Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FT-UMJ) menggelar nonton bareng salah satu film Garapan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah di Aula Rufaidah Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK)-UMJ). Acara ini merupakan dalam rangka menyemarakkan Muktamar ke-48 yang akan diselenggarakan 18 – 20 November 2022. Terdaftar sebanyak 265 penonton yang terdiri dari dosen, tendik, alumni, dan mahasiswa FT-UMJ.
Film yang ditayangkan berjudul Jejak Langkah 2 Ulama dengan durasi 2 jam 30 menit. Film tersebut bercerita tentang Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari, dua orang sahabat yang mencari ilmu, dan bersama-sama berguru pada Kyai Shaleh Darat. Kedua sahabat ini mendirikan organisasi yang berbeda. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, sementara Hasyim Asy’ari mendirikan Nadhlatul Ulama.
Film ini menceritakan bagaimana suka duka 2 ulama tersebut menghadapi kendala dalam membangun organisasi tersebut. Melalui film ini pula, tergambar bahwa Muhammadiyah dan Nadhlatul Ulama mempunya cukup peran dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajah. Perjuangan tersebut tidak sia-sia karena tercermin secara konsisten pengabdian kepada umat, bangsa, dan negara Indonesia sampai saat ini.
Wakil Dekan III FT-UMJ, Harwidyo Eko Prasetyo, ST., MT., ikut merasakan perjuangan yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan melalui film yang diputar. Harwidyo menuturkan, “Meskipun dalam hal khilafiyah ada beberapa perbedaan, namun sejatinya Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama memiliki banyak persamaan. Salah satunya, pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan dan pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari merupakan santri dari Kyai Shaleh Darat yang merupakan ulama besar dari Semarang. Keduanya merupakan murid dari guru yang sama”.
Harwidyo menambahkan bahwa melalui Film Jejak Langkah 2 Ulama, banyak hal yang dapat dipelajari dan diketahui mengenai latar belakang berdirinya dua organisasi Islam besar di Indonesia. Dia juga berharap agar kita sebagai umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah dapat melanjutkan nilai-nilai perjuangan dari 2 ulama besar tersebut. “Kita harus tahu bagaimana memaknai perbedaan dan kemudian menyatukan persamaan. Tentu ini akan menjadi kekuatan besar bagi umat Islam maupun bangsa Indonesia”, ucap Harwidyo.(LH/KSU)