Membangun Jiwa Intelektual Mahasiswa Melalui PKM

Membangun Jiwa Intelektual Mahasiswa Melalui PKM
Ilustrasi : KSU/Fildzah

Pak eko, saya mau konsultasi soal PKM neh pak, tapi saya masih bingung mau bikin apa. Apa idenya harus yang wow banget gitu, Pak?” seorang mahasiswa bertanya dengan garuk kepala ketika menemui saya di ruang dosen.

Gak harus besar. Yang penting bermanfaat, bisa diterapkan, dan sesuai minat kalian ajah. Gini ajah, kita ngopi sambil diskusikan bareng, Kuy” jawab saya sambil meluncur diskusi dengan  mahasiswa tersebut untuk memetakan ide-idenya.

Percakapan semacam ini sering terjadi setiap kali musim penyusunan proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dimulai. Bagi mahasiswa, PKM sering menjadi tantangan sekaligus peluang untuk menggali potensi diri. Namun, lebih dari itu, PKM adalah sarana strategis untuk menumbuhkan jiwa intelektual dan keterampilan kolaborasi mahasiswa, serta membentuk mereka menjadi akademisi yang inovatif dan mampu berkontribusi nyata bagi masyarakat.

Wadah Pengembangan Jiwa Intelektual

PKM bukan hanya sekadar ajang kompetisi. Ini adalah program yang mengusung filosofi Tri Dharma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Melalui PKM, mahasiswa diajak untuk berpikir kritis, kreatif, dan sistematis dalam merancang sebuah proyek.

Dalam teori komunikasi, PKM dapat dilihat melalui lensa Teori Difusi Inovasi dari Everett Rogers. Sebagai sebuah program nasional, PKM bertujuan memotivasi mahasiswa menjadi agen perubahan yang mampu menciptakan serta menyebarkan inovasi ke masyarakat. Dengan topik dan kategori yang terarah, PKM membantu mahasiswa memfokuskan perhatian mereka pada berbagai isu penting, seperti pengembangan teknologi, pemberdayaan masyarakat, atau kewirausahaan. Proses ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menggali permasalahan masyarakat, menciptakan solusi kreatif, dan mempromosikan penerapan ide-ide tersebut secara lebih luas.

Selain itu, PKM juga sejalan dengan Teori Belajar Sosial dari Bandura, yang menekankan pentingnya observasi, model, dan interaksi sosial dalam pembelajaran. Dalam tim PKM, mahasiswa tidak hanya belajar dari dosen pembimbing tetapi juga melalui diskusi dengan anggota tim serta umpan balik dari reviewer. Proses ini mengasah kemampuan mereka dalam kolaborasi, negosiasi, dan problem solving, semua keterampilan ini sangat diperlukan di dunia kerja.

Membentuk Mahasiswa dengan Pendekatan Holistik

PKM dirancang untuk membentuk mahasiswa secara holistik. Di tahap perencanaan, mahasiswa diajak memahami problem-solving approach, mulai dari identifikasi masalah, pengumpulan data, analisis, hingga menghasilkan solusi yang dapat diimplementasikan. Proses ini tidak hanya melatih kemampuan kognitif tetapi juga keterampilan teknis, seperti menulis ilmiah dan mengelola proyek.

Di tahap implementasi, mahasiswa dilatih untuk menjadi agen perubahan di masyarakat. Contohnya, melalui PKM-M (Pengabdian kepada Masyarakat), mahasiswa berperan aktif dalam memberdayakan komunitas tertentu, seperti petani, UMKM, atau masyarakat marjinal. Pendekatan ini sejalan dengan Teori Diffusion of Innovations dari Everett Rogers, yang menjelaskan bagaimana ide-ide baru menyebar dan diterima oleh masyarakat melalui interaksi sosial.

Antara Tantangan dan Peluang

Meski menawarkan banyak peluang, PKM juga memiliki tantangan. Banyak mahasiswa merasa kesulitan menemukan ide yang orisinal atau menyusun proposal yang sistematis. Di sinilah dosen berperan penting sebagai fasilitator dan motivator. Dalam konteks ini, Teori Komunikasi Instruksional menekankan bahwa komunikasi antara dosen dan mahasiswa harus bersifat dialogis, mendukung, dan memberikan umpan balik yang membangun.

Bagi mahasiswa, PKM adalah kesempatan untuk melatih keberanian mempresentasikan ide, menulis artikel ilmiah, dan membangun jejaring dengan sesama akademisi di ajang PIMNAS. Pengalaman ini memberikan nilai tambah yang tidak bisa dinilai hanya dari angka di transkrip akademik.

PKM sebagai Investasi Masa Depan

Di era globalisasi dan digital seperti sekarang, mahasiswa dituntut untuk menjadi individu yang kreatif, adaptif, dan solutif. PKM membuka ruang bagi mahasiswa untuk melatih kemampuan-kemampuan tersebut sejak dini. Dengan bimbingan yang tepat dan semangat yang kuat, mahasiswa mampu menghasilkan karya yang tidak hanya membanggakan diri mereka sendiri, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.

Sebagai dosen, saya merasa bangga melihat mahasiswa yang awalnya datang dengan ide sederhana akhirnya mampu merealisasikan proposal mereka menjadi karya yang berdampak luas. PKM adalah bukti bahwa pendidikan bukan sekadar soal nilai akademik, melainkan juga tentang pembentukan karakter dan pemberdayaan potensi mahasiswa.

Jadi, sudah siapkah Anda menjadi bagian dari perubahan melalui PKM?