Keseragaman Kalender Islam

Keseragaman Kalender Islam

Pada akhir Ramadhan lalu (18/4) dalam kegiatan Media Gathering di Yogyakarta, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nasir, menyatakan bahwa keseragaman hari raya melalui metode hisab adalah keniscayaan.

Beliau mencontohkan bagaimana dahulu Kiai Ahmad Dahlan menyempurnakan arah kiblat berdasarkan ilmu falak (astronomi) dan ilmu bumi (geografi). Ikhtiar Kiai Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah untuk menyeragamkan dan menyempurnakan arah kiblat membutuhkan lebih kurang 100 tahun agar masyarakat paham dan menerima, dan hal tersebut terbukti dan dikuatkan dengani ketetapan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama, melalui sertifikasi arah kiblat.

Keyakinan Ketum PP Muhammadiyah terkait penyeragaman hari raya ini wajib diaminkan oleh kita semua. Bahkan, keseragaman penetapan hari raya khususnya Idulfitri dan Iduladha kemungkinan bisa lebih cepat terjadi dibanding dengan penyempurnaan dan penyeragaman arah kiblat yang membutuhkan waktu sekitar seratus tahunan. Bukan hal yang mustahil apabila dalam 10-20 tahun yang akan datang keseragaman penetapan hari raya (kalender Islam) dapat terjadi. Keyakinan tersebut didasari 3 (tiga) alasan kuat.

Pertama,  Teknologi dan Informasi. Perkembangan teknologi informasi pada saat ini dapat membantu penyebaran ilmu pengetahuan dan informasi melalui berbagai platform media. Saluran media sosial sudah sangat masif digunakan oleh sebagian besar masyarakat indonesia. Masyarakat bisa mendapatkan informasi dengan mudah di manapun dan kapanpun.  Informasi mengenai penjelasan secara sistematis dengan menggunakan logika dasar tentang perhitungan kalender berdasarkan ilmu falak memudahkan masyarakat menerima bahwa ketetapan dan perhitungan peredaran bulan dapat dilakukan dengan akurat. Perhitungan tersebut dapat diketahui untuk kondisi puluhan bahkan ratusan tahun yang akan datang. Perhitungan astronomi yang dapat diterima dengan nalar tersebut akan membuat masyarakat paham dan meyakini bahwa penentuan awal ramadhan dan hari raya melalui hisab wujudul hilal adalah valid dan dapat diterima.

Kedua, dalam beberapa tahun kedepan jumlah populasi gen Z dan gen alpha terus menggerus prosentase keberadaan gen boomer dan gen X yang  berkarakter flat dan kaku, enggan melakukan konfrontasi dan breaking the rule. Stillman (2017) mengemukakan bahwa Karakter gen z adalah pendobrak hal-hal yang mereka anggap tidak sesuai dengan logika dan peraturan, teamwork atau kolaborasi dan mahir teknologi/digitalisasi. Lihat saja bagaimana sebuah video pendek yang berisi pendapat seorang mahasiswa tentang kebobrokan pembangunan di salah satu provinsi di Sumatera beberapa waktu lalu menjadi viral. Tidak hanya cara kerja pejabat yang “ditelanjangi” oleh netizen, akan tetapi jejak digital masa lalunya, kekayaan bahkan keluarga mereka di”kuliti” habis. Karakteristik generasi Z ini memberikan efek yang besar bagi perubahan dan reformasi sistem birokrasi, terutama birokrasi pemerintahan. Hal teknis seperti penentuan awal ramadhan dan hari raya dapat dilakukan dengan penggunaan kemajuan teknologi dan digitalisasi.

Ketiga, banyaknya kajian, seminar dan diskusi di masyarakat. Pembahasan dan diskusi tentang perhitungan kalender berdasarkan ilmu astronomi banyak dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa perhitungan berdasarkan keilmuan dapat diketahui dengan mudah. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan Kiai Dahlan, bahwa penolakan terhadap pembaharuan (tajdid) terjadi karena kurangnya pengetahuan, sehingga metode dakwah yang digunakan tidak frontal tetapi dengan cara mendekati dan merangkul yaitu dengan memberikan ilmu dan pengetahuan.

Diharapkan keseragaman kalender Islam dapat berdampak positif bagi masyarakat. Pertama, dampak sosial. Adanya kepastian dalam masyarakat dalam mengatur jadwal kegiatan mereka dikarenakan tidak ada kemungkinan hari Raya bergeser. Masyarakat dapat menentukan jadwal mudik, memesan tiket transportasi dan lain sebagainya. Selain itu, Berkurangnya gesekan sosial dan perdebatan yang berulang setiap tahun tentang perbedaan penetapan awal bulan (ramadhan dan hari raya). Kedua, Penetapan hari raya dengan metode hisab juga membantu dunia bisnis terutama UMKM.

Pelaku usaha membutuhkan kepastian dalam berusaha, setidaknya kepastian regulasi, hukum dan birokrasi.  Salah satu kepastian yang sangat dibutuhkan adalah penetapan hari raya yang dilakukan jauh hari. Kepastian penetapan hari raya akan berdampak pada penetapan libur perusahaaan, pengaturan jadwal kerja karyawan, persediaan bahan baku dan operasional usaha lainnya.

Semua variabel tersebut berdampak pada cost atau biaya.  Ketiga, the last but not least, kepastian penetapan hari raya berdampak pada rumah tangga, dimana ibu-ibu mempunyai kepastian dalam menyiapkan makan dan hidangan lebaran. Mereka tidak perlu was-was untuk menghangatkan makanan dan hidangan karena adanya pergeseran hari raya yang ditentukan oleh pemerintah.

Keseragaman dan kepastian penetapan waktu hari raya (kalender Islam) oleh pemerintah tidak menafikan ijtihad ormas lainnya yang memilih sistem ruyah dalam penentuan awal bulan. Penentuan ini hanya semata-mata memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha untuk membuat perencanaan terkait kegiatan di hari raya secara nasional, sehingga kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat akan berjalan dengan baik, dan sekurangnya, anggaran biaya sidang isbat dapat dialihkan pada kegiatan yang lebih bermanfaat dan berdampak pada umat. Walllahu a’lam.

pkv games
bandarqq
dominoqq
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/dominoqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/bandarqq/
https://themeasuredmom.com/wp-includes/js/pkv-games/