Oleh : Achmad Rayhan

Achmad Rayhan, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UMJ.


Bagi saya sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi, kurang lengkap rasanya kalau tidak memiliki kemampuan public speaking. Terlebih untuk orang-orang yang mengambil peran di depan layar, kemampuan ini adalah harga yang tidak bisa ditawar. Bagi saya public speaking itu tidak sekadar “ngomong” tapi pada praktiknya banyak keputusan-keputusan yang harus diambil dengan cepat dan tepat, diperlukan mental yang kuat serta kadar percaya diri yang cukup. Semuanya dapat dikembangkan melalui latihan dan jam terbang.

Seperti yang disebut banyak orang bahwa untuk mencapai sesuatu memerlukan sebuah proses, begitupun dengan saya mempelajari public speaking yang sudah dimulai sejak SMP hingga sekarang. Sejak SMP saya mulai belajar bagaimana caranya public speaking. Pada saat itu saya merasa bahwa public speaking adalah kemampuan yang mudah untuk digapai, namun realita dunia ini tidak seindah ekspektasi anak SMP yang banyak omong seperti saya.

Banyak kejadian kurang menyenangkan paada awal praktik public speaking khususnya pada saat pertama kali naik ke atas panggung, seperti blank materi, ditertawakan dan gugup sampai menangis diatas panggung. Namun alhamdulillah pengalaman tersebutlah yang mengantarkan saya sampai seperti sekarang. Mungkin ada satu cerita yang menurut saya layak untuk dikenang dan diceritakan yaitu cerita tentang asal-usul terjunnya seorang Achmad Rayhan di dunia public speaking.

Seperti yang sudah disebut di awal bahwa SMP adalah awal dari perjalanan public speaking saya, dikenal sebagai anak yang banyak omong di kelas tentu membuat banyak guru risih dan tidak menyukai keberadaan saya. Namun berbeda dengan Pak Kusnadi satu-satunya guru yang justru melihat itu sebagai potensi dalam diri saya.

Beliau kerap mengarahkan saya untuk mulai serius belajar pidato, menjadi pembawa acara dan sebagainya. Dengan kepercayaan diri yang belum stabil dan kenaifan anak SMP (hingga saat ini) saya menggampangkan instruksi beliau. Singkat cerita, tibalah saat saya harus berhadapan dengan momen dimana harus berbicara di depan umum untuk yang pertama kalinya.

Pada awalnya semua berjalan dengan lancar, saya berhasil melontarkan kata demi kata hingga saya sadar bahwa saya telah berbicara ngelantur sejak awal. Saya berbicara tanpa arah dan keluar dari materi yang seharusnya saya sampaikan yang mana membawa ke momen berikutnya yaitu blank materi yang membuat saya mematung untuk beberapa saat.

Saya dapat melihat dengan jelas mata-mata audience yang menatap tajam ke arah saya, air mata mulai mengembang memenuhi mata, saya tak kuat menahan malu, lalu pada saat itu tanpa pikir pajang saya langsung menutup dengan salam dan bergegas secepat mungkin untuk turun panggung. Setelah kejadian itu barulah saya sadar bahwa public speaking itu tidak sekedar “ngomong” dan diperlukan persiapan serta latihan yang intens.

Achmad Rayhan menerima penghargaan Best Presenter dalam SILAT APIK, Desember 2022.

Sepanjang pengalaman saya, hal penting yang perlu diterapkan dalam public speaking adalah konektivitas antara speaker dan audience, bagaimana caranya membuat audience ikut merasakan apa yang speaker katakan dan jujur saya pun masih dalam tahap belajar untuk sampai ke tingkat tersebut. Selain itu, speaker juga memerlukan persona dan tiap speaker tentunya memiliki persona yang berbeda. Saya memilih persona witty and fun dengan menghibur audiens menggunakan kalimat-kalimat yang cerdik dan lucu adalah salah satu kartu AS saya dalam public speaking.

Untuk saat ini saya cukup aktif mengembangkan kemampuan public speaking saya lewat acara-acara kampus dan lomba. Lomba yang belum lama ini saya ikuti dan berhasil meraih juara adalah lomba yang diselenggarakan oleh Silaturahmi Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyah 2022 di Ponorogo (SILAT APIK). Pada ajang tersebut saya keluar sebagai Best Presenter.

Achmad Rayhan (kiri) seusai Public Speaking Competition di Telkom University, Bandung, 20 Mei 2023.

Lomba terbaru yang saya ikuti adalah Public Speaking Fest 2023 yang diadakan oleh Telkom University di Bandung. Saya berhasil mengalahkan tuan rumah dengan meraih Juara 2 dari total tujuh finalis. Pengalaman lainnya yang berkaitan dengan public speaking adalah ketika ada program kerja sama FISIP UMJ dengan perguruan tinggi India yaitu Ankeekya DY Patill Uniersity (ADYPU) dan Abhinav Education Society.

Dari program tersebut kemampuan public speaking dan Bahasa Inggris saya benar-benar diuji karena saya menjadi ketua kelompok. Tak jarang saya berperan menjadi penerjemah untuk para teman-teman dari India.

Achamd Rayhan dalam Program Pengabdian Masyarakat Internasional bersama mahasiswa dari ADYPU dan Abhinav Education Society, 8 November 2022.

Banyak pengalaman-pengalaman yang berkesan juga selama saya belajar di FISIP UMJ, mungkin satu hal yang sangat menonjol dan membantu saya berkembang yaitu kepercayaan serta dukungan yang saya dapat dari Ketua Prodi dan para dosen. Menurut saya lingkungan yang supportive sangat penting dalam suatu instansi pendidikan, karena banyak mahasiswa yang sejatinya punya potensi besar terbuang begitu saja karena tidak adanya bimbingan serta perhatian yang cukup dari para pengajarnya. Saya sangat bersyukur bisa mendapatkan itu semua di FISIP UMJ terlebih di prodi Ilmu Komunikasi.

Saya bersyukur telah memutuskan untuk belajar public speaking sejak awal sehingga saya dapat memetik banyak manfaatnya pada hari ini. Tentunya perjalanan saya masih sangat panjang, masih banyak pengalaman-pengalaman manis dan agak pahit yang telah menunggu saya diluar sana.

Editor : Tria Patrianti

<strong>Achmad Rayhan</strong>

Achmad Rayhan

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UMJ

Kamu mahasiswa aktif UMJ? Punya pengalaman yang menarik untuk dibagikan? Silakan tulis pengalamanmu dalam 700-1400 kata, lalu kirim ke email ksu@umj.ac.id. Tulisan yang terpilih akan dimuat di Kolom Mahasiswa website www.umj.ac.id.