Komitmen Universitas Muhammadiyah Jakarta Terhadap Inklusivitas

Oleh :
Dinar Meidiana
Rektor UMJ Dr. Ma’mun Murod, MSi (tengah) dan Wakil Rektor I, Dr. Muhammad Hadi, S.Kp., M.Kep., (ketiga dari kanan) pada acara Angkat Sumpah Lulusan Program Studi (Prodi) Profesi Ners Tahun Akademik 2021-2022 pada Selasa (31/05).

Inklusivitas adalah bagian yang menjadi komitmen Universitas Muhammadiyah Jakarta dalam pelaksanaan pendidikan. Inklusivitas ini diwujudkan dengan membuka lebar akses pendidikan bagi disabilitas, mahasiswa dari luar negeri, maupun mahasiswa dengan status agama selain Islam. Walaupun mengadopsi ajaran agama Islam sebagai kurikulum, tapi UMJ tidak menutup pintu bagi semua penganut agama untuk menempuh studi di UMJ.

Pada gelaran Angkat Sumpah Program Studi Profesi Ners FIK UMJ Angkatan 2021-2022, yang digelar pada Selasa (31/05), di Gedung Pewayangan, TMII, Jakarta, terdapat dua orang lulusan yang menganut agama Kristen Protestan dan Katolik. Kedua lulusan tersebut adalah Ns. Eva Herlita Siregar, S.Kep., dan Ns. Magdalena A. Nugrahabari, S.Kep. Pada prosesi angkat sumpah, kedua lulusan tersebut bersumpah di hadapan kitab suci masing-masing.

Magdalena adalah salah satu perawat yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Koja. Saat ditemui setelah rangkaian acara selesai, ia menyampaikan perasaan senangnya karena bisa bergabung dengan sivitas akademika FIK UMJ. “Saya memilih UMJ, karena sangat unggul dalam ilmu keperawatan. Dalam ilmu keperawatan yang pasti lebih unggul dari universitas lain. Saya diterima dengan sangat baik”.

Eva Herlita Siregar, Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, mengatakan ”saya memilih UMJ karena akreditasinya A. Dosen-dosen di UMJ berkualitas. Walaupun saya minoritas tidak ada hambatan selama proses perkuliahan. Dosen dan teman-teman sangat suportif.”

Eva juga mengaku senang kuliah di UMJ, “buat teman-teman yang ingin melanjutkan studi S1 atau Profesi Keperawatan, jangan ragu memilih UMJ. Kualitasnya sudah bagus. Kualitas dosen-dosennya juga bagus. Sangat menyenangkan kuliah di UMJ. Maju terus UMJ!”, ungkap Eva bersemangat.

Keberagamaan ini juga disebut oleh Prof. Dr. Agus Suradika, M.Pd., dalam sambutannya. “Bahkan di NTT sebagian besar mahasiswa adalah penganut Katolik dan tidak ada masalah dengan itu. Tentu lulusan Perguruan Tinggi Muhammadiyah memiliki nilai berbeda, yakni ruh gerakan Muhammadiyah, termasuk yang saat ini diangkat sumpah”, ungkap Agus.

Prosesi angkat sumpah melibatkan rohaniawan, para lulusan bersumpah di hadapan kitab suci agamanya masing-masing. Dalam hal tersebut, Pimpinan FIK UMJ mengaku bahwa selalu siap memfasilitasi mahasiswa dari semua penganut agama dalam mempersiapkan prosesi angkat sumpah terlebih dalam proses pembelajaran. Semua mahasiswa dididik dan difasilitasi dengan kurikulum dan sarana prasarana terbaik.

Inklusivitas dalam hal pendidikan merupakan salah satu gerakan dakwah Muhammadiyah. Ayat-ayat mengenai pembebasan bidang pendidikan sangat diterapkan Muhammadiyah, diwujudkan dengan mencanangkan progam pendidikan inklusif. (DN/KSU)