Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini menyebabkan berbagai perubahan pada pola interaksi manusia di tengah kehidupan bermasyarakat. Kemampuan berkomunikasi secara efektif menjadi hal fundamental yang harus dimiliki seseorang, terutama ketika harus berbicara di depan umum atau yang dikenal dengan public speaking. Public Speaking dianggap sebagai seni untuk memengaruhi orang lain melalui kata-kata yang diucapkan (Carneige, 2016). Jika dilihat dari perspektif islam, keterampilan public speaking bukan sekedar bagaimana menyampaikan informasi dan mempengaruhi orang lain semata, tetapi juga tentang menyebarkan kebaikan dan menebar manfaat. Bagi umat muslim, public speaking memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari dakwah, pendidikan, hingga kehidupan sosial.
Malala Yousafzai, aktivis muda asal Pakistan, merupakan salah satu contoh inspiratif tentang bagaimana public speaking dapat digunakan untuk menciptakan perubahan. Malala menggunakan suaranya untuk menentang diskriminasi terhadap perempuan dan mempromosikan pendidikan bagi anak-anak perempuan. Keberanian dan tekadnya dalam memperjuangkan hak asasi manusia melalui praktik public speaking menjadikannya sebagai panutan bagi banyak orang di seluruh dunia. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan menguasai public speaking, seseorang dapat menunjukkan kepercayaan diri, mempengaruhi orang lain, menginspirasi perubahan, serta mencapai kesuksesan. Malala hanyalah satu dari sekian banyak public speaker atau pembicara handal yang mampu meninggalkan kesan mendalam dan mempengaruhi pandangan audiensnya. Keberhasilannya tersebut tidak mungkin dapat dilakukan tanpa adanya kepercayaan diri dan kemampuan berkomunikasi secara efektif (Carnegie, 2016)
Seorang public speaker handal harus mampu menarik perhatian audiens, membangun koneksi, dan menyampaikan pesan secara jelas, menarik, dan berkesan. Pertanyaannya, bagaimana cara menjadi public speaker yang handal? Dilihat dari perspektif islam, public speaking bukan sekedar seni tentang bagaimana cara agar seseorang dapat menguasai teknik berbicara di depan umum secara efektif, tapi juga memastikan bahwa pesan yang disampaikan harus mengandung manfaat dan sesuai dengan nilai-nilai islam. Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa menjadi seorang public speaker yang kompeten dan menjadikan nilai-nilai islam sebagai landasannya bukanlah hal yang mudah, karena orang tersebut juga harus mampu memaknai serta bertanggung jawab atas setiap setiap kata yang diucapkannya. Meskipun bukan hal yang mudah, namun menjadi public speaker handal bukanlah hal yang mustahil. Selama ada kemauan dan usaha yang kuat, keterampilan public speaking dapat dikuasai oleh siapa pun. Berikut ini merupakan empat hal utama yang harus diperhatikan, ketika kita ingin menjadi seorang public speaker:
Pertama, niatkan untuk kebaikan. Niat baik menjadi landasan bagi seorang public speaker untuk menciptakan tujuan yang mulia dan bukan semata-mata demi kepentingan pribadi atau mencari sensasi. Dengan niat yang tulus, public speaker dapat terhindar dari kesombongan, riya, dan kepentingan diri sendiri yang dapat merusak makna dan esensi public speaking. Niat baik yang disertai ketulusan harus menjadi motivasi untuk selalu memberikan penampilan yang terbaik, dengan mempersiapkan diri secara matang, memilih topik yang bermanfaat, dan menyampaikan pesan dengan penuh integritas. Seperti sabda Rasulullah SAW, “Niat itu separuh dari amal.” (HR. Bukhari dan Muslim). Begitu pentingnya sebuah niat dalam suatu perbuatan termasuk dalam melakukan public speaking. Jika diawali dengan niat baik, praktik public speaking bukan lagi tentang eksistensi diri semata, tetapi tentang apa dan bagaimana kata-kata dapat menyentuh hati, membuka wawasan, dan mengajak audiens menuju kebaikan sesuai tujuan yang ingin dicapai (O’Hair & Stelzer, 2011).
Kedua, kenali karakter diri dan audiens. Mengetahui kelebihan dan kekurangan karakter diri dalam public speaking merupakan langkah penting yang harus dilakukan agar tujuan komunikasi dapat tercapai. Ketika seseorang mengenali karakternya, maka ia akan mampu mengidentifikasi hal apa saja yang harus dipertahankan, diperbaiki, atau dieliminasi. Misalnya, seseorang yang mengetahui bahwa dirinya memiliki suara lemah maka perlu melatih teknik vokal untuk meningkatkan volume dan intonasi suaranya agar dapat terdengar lebih jelas bagi audiens. Di sisi lain, seseorang yang pandai bercerita dan humoris dapat memanfaatkan kemampuannya tersebut untuk menyampaikan pesan secara unik dan menarik, sehingga pesan yang disampaikan akan mudah diingat oleh audiens. Setelah seseorang mampu memahami karakter dirinya sendiri, tentu saja seorang public speaker juga harus mampu memahami karakter audiensnya, karena memahami diri sendiri dan audiens adalah dua pilar utama dalam public speaking (Lucas, 2009). Minimal, kita harus mencari tahu siapa yang akan menjadi audiens kita, serta bagaimana latar belakang mereka, sehingga kita dapat melakukan penyesuaian gaya penyampaian dan materi presentasi yang sesuai dengan karakter diri dan audiens yang dihadapi.
Ketiga, kuasai materi dan gunakan alat bantu yang tepat. Menguasai materi dan menggunakan alat bantu secara tepat merupakan elemen krusial dalam praktik public speaking yang sukses. Pemahaman mendalam terkait substansi materi yang akan disampaikan, dapat membangun rasa percaya diri dan memungkinkan pembicara untuk menyampaikan informasi secara jelas dan akurat. Penggunaan alat bantu visual seperti slide presentasi, gambar, atau video dapat membantu audiens untuk lebih mudah memahami pesan yang disampaikan. Contohnya saja, dalam suatu kegiatan sosialisasi tentang kesehatan dan bahaya merokok. Seorang pembicara sebaiknya melakukan riset sederhana yang relevan untuk menambah referensinya, kemudian mempersiapkan alat bantu berupa gambar anatomi tubuh manusia atau ilustrasi yang menggambarkan seseorang yang terjangkit kangker paru akibat merokok. Hal tersebut dapat meningkatkan efektivitas komunikasi serta membantu audiens untuk memahami penjelasan terkait tema yang disampaikan..
Terakhir, berlatih dan lakukan evaluasi. Dalam dunia public speaking, praktik adalah esensi, menguasai teori tanpa berlatih untuk mempraktikannya ibarat membangun kastil di atas pasir. Public speaking adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan dikembangkan dengan latihan yang tekun dan konsisten. Semakin banyak berlatih, maka akan semakin baik performa kita di depan audiens. Bayangkan jika seorang dosen diberi tugas untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan di masa depan, namun karena tak terbiasa berbicara di depan orang banyak, ia sering kali merasa takut dan grogi, sehingga terpaksa menolak tugas tersebut. Tentu saja hal ini merupakan hambatan yang besar bagi karirnya sebagai dosen. Biasanya, gejala yang timbul atas ketakutan berbicara di depan orang banyak berbeda pada setiap individu. Ada orang yang merasa gelisah, mengeluarkan keringat berlebih, anggota tubuh tremor atau gemetar, bahkan pada beberapa kasus juga dapat menyebabkan black out atau pingsan. Melakukan latihan secara rutin dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut, misalnya dengan berlatih berbicara di depan cermin, membuat rekaman video, atau meminta teman dan keluarga untuk membantu dan memberikan saran atau evaluasi terkait hal-hal yang perlu ditingkatkan. Evaluasi sederhana dapat dilakukan baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain, sehingga memungkinkan kita untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan ketika melakukan praktik public speaking. Jadikan proses latihan dan evaluasi sebagai momentum pembelajaran dan pengembangan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Mengasah keterampilan public speaking adalah salah satu jalan yang dapat kita tempuh sebagai upaya untuk berkontribusi kepada masyarakat. Melalui komunikasi yang efektif, seseorang dapat menyebarkan kebaikan, menebar manfaat, dan memberikan pengaruh positif melalui perkataannya.
Bagi seorang kader Muhammadiyah, public speaking tentu menjadi salah satu aspek vital yang harus dikuasai. Terutama untuk menunjang aktivitas dakwah demi menciptakan peradaban yang berlandaskan pada nilai-nilai islam. Hal ini sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh Prof. Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam suatu kajian keagamaan yang menyatakan bahwa “dakwah Muhammadiyah haruslah berkemajuan, menyentuh semua aspek kehidupan, dan membawa rahmat bagi semesta alam.” Dengan menguasai public speaking, para kader Muhammadiyah diharapkan dapat berkomunikasi dan menyampaikan pesan secara jelas, lugas, menarik, dan menyentuh hati audiens, sehingga mampu mendorong audies untuk memahami, mengamalkan, dan menyebarkan nilai-nilai islam dalam kehidupan sehari-hari.
Jika para kader dan anggota persyarikatan Muhammadiyah memiliki keterampilan public speaking yang baik, maka hal tersebut juga dapat membawa banyak dampak positif, baik bagi individu, organisasi, maupun masyarakat luas. Seperti meningkatkan kredibilitas, kepercayaan publik, juga citra yang positif bagi organisasi Muhammadiyah, sehingga peluang kolaborasi dan kemitraan akan terbuka lebih luas lagi. Oleh karena itu, sangat penting bagi Muhammadiyah untuk terus membina dan meningkatkan kemampuan public speaking para kader dan anggota peryarikatannya, sebagai tools untuk mencapai tujuan dakwah, yaitu rahmatan lil alamin atau menjadi rahmat bagi semesta alam.