Mahasiswa Harus Berpikir Kritis, Apakah Benar?

(Ilustrasi : KSU/Fachrul Rozi)

Menjadi mahasiswa merupakan kesempatan emas yang harus dimanfaatkan untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman yang lebih banyak. Mahasiswa juga tidak jarang dinobatkan sebagai agent of change atau yang sering dikenal sebagai pembawa perubahan. Mengapa dapat dikatakan seperti itu, karena salah satu komponen Tri Dharma Perguruan Tinggi harus diwujudkan yakni melakukan pengabdian masyarakat.

Dan perubahan yang terjadi di masyarakat ini membuat mahasiswa dinilai sebagai agent of change. Karakter yang dimiliki oleh mahasiswa merupakan karakter yang dapat membawa perubahan dan bermanfaat bagi orang lain. Salah satunya dalam berpikir kritis.
Kemampuan untuk berfikir sangatlah penting terutama sebagai mahasiswa. Kenapa harus berpikir secara kritis? Setiap hari manusia dihadapkan oleh berbagai permasalahan, isu-isu, dan narasi-narasi yang mempengaruhi kehidupan. Semua permasalahan itu tidak mungkin dapat dipikirkan dengan mudah, sering kali permasalahan itu sulit dihadapi. Maka dari itu, sebagai mahasiswa harus membiasakan diri untuk berpikir secara kritis agar dapat membuat keputusan yang matang dan bijaksana. Selain itu hal ini dapat menolong, sebab tidak mudah terprovokasi dan menelan informasi secara mentah-mentah. Mahasiswa yang biasa berpikir kritis akan mendalam atau menggali informasi dan memahami suatu masalah dengan baik sehingga dapat mengambil keputusan dengan bijak.

Berpikir kritis ini harus diterapkan di berbagai situasi. Karena seringkali lingkungan tidak mendukung untuk berpikir kritis dan hal itu yang tentunya menghambat perkembangan diri. Berpikir kritis akan mendorong otak untuk terus bertanya-tanya sehingga pertanyaan-pertanyaan yang tersimpan dipikiran harus terjawab. Akan tetapi ketika seseorang punya pengetahuan yang tinggi, lalu banyak bertanya, tidak jarang  dianggap “sok pintar, ribet”, sejatinya orang  bertanya karena rasa ingin tahu yang tinggi, bukan bermaksud menguji atau cari perhatian.

Mahasiswa tidak seharusnya termakan oleh stigma seperti itu yang ada di masyarakat atau di lingkungan sekitar. Kemampuan
berpikir kritis ini bisa dilatih dengan diri sendiri. Cara berpikir ini dapat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam membangun pemahaman serta kritik yang berguna terhadap sebuah konsep atau opini yang ada. Contoh kecilnya dalam bertukar pendapat dengan teman atau kerabat.

Sebagai mahasiswa harus mempunyai kemerdekaan dalam berpikir seperti bisa mengidentifikasi, mengobservasi, menganalisa, dan menimbang suatu isu. Biasanya seseorang hanya melakukan sesuatu yang lumrah di masyarakat, tanpa tahu apa itu manfaatnya. Kemudian, sebagai mahasiswa yang memiliki nilai independen harus mendorong diri untuk terus berpikir kritis.
Mahasiswa harus selalu bisa berpikir mandiri. Sebelum melakukan sesuatu, sebelum memegang suatu nilai, sebelum mempercayai sesuatu. Sebagai agent of change harus menganalisa semuanya agar tahu akan manfaatnya. Berpikir kritis ini juga sudah sering dibahas mulai dari para filsuf yunani dan psikolog dunia.

John Dewey (1910) mendefinisikan bahwa “Reflective thinking is an active, persistent, and careful consideration of any belief or supposed form of knowledge in the light of the grounds that support it, and the further conclusions to which it ends”. Dapat diartikan berpikir reflektif adalah sebuah pertimbangan aktif, gigih, dan hati-hati dari setiap kepercayaan atau bentuk pengetahuan yang seharusnya dengan alasan yang jelas dan dapat mendukungnya, kesimpulan lebih lanjut menjadi tujuan akhir.

Berpikir kritis ini merupakan suatu proses dari identifikasi suatu masalah, observasi, analisis, evaluasi, merefleksikan, dan kemudian membuat keputusan.Tidak hanya untuk membuat keputusan “iya atau tidak”, akan tetapi untuk mengevaluasi suatu isu dengan memahami dan mempertimbangkan.
Kenapa berpikir kritis sangat dibutuhkan? Karena ketika seseorang dapat berpikir kritis, kebebasan berpikir pun akan datang secara perlahan, dan dapat mengambil 100% atas keputusan diri sendiri, membuat percaya diri dengan opini diri sendiri,
bisa menjadi lebih open minded karena dapat aware dengan argumen dan ide-ide lain, dapat mengembangkan kemampuan literasi, dan dapat menolong untuk terhindar dari manipulasi, seperti manipulasi dari media yang biasa dikenal fake news. Semua informasi harus diidentifikasi terlebih dahulu.

Bagaimana cara berpikir kritis? Dalam halnya berpikir kritis, seseorang harus mulai berpikir secara objektif dan seadil mungkin terhadap suatu permasalahan yang ada, sadar atas kemungkinan adanya bias, mengidentifikasi argumen lain atau point of view yang berkaitan dengan permasalahan, harus selalu mengevaluasi argumen valid atau tidaknya, dan harus tau implikasi dari keputusan yang dipilih.
Semua membutuhkan latihan agar dapat berpikir secara kritis. Menurut Jordan Peterson, salah satu seorang psikolog, satu cara untuk berpikir kritis yaitu dengan cara menulis. Ketika seseorang menulis, hal itu akan melatih otak untuk berpikir secara sistematis, terkadang di kepala permasalahn terlalu seperti benang kusut. Akan tetapi, ketika menulis semua akan lebih bisa memilah
informasi, dan setiap kalimat harus mudah dicerna dan hal itu merupakan bagian terpenting. Hal itu juga dapat melatih untuk menyambungkan kalimat.

Selain itu, berpikir kritis mendorong untuk berpikir menggunakan logika dibandingkan emosional dan perasaan. Berpikir kritis ini juga merupakan salah satu kemampuan untuk berpikir secara rasional. Contohnya seperti ada berita “Covid- 19 sudah hilang dari dunia”. Jika seseorang berpikir kritis, maka akan paham berapa banyak orang yang membicarakan hal tersebut pun belum tentu
benar adanya, karena itu hanya jumlah, bukanlah fakta. Kemampuan berpikir kritis ini mendorong untuk tidak langsung percaya dengan
informasi tersebut dan akan mencari tahu lebih lanjut tentang informasi yang sudah didapatkan. Ketika dihadapkan dengan berpikir kritis, seseorang harus mengesampingkan berpikir otomatis. Dan biasakan diri untuk mencari informasi lebih banyak, biasanya ketika sudah terbiasa untuk berpikir kritis maka seseorang akan selalu merasa penasaran dengan suatu informasi sehingga akan terciptanya wawasan yang luas.

Berpikir kritis juga mendorong untuk berpikir secara terbuka, karena dengan menerima kenyataan yang ada di luar sana, ilmupun perlahan akan bertambah. Adapun contoh berpikir kritis seperti keinginan untuk berbisnis, ketika seseorang ingin berbisnis pasti langkah pertama akan mulai untuk memberikan penawaran kepada orang lain. Dalam hal ini, ketika seseorang sudah berpikir kritis maka ia akan mencari informasi sebanyak mungkin untuk menemukan cara yang paling rasional yang akan digunakan sebelum membuat keputusan dan melakukannya.

Sebagai agent of change, mari melatih diri untuk senantiasa berpikir secara kritis agar dapat peka dengan isu atau permasalahan yang terjadi di masyarakat sehingga dapat membentuk karakter “problem solver” bagi diri sendiri dan masyarakat.