M Riza Fathoni: Bassist, Musik dan Dakwah Kultural

M Riza Fathoni: Bassist, Musik dan Dakwah Kultural
Mohammad Riza Fathoni, Alumni Prodi Ilkom FISIP UMJ sekaligus Bassist Band Yuni. (Dok. Pribadi)

Di balik setiap melodi yang indah, terdapat para musisi yang memberikan kontribusi signifikan terhadap musik yang kita dengar.

Tak terkecuali, bass yang menjadi salah satu elemen penting dalam sebuah band. Instrumen ini sering kali menjadi tulang punggung ritme dan harmoni dalam musik.

Berbicara tentang bass dan musik, kali ini Tim Redaksi website UMJ berkesempatan berbincang dengan Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FISIP UMJ) Mohammad Riza Fathoni, seorang bassist dari Yuni band asal Pamulang, Tangerang Selatan.

Awal Mula Tertarik Musik dan Jadi Bassist

Alumni yang kerap disapa Riza tersebut mengaku tertarik dengan musik dan berperan menjadi bassist karena dipengaruhi keluarga, yaitu kakaknya dan tuntutan ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Atas (SMA).

“Pas SMA ada wajib ekskul, bingung mau ambil apa, akhirnya mengingat abang-abang di rumah ada alat musik gitar sama keyboard, jadinya mengambil ekskul musik,” tutur Riza, Jum’at (26/07/2024).

Ia belajar menggunakan gitar secara otodidak dengan cara melihat kakak-kakaknya bermain. Lagu pertamanya saat belajar adalah Anugerah Terindah yang Kumiliki dari Sheila on 7.

“Karena tidak punya dasar bermusik kecuali cuma tau kunci G dan C buat gitar, akhirnya diarahkan sama pengurus ekskul buat jadi Bassist karena teman-teman di SMA main gitarnya banyak yang jago,” jelasnya.

Setelah itu, Alumni Program Studi Ilmu Komunikasi tersebut mengulik musik, khususnya yang berkaitan dengan bass melalui berbagai media. Kemudian membeli bass untuk pertama kalinya pada 2017.

“Kebetulan dulu ada Breakout di Net TV, nah setiap Rabu tuh khusus musik Jepang. Setelah mendengarkan beberapa band, ada dua yang saya suka dan jadi inspirasi hingga sekarang, yaitu L’Arc~en~Ciel serta One Ok Rock,” beber Riza.

Menurutnya, bass merupakan elemen yang unik. Ia menganggap walaupun bassist hanya memainkan beberapa senar saja, tetapi itu menjadi jantung di setiap lagu.

Menjalani Hobi Bermusik di FISIP UMJ

Riza yang menikmati musik dan menjadikan musik adalah hobinya mengatakan bahwa salah satu tujuan berkuliah di UMJ karena ada lembaga mahasiswa bernama Pervagatus.

Lembaga musik Pervagatus adalah Lembaga Semi Otonom (LSO) yang berada di lingkup FISIP UMJ. lembaga ini berorientasi di bidang musik dan event.

“Dulu lihat abang kembangkan bermusiknya lewat organisasi di kampus. Terus pas saya mau kuliah, riset kampus mana yang aktif lembaga musiknya, akhirnya ketemu Pervagatus di FISIP UMJ,” ucap Riza.

Selama berkuliah, selain mendapatkan ilmu formal di ruang akademik, ia juga mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru mengenai musik serta event di Pervagatus.

“Ternyata bermain musik tidak sekadar membawa lagu saja, tapi juga ada hal-hal lain seperti hospitality, riders, dan sebagainya sehingga saya banyak belajar juga di Pervagatus,” katanya.

Selama aktif di Pervagatus, ia mengenal semua lembaga musik dan seni di UMJ. Selain itu, ia juga merasa senang selama belajar dan berorganisasi di FISIP.

“Kalau di FISIP, Pembina Pervagatus adalah Bu Dr. Nani Nurani Muksin, M.Si. Nah, beliau suka ikut tampil untuk bermusik bareng kalau ada acara. Bahkan beberapa dosen juga mendukung dengan perizinan kegiatan organisasi. Namun kadang ada dosen yang menolak, tapi tidak apa-apa karena tujuan awal kita kan untuk belajar dan kuliah, jadi bisa diganti hari. Organisasi ini hanya untuk hobi dan mengeksplor diri sendiri saja,” ungkap Riza.

Menjadi Bassist di Band Yuni

Proses bermain musik sebagai bassist di FISIP UMJ menjadi salah satu jalan Riza ke jenjang yang lebih profesional dalam dunia musik. Ia pun bergabung menjadi bassist di Band Yuni.

Band ini terinspirasi untuk memainkan musik pop lawas dan banyak dipengaruhi oleh musik The Beatles, Carpenters, dan juga suara musisi vintage lainnya. Sejauh ini sudah dua judul lagu yang dikeluarkan, yaitu Berkilah dan Perayaan Tahun Baru.

Riza mengutarakan bahwa sejak bergabung di Yuni, ia menambah relasi dengan pegiat musik nasional dan belajar mengemas band secara profesional, baik dari produser, studio rekaman hingga promosi dan perilisan lagu.

“Alhamdulillah kami bertemu produser namanya bang Gilang yang jadi Jhon Lennon di G-Pluck, band yang tribute The Beatles di Indonesia sekaligus jadi personil di band Sore,” imbuhnya.

Kendati demikian, ia juga sempat mengalami struggle terkait dengan genre lagu kesukaannya, yaitu nuansa Jepang yang harus memainkan Oldies Barat demi Band Yuni. Namun itu semua berjalan lancar seiring dengan proses dan perkembangan empat personil lainnya.

“Band Yuni menjadi wadah untuk penyaluran hobi kami, tentu cita-citanya band ini menjadi besar dan jika sudah besar, kami bisa mempekerjakan orang-orang di sekitar. Intinya untuk membuka peluang lapangan kerja juga,” harap Riza.

Beberapa Momen Mohammad Riza Fathoni saat tampil di panggung bersama Band Yuni dan Pervagatus. (Dok. Pribadi)
Beberapa momen Mohammad Riza Fathoni saat tampil di panggung bersama Band Yuni dan Pervagatus. (Dok. Pribadi)

Musik Sebagai Bentuk Dakwah Kultural

Pada kesempatan ini, Eks Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cirendeu ini pun menyampaikan asumsinya mengenai dakwah kultural melalui musik.

“Menurut saya selama musik tidak menjuruskan ke keburukan, ya tidak apa-apa, karena kan Allah itu indah dan suka keindahan,” ujar Riza.

Menurutnya, selama musik membawa hal-hal positif berarti bernilai baik. Namun, jika musik dianggap banyak mudaratnya seperti menyebarkan kata-kata tidak pantas dan mengajak melakukan hal-hal negatif, maka musik ini menjadi banyak mudaratnya sehingga tidak baik.

“Sebagai pemain musik, kami khususnya saya bisa membuktikan tidak melakukan itu (hal-hal negatif) dan tetap bermusik untuk menyalurkan hobi serta ide-ide yang kita punya, bukan untuk mengarahkan kepada hal-hal buruk,” terangnya.

Memaknai Bermusik di Kampus

Terakhir, alumni yang saat ini meniti karier di TV Muhammadiyah (TvMU) tersebut menyarankan kepada teman-teman mahasiswa ketika bermusik di lingkup kampus harus mengingat tujuan awal memasuki dunia pendidikan.

“Bermusik tujuannya kan menyalurkan hobi. Dari situ kita harus menyokong relasi yang ada di dalam kampus. Mencoba melihat bukan sekadar di warna musik saja, tapi harus musikalitas musiknya, jangan mengkotak-kotakkan selera, dan jangan terlalu idealis serta menutup ke orang baru,” tuturnya.

Selain itu, ia berpesan untuk memaksimalkan relasi internal hingga membangun relasi di luar kampus, misalnya bergabung dengan organisasi musik

“Coba datang ke panggung musik skala kecil seperti gigs, lalu kenalan dengan yang baru merintis atau bahkan artis. Nah, dari situ bisa menjadi jalan untuk bermusik ke arah yang lebih profesional,” pungkasnya.

Penulis: Qithfirul Fahmi

Editor: Dinar Meidiana