Hilangnya Adab, Penyebab Jatuhnya Peradaban Islam

Oleh :
Kontributor FAI
Kajian Turas Fakultas Agama Islam secara hybrid, Kamis (11/11).

Hilangnya adab terutama adab dalam menuntut ilmu, pernah menyebabkan jatuhnya peradaban Islam sehingga dikuasai oleh musuh-musuh Islam. Pernyataan ini disampaikan oleh Ust. M. Reza Prima Matondang, ME., Dosen Manajemen Zakat dan Wakaf, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta (FAI UMJ) saat menjadi narasumber dalam Kajian Turas di ruang sidang lantai II Gedung Perintis I FAI, pada Kamis (11/11). Kegiatan yang diselenggarakan secara hybrid ini membahas kitab Ta’lim al-Muta’allim di Thariq al-Ta’allum karangan Imam al-Zarnuji, sebuah kitab rujukan terkenal tentang pembelajaran yang lazim digunakan di lingkungan pesantren.

Dalam kajian perdana tersebut, Ust Reza mengulas secara umum isi kitab Ta’lim al-Muta’llim, di antaranya urgensi ilmu dan penghormatan kepada guru, termasuk mengutip Imam al-Zarnuji. “Keutamaan ilmu diketahui semua orang karena ilmu merupakan kekhususan manusia. Hal lainnya seperti keberanian, kekuatan, dan rasa sayang, dimiliki oleh selain manusia (binatang). Namun ilmu hanya dimiliki oleh manusia.

Lebih lanjut, Ust. Reza membahas penghormatan kepada guru. Menurutnya, cara menghormati ilmu adalah memuliakan ahlinya (guru). Hal tersebut dapat diwujudkan seperti tidak berjalan di depannya, tidak menduduki tempatnya, tidak mendahuluinya berbicara, dan juga tidak banyak cakap di hadapannya.

Ta’lim al-Muta’allim fi Thariq al-Ta’allum (Pengajaran untuk Pembelajar berkenaan Cara Belajar)

Kajian turas atau khazanah klasik Islam perdana ini mendapat dukungan penuh dari Dekan FAI, Dr. Sopa, M. Ag. “Saya menyambut baik kegiatan ini, karena bisa menjadi distingsi UMJ dari perguruan tinggi lainnya. Kegiatan ini, selain bisa diikuti oleh dosen, juga bisa diikuti oleh mahasiswa untuk Surat Keterangan Pendamping Ijazah mereka,” tutur Sopa.

Wakil Dekan I FAI, Busahdiar, MA dalam sambutanya mengatakan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghidupkan kembali kajian turas (sering disebut kitab kuning) dan juga sebagai penguatan alat (membaca kitab). “Kajian kontemporer yang kita laksanakan selama ini perlu diperkuat dengan melihat kitab aslinya,” tambah Busahdiar.

Kegiatan yang dimulai pukul 19.30 WIB dan berakhir pukul 21.30 WIB ini diikuti oleh para dosen yang dengan antusias bersepakat untuk melanjutkan kajian ini secara rutin, dengan narasumber dan kitab turas yang berbeda (HD / FAI).