Ramadan di Negeri Ginseng: Menjalani Ibadah Puasa di Korea Selatan

Suasana Ramadan di Korea Selatan
Kegiatan Wa Ode Asmawati, SP., M.Si. Dosen FISIP UMJ selama Ramadan di Korea Selatan (Foto: dok.pribadi)

Ramadan merupakan bulan suci yang penuh dengan berkah, di mana umat Muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Umat Muslim menahan diri dari makan, minum, serta berfokus pada ibadah. Meski menjadi momen yang penuh kedamaian dan keberkahan, Ramadan juga membawa tantangan tersendiri, terutama bagi mereka yang berada di luar negeri, dan jauh dari keluarga.

Wa Ode Asmawati, SP., M.Si., atau yang akrab disapa Acha, merupakan seorang dosen di Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FISIP UMJ). Saat ini, ia tengah melanjutkan studi di Inha University, Korea Selatan Prodi Smart Governance and Policy melalui beasiswa Global Vision Scholarship. Beasiswa ini merupakan hasil kerja sama (MoU) antara UMJ dan Inha University. Setelah empat minggu tinggal di Korea Selatan, Acha telah merasakan berbagai pengalaman baru, termasuk menjalani suasana Ramadan yang berbeda dari biasanya.

Tantangan Suasana Ramadan di Korea Selatan

Acha tiba di Korea Selatan pada tanggal 27 Februari dan mulai menetap di asrama pada tanggal 28 Februari. Saat itu, Ramadan mulai berlangsung dengan cuaca yang sedang mengalami peralihan dari musim dingin menuju musim semi. Suhu yang masih sangat dingin menjadi tantangan tersendiri bagi Acha, terlebih lagi saat harus menjalankan ibadah puasa.

“Suhu di Korea Selatan saat Ramadan sangat berbeda dengan di Indonesia, terasa sangat dingin karena peralihan musim. Saat itu, suhu sempat mencapai -2 hingga -4 derajat Celsius disertai salju,” ujarnya.

Makanan halal juga menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi. Acha mengaku kesulitan mencari makanan halal di Korea Selatan, mengingat keberadaan restoran halal yang terbatas. Hal itu tidak membuat Acha putus asa, Ia memanfaatkan aplikasi bernama Musko yang membantu menemukan makanan halal dengan cara memindai barcode. Namun, aplikasi ini tidak selalu bisa mengidentifikasi semua produk.

Selain itu, berkat kemampuan berkomunikasinya, Acha mendapatkan bantuan dari seorang teman asal Uzbekistan yang membantunya mencari tempat makan halal. Sebagian besar makanan halal yang ia temukan berasal dari restoran dan toko milik orang Uzbekistan.

“Karena tinggal di asrama yang tidak memiliki dapur, saya sering membeli makanan instan seperti nasi instan dan makanan kaleng untuk sahur,” tambahnya Acha saat di wawancara melalui telepon.

Masjid dan Tempat Ibadah untuk Muslimah

Sebagai minoritas Muslim di Korea Selatan, Acha merasakan perbedaan yang cukup signifikan. Masjid yang ada di sana umumnya dikelola oleh komunitas Uzbekistan, dan sayangnya, perempuan tidak diperbolehkan beribadah di masjid tersebut. Muslimah disarankan untuk beribadah di rumah atau di asrama.

Selain itu, beberapa masjid di Korea Selatan tidak mengadakan buka bersama, kecuali beberapa masjid besar di lokasi seperti Incheon dan Doha. Ada satu masjid yang mengadakan buka bersama, tetapi jaraknya cukup jauh dan memerlukan perjalanan sekitar satu jam dari asrama. Selama Ramadan, Acha memilih untuk melaksanakan shalat tarawih di rumah karena masjid terdekat hanya memperbolehkan laki-laki untuk beribadah.

“Sebenarnya ada masjid Muhammadiyah, tapi letaknya di Ansan cukup jauh sekitar 45 menit dari Incheon. Selain itu, cuacanya juga sangat dingin, saya tidak kuat untuk pergi ke sana,” tambah Acha.

Tantangan Lain: Jam Belajar dan Waktu Sholat

Jam beribadah yang berbarengan dengan jadwal kuliah juga menjadi tantangan bagi Acha. Di Korea Selatan, waktu sangat dihargai, dan disiplin waktu sangat ketat. Hal ini membuat Acha tidak jarang harus menjamak sholatnya, mengingat tidak ada tempat khusus untuk sholat di kampus.

“Di Inha, biasanya ada banyak orang dengan agama yang berbeda yang beribadah dalam satu ruangan. Hal ini memberi kesempatan untuk menunjukkan contoh ibadah Islam yang baik,” ujarnya

Namun, di tengah berbagai tantangan tersebut, Acha merasa beruntung karena dapat bertemu dengan Rumah Muslimah Indonesia (Rumaisa). Rumaisa merupakan sebuah komunitas Islam di Korea Selatan yang rutin mengadakan buka bersama dengan menu khas Indonesia seperti bakso dan mie ayam.

“Alhamdulillah selama Ramadan banyak Kegiatan seperti ini yang membuat saya merasa cukup makanan dan merasakan kehangatan kebersamaan selama Ramadan,” tambah Acha.

Pengalaman Belajar dan Bergaul di Korea Selatan

Selain mengatasi tantangan terkait makanan dan ibadah, Acha juga merasakan kesulitan dalam berbelanja di Korea Selatan. Di sana, untuk bisa berbelanja, seseorang harus memiliki residence card. Selain itu, di Korea Selatan tidak ada sistem pembayaran QRIS seperti di Indonesia, dan sebagian besar transaksi dilakukan menggunakan kartu kredit seperti Visa atau MasterCard.

Salah satu hal yang sangat penting bagi Acha selama di Korea Selatan adalah kemampuan berbahasa Korea. Bahasa Korea digunakan hampir di seluruh aspek kehidupan sehari-hari di sana. Oleh karena itu, Acha merasa penting untuk bergaul dengan teman-teman yang fasih berbahasa Korea agar bisa lebih mudah menyesuaikan diri dan memahami budaya setempat.

Toleransi Masyarakat Korea terhadap Puasa

Acha juga merasakan adanya toleransi yang tinggi dari masyarakat Korea Selatan terhadap puasa. Meskipun mereka memiliki tradisi makan bersama, banyak orang Korea yang memahami kondisi puasa dan memperbolehkan untuk membungkus makanan jika ada teman yang tidak makan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Korea Selatan cukup menghormati keberagaman, termasuk dalam hal beribadah.

Pesan untuk Mahasiswa di Luar Negeri

Acha berpesan kepada mahasiswa yang sedang melanjutkan studi di luar negeri untuk pandai-pandai bergaul. Menurutnya, bergaul dengan teman-teman lokal atau sesama mahasiswa internasional bukan hanya membantu memperlancar komunikasi, tetapi juga membuka peluang untuk bertukar informasi dan pengalaman. Hal ini, menurut Acha, merupakan sumber rejeki yang dapat memperkaya pengalaman hidup selama di luar negeri.

Dengan segala tantangan yang dihadapi, Acha tetap merasa bersyukur dan menikmati setiap momen yang ada. Pengalaman menjalani Ramadan di Korea Selatan menjadi salah satu kenangan berharga yang akan selalu dikenang sepanjang hidupnya.