Bolehkah Bercanda saat Ceramah?

Bolehkah Bercanda saat Ceramah - Dr Saiful Bahri Lc MA
Bercanda menjadi hal yang disukai orang-orang di tengah kepenatan aktivitas sehari-hari. Beberapa jenis kegitan bahkan diselipkan candaan agar tidak monoton, kaku dan membosankan.

Misalnya saja dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru kerap menyelipkan candaan untuk mencairkan suasana agar muridnya tidak mengantuk dan tegang. Bercanda disertai komedi juga biasanya menjadi sarana dalam menyampaikan pesan, contohnya ceramah dan dakwah keagamaan.

Para dai kerap menggunakan berbagai pendekatan dan gaya khas agar jamaah pengajian nyaman dan tidak bosan selama menyimak ceramah. Namun, bercanda dan komedi kerap kali meninggalkan bekas berupa ketersinggungan dan sejenisnya.

Dosen sekaligus Ketua Program Studi Doktor Manajemen Pendidikan Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta (MPI SPs UMJ) Dr. Saiful Bahri, Lc., MA., menjelaskan tentang prinsip dalam berkomedi dan bercanda yang diperbolehkan dalam Islam. Agama Islam tidak melarang umatnya bercanda, akan tetapi harus memerhatikan materi candaan.

“Nabi juga pernah bercanda. Namun ada konteks yang perlu diperhatikan. Pertama, material candaan tidak boleh mengandung dusta melainkan fakta. Kedua, tidak bertentangan dengan sesuatu yang sudah diisyaratkan dalam ajaran Islam,” kata Saiful.

Pertama, material candaan berupa fakta. Seseorang saat bercanda dan berkomedi tidak boleh dusta. Nabi Muhammad Saw. pernah bercanda dengan seorang nenek. Saat itu Nabi mengatakan pada nenek itu bahwa di surga tidak akan ada orang tua.

Hampir saja nenek itu bersedih, kemudian nabi langsung menjelaskan bahwa di surga tidak ada orang tua karena semua manusia akan kembali muda.

Kedua, tidak bertentangan dengan agama Islam. Pada poin ini, Saiful menegaskan beberapa contoh hal yang tidak semestinya dilakukan saat bercanda. Dalam QS. Al-Hujurat ayat 13 dijelaskan, setiap manusia tidak boleh saling mengolok-olok, merendahkan, atau menghina.

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.

“Tujuan bercanda itu supaya tidak terlalu tegang dan berat, sebagai hiburan, hukumnya boleh. Baik pelaku (content creator atau comedian) maupun penikmat candaan, itu boleh. Hanya saja dua poin itu yang harus diperhatikan. Termasuk mengolok-olok yang berkaitan dengan agama kita dan agama orang lain,” ungkap Saiful.

Anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah ini menekankan, kedua hal penting tadi termasuk juga tidak menjadikan agama atau hal-hal yang disucikan agama Islam, dan agama selain Islam sebagai bahan candaan. Dalam QS Al-An’am ayat 108 dijelaskan larangan mencaci maki sesembahan selain Allah.

وَلَا تَسُبُّوا۟ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ فَيَسُبُّوا۟ ٱللَّهَ عَدْوًۢا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.

Saiful yang juga kerap menyampaikan ceramah, berpesan pada pelaku komedi maupun public speaker agar senantiasa berpikir sebelum berkata. Menurutnya, kata-kata kalau sudah keluar tidak bisa dicabut.

“Ibaratnya paku yang menancap di kayu. Itu pakunya bisa dicabut, tapi bekasnya masih tertinggal. Sebelum kita bercanda, perlu dipikirkan matang-matang. Apalagi kalau tidak passion nanti selain komedinya garing, bisa menyinggung orang lain,” kata Saiful.

Penulis:  Dinar Meidiana
Editor: Dian Fauzalia

Kata Pakar Lainnya