Warek IV UMJ Jadi keynote speaker Pra Raker ICMI Jakarta Utara

Oleh :
Mansur
Wakil Rektor IV UMJ, Dr. Septa Candra, S.H., M.H., hadir sebagai keynote speaker dalam acara Pra Rapat Kerja Organisasi Daerah (ORDA) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jakarta Utara periode 2025-2030. (Foto: KSU/Dok. pribadi)
Wakil Rektor IV UMJ, Dr. Septa Candra, S.H., M.H., (kanan) hadir sebagai keynote speaker dalam acara Pra Rapat Kerja Organisasi Daerah (ORDA) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jakarta Utara periode 2025-2030. (Foto: KSU/Dok. pribadi)

Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Dr. Septa Candra, S.H., M.H., menjadi keynote speaker dalam acara Pra Rapat Kerja Organisasi Daerah (ORDA) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jakarta Utara periode 2025-2030, di Ruang Bahari Lantai 14, Kantor Wali Kota Jakarta Utara, pada Kamis (28/08/25).

Baca juga: Warek IV UMJ Tegaskan Bahaya Narkoba di Seminar Nasional

Acara ini bertujuan memantapkan arah dan strategi program kerja ICMI Jakarta Utara dalam menghadapi berbagai tantangan sosial di kawasan perkotaan, khususnya wilayah Jakarta Utara yang dikenal dengan keragaman penduduknya dan kompleksitas masalah sosial.

Septa menekankan pentingnya peran cendekiawan muslim sebagai garda terdepan dalam memberikan solusi nyata terhadap permasalahan sosial urban yang semakin kompleks. Ia mengungkapkan bahwa Jakarta, terutama Jakarta Utara, menghadapi sejumlah tantangan serius akibat dampak urbanisasi, di antaranya ketimpangan sosial ekonomi, meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran, serta potensi konflik akibat kemajemukan masyarakat.

“Jakarta adalah magnet bagi penduduk dari berbagai daerah, sehingga heterogenitas masyarakat yang tinggi dapat menimbulkan potensi konflik jika tidak dikelola dengan baik,” ungkapnya.

Sebagai solusi, Septa menekankan bahwa cendekiawan muslim harus mampu merumuskan langkah strategis berbasis riset agar program kerja ICMI benar-benar menyentuh persoalan mendasar masyarakat. Ia menyoroti pentingnya pemberdayaan ekonomi umat melalui pengembangan koperasi syariah, UMKM, dan program pemberdayaan berbasis syariah, karena masyarakat miskin seringkali sulit mengakses pembiayaan dari perbankan konvensional. “Pemberdayaan ini harus dilakukan dengan pendampingan dan pembinaan agar dapat memberikan dampak nyata bagi peningkatan kesejahteraan keluarga,” jelasnya.

Ia juga menekankan perlunya membangun etika perkotaan, seperti menjaga kebersihan lingkungan sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan. Menurutnya, kebersihan yang terjaga akan berdampak pada kesehatan masyarakat sekaligus mendukung pembangunan sumber daya manusia. Ia juga menekankan pentingnya menghadirkan spiritualitas di tengah derasnya arus modernisasi.

“Seperti Nabi Muhammad yang berhasil membangun kota Madinah sebagai kota yang damai dan harmonis, cendekiawan muslim harus mampu menghadirkan nilai-nilai spiritual di perkotaan agar masyarakat tidak kehilangan jati dirinya,” ujarnya. Di akhir paparannya, Dr. Septa menegaskan bahwa kehadiran ICMI harus fokus pada program-program yang berdampak langsung terhadap masyarakat, bukan sekadar terjebak dalam politik praktis. Hal ini menjadi penting mengingat data menunjukkan tingkat pengangguran terbuka di Jakarta pada akhir 2024 mencapai 6,42 persen, dan dikhawatirkan meningkat di 2025. “Harapannya, ICMI Jakarta Utara mampu menjadi motor penggerak solusi konkret, terutama dalam mengatasi persoalan ekonomi dan kemiskinan, sehingga benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” pungkasnya.

Editor : Dian Fauzalia