Sebagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA), Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menjadi ladang dakwah persyarikatan dalam bidang pendidikan. Organisasi otonom Muhammadiyah turut serta mengiringi dakwah di lingkungan sekitar kampus UMJ. Salah satunya ‘Aisyiyah. Secara legal formal, ‘Aisyiyah tidak dapat dibentuk di bawah struktural kampus. Namun kebutuhan akan wadah peningkatan kemampuan dan literasi perempuan menjadi dorongan besar dalam pembentukan Komunitas ‘Aisyiyah UMJ.
Komunitas ini merupakan kumpulan perempuan-perempuan di lingkungan UMJ yang tergabung untuk mengasah kemampuan dan meningkatkan literasi lewat berbagai kegiatan. Utamanya program kajian rutin mingguan dan bulanan. Ketua komunitas, Dr. Oneng Nurul Bariyah, M.Ag., saat ditemui pada Jumat (20/05), di Gedung Fakultas Agama Islam, menceritakan profil komunitas ‘Aisyiyah UMJ dan berbagai kegiatannya. “Kegiatan kami banyak dalam bentuk pengajian. Masih sederhana, dulu juga ‘Aisyiyah awalnya berdiri dari pengajian keputrian di masjid Kauman,” ujar ketua komunitas ‘Aisyiyah saat ditemui di Gedung Fakultas Agama Islam, Jumat (20/05/2022).
‘Aisyiyah merupakan organisasi perempuan Muhammadiyah. Organisasi ini lahir salah satunya karena KH. Ahmad Dahlan selalu mendorong perempuan untuk berperan dan berkiprah tidak hanya di wilayah domestik (rumah dan keluarga) tapi juga di masyarakat.
Gagasan tersebut melawan konstruksi sosial masyarakat pada saat itu, anggota ‘Aisyiyah justru didorong untuk belajar, menempuh pendidikan, dan mengambil peran di masyarakat. Organisasi yang bermula dari perkumpulan pengajian Sapa Tresna ini terinspirasi dari nama istri rasul, yakni ‘Aisyah yang dikenal cerdas dan mumpuni, serta memiliki kiprah luar biasa bagi dakwah dan kemajuan peradaban Islam. ‘Aisyiyah berarti pengikut ‘Aisyah, kemudian dari nama tersebut ‘Aisyiyah dimaksudkan untuk dapat berdampingan dengan Muhammadiyah dalam berdakwah.
Program pengajian rutin ini bukan hanya untuk meningkatkan literasi tapi juga kemampuan membaca Al-Quran. “Pengajian Al-Quran kami sudah dua kali khatam. Ramadan kemarin khatam yang kedua. Teknis mengajinya setiap orang mendapat giliran mengaji sendiri-sendiri. Dari situ bisa ada perbaikan dalam segi membaca Al-Quran. Ditambah ada juga program belajar Bahasa Arab,” lanjut Oneng.
Program kajian rutin bulanan dilaksanakan atas kerja sama setiap anggota komunitas yang tersebar di seluruh fakultas. Selama pandemi berlangsung, pengajian diadakan secara daring. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri bagi komunitas ‘Aisyiyah untuk tetap konsisten berdakwah dan mewadahi perempuan dalam meningkatkan kualitas diri. Tidak hanya melibatkan akademisi dari internal UMJ, komunitas ‘Asiyiyah UMJ juga beberapa kali berkesempatan mengundang akademisi dari luar UMJ untuk mengisi pengajian secara daring maupun hybrid. “Biasanya pengajian itu tempatnya di ruang rapat Gedung Rektorat lama lantai 1. Kalau luring, pasti banyak yang ikut,” ucap Oneng.
Kegiatan-kegiatan komunitas ‘Aisyiyah juga tidak terlepas dari dukungan Lembaga Pengkajian dan Penerapan Al Islam dan Kemuhammadiyahan (LPP AIK) UMJ di bawah Wakil Rektor IV, yang turut memfasilitasi program, khususnya pengajian rutin mingguan dan bulanan. Selain pengajian, program yang digagas oleh Komunitas ‘Aisyiyah juga seputar kegiatan sosial. Ruh ajaran Muhamamdiyah untuk terus berpihak pada kaum dhuafa sangat melekat dalam diri setiap warga Muhamamdiyah. Inipula yang dilakukan oleh Komunitas ‘Aisyiyah dalam mengejawantahkan ajaran yang terkandung dalam surat Al-Maun. “Selain pengajian, ada juga Ta’awun Sosial. Jadi kami ada bakti sosial. Waktu itu programnya untuk nelayan Marunda, kemudian bakti sosial untuk pegawai kebun sekitar UMJ. Program ini ada kerjasama dengan Lazismu,” ungkap Oneng.
Kedepannya, anggota komunitas berharap memiliki badan usaha mandiri yang bisa menjadi penunjang dalam mensyiarkan dakwah Islam. Lebih lanjut, Oneng juga mengatakan akan turut bergabung di daerah binaan dalam melebarkan dakwah melalui Ta’awun Sosial. “Rencananya kami akan melakukan program sosial di wilayah binaan daerah Jakarta Utara,” ungkap Wakil Ketua II Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah.
Komunitas ‘Aisyiyah terus berupaya eksis di UMJ untuk memfasilitasi perempuan-perempuan dalam meningkatkan kemampuan dan literasi. Kiprah ‘Aisyiyah secara keseluruhan tidak diragukan lagi. Di usia yang telah menginjak 105 tahun, ‘Aisyiyah telah memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa dan negara. Sesuai dengan tema yang diusung pada milad tahun ini, Perempuan Mengusung Peradaban Utama, ‘Aisyiyah menggerakkan kaum perempuan untuk mengambil peran di ranah publik.
“Dari awal pendirian ‘Aisyiyah ialah untuk mengingatkan bahwa peran perempuan tidak hanya pada ranah domestik. Al Quran Surat An-Nahl ayat 97 menjadi dasar gerakan ‘Aisyiyah dan ikut membangun peradaban. Peradaban itu menyangkut berbagai aspek,” kata Oneng.
‘Aisyiyah konsisten dalam upaya membangun peradaban. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya komitmen ‘Aisyiyah untuk melahirkan insan berkualitas melalui pendidikan. Kecerdasan ‘Aisyah, istri rasul, menjadi inspirasi bagi ‘Aisyiyah dalam merumuskan strategi membangun peradaban. Hingga saat ini sekolah yang didirikan oleh ‘Aisyiyah telah tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Tegas Oneng mengatakan bahwa ‘Asiyiyah tidak banyak berkoar, tapi sudah pada ranah aksiologi. “Jadi ‘Aisyiyah tidak banyak berkoar, tapi lebih kepada aksi nyata. Kalau orang berbicara tentang gender, kekerasan pada perempuan, ‘Aisyiyah sudah lebih dulu membentuk Pusbakum (Pusat Bantuan Hukum) di setiap daerah,” tegas Oneng.
Pusat Bantuan Hukum berada di bawah Majelis Hukum dan HAM PDA (Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah) setiap daerah membuka lebar pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan hukum. Sampai saat ini, terdapat 7 (tujuh) Pusbakum milik PDA yang telah terakreditasi.
Kiprah ‘Aisyiyah sejalan dengan tema milad yang diusung. Penting untuk digarisbawahi dan menjadi perhatian bahwa perempuan memiliki peran strategis baik di ranah domestik maupun publik dalam membangun peradaban. Semoga spirit Komunitas ‘Aisyiyah UMJ sebagai bagian dari agen dalam misi membangun peradaban dapat terus konsisten menebar manfaat dan mencerdaskan. (DN/KSU)