Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr. Ma’mun Murod, M.Si., menghadiri acara Pengajian dan Pelantikan Gabungan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM), dan Pimpinan Cabang Nasyiatul ‘Aisyiyah (PCNA) Kecamatan Ciseeng, Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (19/02/22).
Pada acara yang diselenggarakan di Aula Kantor Kecamatan Ciseeng ini, rektor juga sekaligus menjadi narasumber pada pengajian yang bertajuk, Meneguhkan Semangat Gerakan untuk Muhammadiyah Berkemajuan.
Dalam ceramahnya, rektor menegaskan posisi Muhammadiyah sebagai ormas yang sangat toleran dan moderat sehingga kehadiran Muhammadiyah dapat diterima oleh berbagai kelompok masyarakat dan dapat membangun sinergi dengan baik khususnya dengan ormas-ormas lainnya dalam upaya menghadirkan kemaslahatan bagi umat. Dalam acara ini turut hadir tokoh-tokoh masyarakat Ciseeng dan Bogor serta ormas-ormas lainnya seperti Nahdlatul Ulama (NU), Mathla’ul Anwar, dan sebagainya.
Lebih jelas, rektor menghimbau agar masyarakat khususnya warga Muhammadiyah hendaknya menguatkan pemahaman keagamaan yang moderat dan tidak terlalu fanatik dengan ormas (Islam) tertentu, tapi fanatiklah dengan Islam. Ormas hanyalah sebuah organisasi yang seyogyanya bergerak secara inklusif untuk kemajuan umat.
“Masyarakat, khususnya warga Muhammadiyah harus menguatkan pemahaman keagamaan yang moderat dan tidak terlalu fanatik dengan Muhammadiyah, tapi fanatiklah dengan Islam,” jelasnya.
Warga Muhammadiyah juga penting untuk menggabungkan metode berpikir bayani, burhani dan irfani untuk mendapatkan pengetahuan yang valid. Bayani adalah metode berpikir berdasarkan teks, dalam hal ini al-Qur’an dan Sunnah, sedangkan burhani adalah metode berpikir berdasarkan runtutan nalar logika. Adapun irfani merupakan metode berpikir berlandaskan pendekatan dan pengalaman atas realitas spiritual keagamaan.
Dengan menggabungkan tiga metode berpikir tersebut seseorang akan mampu berpikir luas dan tidak mudah bereaksi secara impulsif atas satu persoalan. Dalam hal ini dapat dilihat bagaimana Muhammadiyah tidak menganut mazhab tertentu, sehingga dalam pengambilan hukum mengutamakan pendapat yang paling unggul, walaupun dalam mengkaji hukum Muhammadiyah juga tidak mengesampingkan pendapat para mazhab seperti Mazhab Syafi’i, Maliki, Hanafi, dan Mazhab Hambali.
Senada dengan tema acara, di akhir ceramahnya rektor berpesan kepada para pengurus PCM, PCPM, dan PCNA Ciseeng agar dapat membangun relasi yang baik dengan ormas-ormas lainnya, dan bersinergi untuk bermanfaat bagi umat. (KSU/Rofie)