Isu megathrust kembali mencuat di pertengahan 2024. Gempa bumi dengan kekuatan besar ini juga pernah terjadi di Indonesia pada 2004, tepatnya di Aceh hingga menyebabkan tsunami dan menelan korban hingga ratusan ribu jiwa.
Menghadapi potensi ancaman bencana alam, masyarakat perlu mengetahui tindakan yang tepat agar dapat menyelamatkan diri. Pengalaman gempa di Kobe, Jepang, pada 1995 mencatat fakta bahwa sebesar 34,9 persen korban selamat karena memiliki pemahaman cara menyelamatkan diri.
Korban selamat dengan bantuan anggota keluarga sebesar 31,9 persen. Sementara korban selamat karena pertolongan teman dan tetangga sebesar 28,1 persen.
Maka dari itu, penting bagi masyarakat mengetahui dan memahami tindakan penyelematan diri saat terjadi bencana, dalam hal ini gempa bumi. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKM UMJ) yang juga ahli K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) drg. Dihartawan, MKKK., membagikan tips menyelamatkan diri saat terjadi gempa bumi.
Dihartawan menjelaskan manajemen bencana gempa bumi yang digambarkan melalui sebuah siklus. Siklus itu terdiri dari tiga tahap yaitu pra bencana, saat terjadi bencana, dan pasca bencana.
Untuk meminimalisir korban saat terjadi bencana, masyarakat dapat memaksimalkan pada tahap pra bencana dengan tindakan mitigasi, pencegahan dan kesiapsiagaan.
Rencana Darurat Keluarga dan Tas Siaga Bencana
Lingkungan paling kecil dan efektif untuk mengedukasi dan mempersiapkan menghadapi potensi ancaman bencana menurut Dihartawan adalah keluarga. Ia menjelaskan, sebuah keluarga di rumah perlu memiliki rencana darurat keluarga.
Rencana itu mencakup tindakan-tindakan sederhana yang dapat dilakukan bersama anggota keluarga. Pertama, menganalisis ancaman di sekitar seperti benda menggantung, posisi rak atau lemari, dan konstruksi bangunan yang retak.
Kedua, menetapkan titik kumpul dan rute evakuasi. Ketiga, mengetahui, menghafal dan menyimpan kontak darurat. Keempat, mengidentifikasi lokasi untuk mematikan aliran air, listrik, dan gas. Kelima, mengidentifikasi titik aman di dalam bangunan rumah untuk belindung seperti kolong meja, dan sudut bangunan (dikenal dengan triangle of life).
Keenam, mengidentifikasi anggota keluarga yang memiliki kerentanan seperti anak-anak, lansia, ibu hamil dan penyandang disabilitas.
Dihartawan juga menyarankan agar menyiapkan sebuah tas siaga berisi benda penting yang akan diperlukan saat terjadi bencana.
Tas siaga itu berisi air minum dan makanan secukupnya, obat-obatan dan P3K, lampu senter lengkap dengan baterai, radio, uang tunai secukupnya dan dokumen penting, pakaian, jaket dan sepatu, serta alat sanitasi seperti tisu basah, hand sanitizer, perlengkapan mandi dan pembalut Wanita.
“Sebaiknya tas yang digunakan jenis ransel atau backpack agar mudah dibawa. Selain itu juga semua benda itu jangan dimasukkan ke dalam satu tas, melainkan beberapa tas agar saat dibawa tidak terlalu berat. Sebaiknya tas siaga itu disimpan di dekat akses jalan keluar,” kata Dihartawan.
Tindakan Penyelamatan Saat Terjadi Gempa Bumi
Pada tahap terjadi gempa bumi, Dihartawan menyarankan agar masyarakat mengetahui tindakan tepat agar selamat.
Gempa bumi biasanya akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu saat terjadi gempa itu, masyarakat perlu mengupayakan keselamatan diri. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi bagian kepala dan leher.
“Posisi kepala merunduk. Kalau berlindung di bawah meja, pastikan mejanya kuat dan kokoh sehingga apabila ada reruntuhan dapat melindungi badan,” kata Dihartawan.
Jangan lupa mematikan aliran gas dari kompor dan aliran listrik untuk mencegah kemungkinan terjadi kebakaran. Jauhi kaca, perhatikan benda-benda yang kemungkinan membahayakan badan seperti pecahan kaca, reruntuhan genteng atau material lain.
Jangan berdiri dekat tiang, pohon, sumber listrik atau bangunan yang mungkin roboh. Agar dapat bertindak cepat dan spontan pada saat terjadi gempa, Dihartawan menyarankan agar melalukan simulasi penyelamatan diri saat gempa terlebih lingkungan gedung perkantoran.
Bagi masyarakat yang kesehariannya beraktivitas di kantor, perlu mengetahui letak APAR (Alat Pemadam Api Ringan), tangga darurat, jalur evakuasi dan titik kumpul.
Edukasi kesiapsiagaan bencana sangat penting bagi masyarakat khususnya yang berada di wilayah dengan potensi bencana yang tinggi seperti Indonesia.
Oleh karenanya Dihartawan merekomendasikan agar masyarakat dapat mengedukasi diri dengan mengakses informasi resmi agar terhindar dari berita dan informasi hoax seputar bencana alam.
Beberapa portal informasi dan media yang dapat menjadi referensi ialah media sosial BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Masyarakat juga perlu menyimpan nomor darurat BNBP 117 yang melayani 24 jam.
“Saya berharap kesadaran masyarakat terhadap kesiapsiagaan bencana semakin meningkat. Kita kan memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana setiap tanggal 26 April, semoga dengan adanya itu kita selalu ingat dan mempersiapkan diri dengan baik,” ungkap Dihartawan.
Editor : Dian Fauzalia