muharram yang sering menjadi sorotan umat Islam, yakni peringatan Tahun Baru Hijriah pada 1 Muharram dan Hari Asyura yang jatuh pada 10 Muharram.

Puasa Asyura kerap diasumsikan bukan merupakan praktik ibadah asli dalam tradisi Islam, melainkan hasil adaptasi dari kebiasaan keagamaan kaum Yahudi.

Asumsi semacam itu dapat dimaklumi jika hanya didasarkan pada hadits Ibnu Abbas yang dikenal luas sebagai dasar disunnahkannya puasa Asyura. Hadits tersebut menyatakan sebagai berikut:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالُوا: هَذَا يَوْمٌ ظَهَرَ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «نَحْنُ أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ» فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika tiba di Madinah, Beliau mendapatkan mereka (orang Yahudi) malaksanakan shaum hari ‘Asyura (10 Muharam) dan mereka berkata; “Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun.

 Lalu Nabi Musa ‘Alaihissalam mempuasainya sebagai wujud syukur kepada Allah”. Maka Beliau bersabda: “Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka”. Maka Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummat Beliau untuk mempuasainya (HR. Bukhari).

Hadits tersebut menyebutkan bahwa tanggal 10 Muharram, yang bertepatan dengan tanggal 10 Tishrei dalam kalender lunisolar Ibrani, merupakan momen kemenangan Nabi Musa dan kaum Bani Israel atas Fir’aun beserta pasukannya.

Kaum Yahudi menyebut tanggal itu sebagai Hari Raya Yom Kippur. Sebagai bentuk ungkapan syukur, mereka menjalankan ibadah puasa pada hari tersebut.

Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ini juga menjadi dasar bagi sebagian orang untuk beranggapan bahwa Nabi Saw mulai menganjurkan puasa Asyura setelah berhijrah ke Madinah, terinspirasi oleh praktik berpuasa yang dilakukan oleh kaum Yahudi di sana.

Baca info menarik lainnya di www.umj.ac.id