17+8 Tuntutan Rakyat: Transparansi, Reformasi, dan Empati Jadi Sorotan Nasional

Oleh :
Indira Dwi
17+8 Tuntutan Rakyat (Foto : tangkapan layar dari Instagram @jeromepolin)
17+8 Tuntutan Rakyat (Foto : tangkapan layar dari Instagram @jeromepolin)

Seruan “17+8 Tuntutan Rakyat” yang beredar di media sosial saat ini menjadi sorotan nasional. Seruan tersebut berisi desakan masyarakat terhadap pemerintah, DPR, hingga aparat keamanan, seperti TNI dan Polri untuk segera melakukan perubahan nyata. Mengusung semangat transparansi, reformasi, dan empati, tuntutan ini dipublikasikan melalui akun Instagram @jeromepolin dalam sebuah unggahan berisi tujuh slide, yang ditutup dengan kalimat tegas “Kami menunggu. Buktikan suara rakyat didengar.”

Melansir dari kompas.com, daftar tuntutan ini disusun oleh beberapa figur publik, diantaranya Andovi Da Lopez, Jerome Polin, dan Salsa Erwin. Menurut Andovi, proses penyusunan berlangsung cepat, hanya sekitar tiga jam, dan melalui diskusi intens antarfigur publik agar suara rakyat bisa lebih luas terdengar.

“Kita bikin satu pesan yang bisa didengar semua orang,” ujarnya saat ikut aksi mahasiswa di depan Gedung DPR/MPR RI, Senin (01/09/2025).

Terdapat 17 tuntutan mendesak yang ditargetkan selesai paling lambat 5 September 2025, yaitu:

  1. Bentuk Tim Investigasi Independen kasus Affan Kurniawan, Umar Amarudin, maupun semua korban kekerasan dan pelanggaran HAM selama demonstrasi 28-30 Agustus.
  2. Hentikan keterlibatan TNI dalam pengamanan sipil, kembalikan TNI ke barak.
  3. Bebaskan seluruh demonstran yang ditahan dan pastikan tidak ada kriminalisasi demonstran.
  4. Tangkap dan adili aparat yang melakukan kekerasan secara transparan.
  5. Hentikan kekerasan oleh kepolisian dan taati SOP pengendalian massa.
  6. Bekukan kenaikan gaji/tunjangan anggota DPR dan batalkan fasilitas baru.
  7. Publikasikan transparansi anggaran DPR secara proaktif dan dilaporkan secara berkala.
  8. Selidiki kepemilikan harta anggota DPR yang bermasalah oleh KPK
  9. Dorong Badan Kehormatan DPR untuk periksa anggota yang melecehkan aspirasi rakyat.
  10. Partai harus pecat atau jatuhkan sanksi tegas kepada kader partai yang tidak etis dan memicu kemarahan publi.
  11. Umumkan komitmen partai untuk berpihak pada rakyat di tengah krisis.
  12. Anggota DPR harus melibatkan diri di ruang dialog publik bersama mahasiswa dan masyarakat sipil.
  13. Tegakkan disiplin internal agar anggota TNI tidak mengambil alih fungsi Polri.
  14. Komitmen publik TNI untuk tidak memasuki ruang sipil selama krisis demokrasi.
  15. Pastikan upah layak untuk seluruh angkatan kerja (guru, nakes, buruh, mitra ojol).
  16. Ambil langkah darurat untuk mencegah PHK massal dan lindungi buruh kontrak.
  17. Buka dialog dengan serikat buruh untuk solusi upah minimum dan outsourcing

Selain tuntutan jangka pendek, terdapat 8 agenda reformasi jangka panjang dengan tenggat waktu hingga 31 Agustus 2026, yaitu :

  1. Bersihkan dan Reformasi DPR Besar-Besaran
  2. Reformasi Partai Politik dan Kuatkan Pengawasan Eksekutif
  3. Susun Rencana Reformasi Perpajakan yang Lebih Adil
  4. Sahkan dan Tegakkan UU Perampasan Aset Koruptor,
  5. Reformasi Kepemimpinan dan Sistem Kepolisian agar Profesional dan Humanis
  6. TNI Kembali ke Barak, Tanpa Pengecualian
  7. Perkuat Komnas HAM dan Lembaga Pengawas Independen
  8. Tinjau Ulang Kebijakan Sektor Ekonomi & Ketenagakerjaan

Tuntutan ini sendiri merupakan rangkuman berbagai desakan, mulai dari organisasi masyarakat sipil, serikat buruh, hingga petisi daring. Kini, publik menanti apakah pemerintah dan lembaga negara benar-benar akan merespons 17+8 Tuntutan Rakyat yang telah menjelma menjadi simbol keberanian rakyat menuntut perubahan.

Baca info menarik lainnya di www.umj.ac.id