Dagang Sejak SMA, Alumni UMJ Ini Sekarang Punya Karyawan

Dagang Sejak SMA, Alumni UMJ Ini Sekarang Punya Karyawan
Abdurrahman Al Atsari, alumni Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UMJ saat diwawancara di Gudang Pinjam Kursi, Bojongsari, Depok. (Foto: KSU/Faiz)

Berdagang menjadi salah satu pilihan bagi anak muda untuk berkarier. Tidak sedikit orang yang banting stir jadi pengusaha setelah bertahun-tahun memiliki karier di korporat. Berbeda dengan Abdurrahman Al Atsari, alumni Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) yang memilih mengelola usaha dibanding menjadi seorang karyawan.

Kesibukan lelaki yang akrab disapa Abdu ini ialah mengelola bisnis bernama Pinjam Kursi. Usaha ini menyediakan jasa sewa kursi, meja dan dekorasi untuk berbagai acara yang dirintis sejak akhir 2017, saat ia duduk di semester 4 Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Prodi Ilkom FISIP).

Saat ditemui di Gudang Pinjam Kursi di kawasan Bojongsari, Depok, Abdu bercerita tentang perjalanannya merintis usaha yang kini mempekerjakan 17 orang karyawan itu. Jauh sebelum mengenal pendidikan tinggi, Abdu lebih dulu belajar berjualan.

Sejak Sekolah Menengah Atas (SMA), Abdu senang berjualan. Salah satu produk yang dijajakan ialah tas dan dompet perempuan.

“Isi tas saya dulu bukan buku, tapi dagangan. Waktu itu jualan tas dan dompet cewek. Istirahat sekolah, saya gelar dagangan. Dari kecil udah suka berniaga. Sempet juga jualan susu Namanya Somilk, ada di sekitaran Tangsel, di Pamulang, Ciputat dan sekitarnya. Ada 10 orang yang franchise.”

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Begitu pula bakat jualan yang dimiliki Abdu didapatkan dari ayahnya yang juga seorang pengusaha. Ia bertutur, kakek dari ayahnya berasal dari Cina yang merantau ke Palembang. Sambil tertawa ringan, Abdu mengatakan, hal itu lah yang menjadikannya memiliki gen sebagai pedagang.

Perjalanan bisnis yang dirintis sang ayah sejak dahulu menumbuhkan jiwa entrepreneur dalam dirinya. Abdu bertutur, ayahnya dulu banyak sekali mencoba bisnis dan usaha mulai dari jual bunga di pinggir jalan, hingga jual beli mobil bekas.

Selama ia mengikuti jejak ayahnya, Abdu banyak belajar cara berdagang, menentukan harga barang, lobi, negosiasi, tawar-menawar, hingga menjaga relasi dengan mitra melalui komunikasi.

Sedikit banyak ilmu yang ia dapatkan, menjadi pantikan keberanian bagi Abdu merintis usaha kecil-kecilan. Pada semester 4 tepatnya akhir 2017, Abdu memutuskan untuk pindah program kelas dari perkuliahan reguler ke kelas karyawan. Bukan untuk bekerja di perushaan, tapi Abdu mencoba perjalanannya pelan-pelan sebagai pengusaha.

“Sebenarnya Pinjam Kursi ini bukan ide murni, tapi saya ikutin jejak bapak yang juga punya usaha sejenis. Jadi saya inisiatif buat bikin sendiri dengan ide yang sama, tapi nama dan manajemen yang berbeda.”

Keputusan untuk merintis usaha sejak muda didorong oleh perhitungannya yang rasional. Abdu berpikir kalau memulai dari usia muda, ia akan mendapat pengalaman lebih banyak. Ia menanamkan rasa berani dalam dirinya untuk melangkah. Menurutnya, ia perlu mencoba agar tahu jatuh-bangun dan segala celah dalam merintis usaha.

Jatuh Bangun Membangun Bisnis

Namun begitu, usianya yang muda menjadi tantangan tersendiri. Saat awal memulai bisnis, tanpa karyawan dan tim, Abdu mengelola semua sendiri termasuk hal-hal yang bersentuhan dengan client. Satu pengalaman yang cukup membuat Abdu takut dan minder untuk berhubungan dengan mitra.

“Gara-gara itu, sempat berpikir, apakah anak usia muda gak boleh ya punya usaha dan bermitra sama korporat besar?”

Selain itu, Abdu juga pernah merasakan ditipu mitra mulai dari pembelian barang sampai Pembangunan gudang. Alumni yang juga aktif di MRadio UMJ semasa kuliahnya ini melihat hal itu sebagai sebuah ujian dari Allah Swt., yang selalu membawa hikmah.

Selain pernah ditipu, bisnisnya juga pernah terpuruk saat pandemi Covid-19 melanda. Kondisi krisis yang tidak terduga itu berdampak pada banyak aspek kehidupan termasuk bisnis yang digelutinya.

“Cara bertahannya, alhamdulillah sebelum pandemi itu kami sudah pakai konsultan keuangan. Jadi kami diarahkan oleh konsultan jauh sebelum menghadapi pandemi. Jadi saat pandemi itu akuntansi kita sudah rapi. Kami ada dana darurat, tabungan, pengaturan cashflow, dll. Alhamdulillah saat pandemi kami bisa bertahan dari tabungan itu.”

Kenapa Ilkom FISIP UMJ?

Abdu mengaku awalnya tidak mau kuliah karena ingin langsung buka usaha saja. Namun semesta mendukungnya untuk lanjut kuliah. Banyak sekali yang menyarankannya kuliah di bidang ekonomi atau bisnis, tapi ia justru kuliah di Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UMJ.

Saat ditanya alasannya, ia menjawab dengan sederhana sekali sambil tertawa tipis. Ia berpikir bahwa dengan belajar di bidang ilmu komunikasi, ia dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasinya.

Maka dari itu, ia memilih kuliah di Prodi Ilkom dan saya pilih UMJ karena selain dekat dengan rumah, saat itu tersedia program kelas untuk karyawan. Meskipun daftar dan masuk ke kelas reguler dan berubah pikiran lagi di semester 4 pindah ke kelas karyawan demi mengejar cita-cita menjadi seorang pengusaha.

Namun, ia tidak menyangka ilmu yang didapat dari bangku kuliah bidang ilmu komunikasi ini sangat bermanfaat di dunia bisnis yang saat ini digelutinya.

“Ternyata, ilmu yang saya dapat dari Prodi Ilkom beneran kepake di dunia bisnis dan kerja sekarang. Oh, ternyata ilmu komunikasi bukan hanya belajar ngomong aja, saya belajar teknik lobi, negosiasi dan masih banyak lagi. Alhamdulillah kepake sampai sekarang.”

Kuliah di kelas karyawan sambil mengelola usaha memang secara waktu diakui Abdu tidak begitu jadi kendala karena sangat fleksibel. Ia mengaku bisa mengatur waktu dengan memanfaatkan teknologi untuk mengelola bisnisnya. Semua pekerjaan ia lakukan secara mobile karena pada saat itu belum memiliki tim dan karyawan.

Kesulitannya justru berada pada dirinya sendiri. Terlalu fokus mengerjakan hal teknis, Abdu lupa untuk merumuskan strategi dan rencana untuk mengembangkan usahanya lebih maju. Hal itu disadarinya saat ia menghitung masa operasional Pinjam Kursi yang baru bisa membangun gudang penyimpanan di tahun kelima.

Menurutnya, kalau saja ia dapat membuat perencanaan strategis, mungkin bisnisnya akan lebih berkembang lagi dari sekarang. Oleh karena itu, ia giat belajar banyak hal tentang bisnis dan manajemen. Ia kerap memanfaatkan banyak platform baik daring dan luring untuk belajar.

“Penting banget belajar bisnis mulai dari marketing, ads, SDM. Saya ikut pelatihan-pelatihan. Kebanyakan orang yang punya jiwa bisnis, punya rasa ingin tahu cara dunia bekerja. Jadi kita kepo gimana cara akuntansi yang rapi, saya belajar dari banyak orang dari kelas online.”

Penting banget, bukan hanya sebelum mulai bisnis, sambil bejrlaannya bisnis juga harus tetep belajar

Target

Setelah tujuh tahun berdiri, Abdu belum merasa puas karena saat ini bisnisnya masih tergolong UMKM. Ia menetapkan target besar untuk memperluas jangkauan bisnisnya ke luar wilayah Jabodetabek.

Selain itu ia juga ingin membangun bisnis ini menjadi perusahaan yang dimulai dengan menjadikannya sebagai CV sebagai langkah awal.

Pada kesempatan hangat itu, Abdu membagikan tips untuk anak muda dan mahasiswa yang ingin menjadi seorang pebisnis atau wirausahawan.

“Tipsnya harus berani apa pun usahanya. Jalani dulu apa pun produk dan usahanya. Dengan melakukannya, kita akan tahu dan belajar tentang setiap celah dari usaha yang kita rintis. Kita bisa tahu, kenapa untung atau kenapa rugi? Jadi, jalani dulu, kalau tidak, kita tidak tahu rasanya.”

Penulis : Dinar Meidiana
Editor : Sofia Hasna