Sarasehan FIP UMJ Bahas Transformasi Sistem Pendidikan Menuju Generasi Emas 2045

Oleh :
Alwi Rahman Kusnandar
Sarasehan pendidikan nasional FIP UMJ yang berlangsung di Auditorium FIP UMJ, Selasa (28/05/2025). (Foto: KSU/Fahri)
Sarasehan pendidikan nasional FIP UMJ yang berlangsung di Auditorium FIP UMJ, Selasa (28/05/2025). (Foto: KSU/Fahri)

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FIP UMJ) menyelenggarakan sarasehan pendidikan nasional yang membahas transformasi sistem pendidikan Menuju Generasi Emas 2045.

Baca juga: Seminar Deep Learning FIP UMJ, Ajak Guru Ciptakan Modul Ajar Integrasi Teknologi

Sarasehan yang berlangsung di Auditorium FIP UMJ, Rabu (28/05/2025) mengusung tema ”Dari FIP UMJ untuk Pendidikan Indonesia”. Kegiatan ini juga menjadi momentum reuni akbar Ikatan Alumni (Ikalum) FIP UMJ).

Sarasehan ini menghadirkan dua narasumber yakni Anggota Pimpinan Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal (Majelis Dikdasmen PNF) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ir. Ananto Kusuma Seta, Ph.D. dan Pengembang Kurikulum Ahli Madya Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Dr. Fathur Rohim.

Salah satu narasumber, Ananto menegaskan pentingnya transformasi menyeluruh dalam sistem pendidikan Indonesia untuk mencapai visi Generasi Emas 2045.

”Yang pertama, transformasi mindset dari fixed mindset menjadi growth mindset yaitu Mengubah peran guru dari pemberi pengetahuan menjadi pemandu pembelajaran, komunitas praktisi juga dibentuk untuk mendorong inovasi pedagogis,” ujarnya.

Selanjutnya, Ananto menyampaikan transformasi lainnya yaitu pembaruan kurikulum dari pendekatan supply-driven ke demand-driven, metode pengajaran teoritis menjadi reflektif dan berbasis pengalaman, pemanfaatan teknologi dengan meningkatkan kompetensi digital dan literasi data, serta kolaborasi melalui Teacher Residency Program.

Lebih lanjut, Ananto menekankan pentingnya asesmen autentik, formatif, dan berbasis portofolio yang menekankan proses berpikir dan umpan balik menyeluruh dari berbagai pihak.

”Fakultas harus aktif meneliti efektivitas model deep learning di kelas, serta Memadukan religi, sains, teknologi, seni, dan matematika dalam kurikulum,” tambahnya.

Transformasi yang terkahir, Ananto menekankan bahwa kampus bukan hanya tempat transfer pengetahuan, tetapi ruang eksperimen sosial yang inklusif dan reflektif, dengan arsitektur pembelajaran yang adaptif terhadap tantangan zaman.

Wakil Rektor II UMJ Prof. Dr. Ir. Mutmainah, MM., dalam sambutannya menyoroti tantangan penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam dunia pendidikan. Menurutnya, dosen harus mampu menyiasati tugas-tugas dan menyesuaikan pola pembelajaran yang kini telah berubah drastis.

“Kita hidup di era digital. Sebagai akademisi, kita tidak bisa mengatakan tidak tahu atau tidak mau tahu soal teknologi. Ini adalah keharusan,” ungkapnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya peran pendidik dalam mendampingi mahasiswa agar dapat menggunakan teknologi, termasuk AI, secara bijak. Ia berharap forum ini dapat menjadi laboratorium gagasan yang melahirkan pemikiran strategis untuk menjembatani kebijakan dengan realitas di lapangan.

Bersamaan diadakannya reuni akbar Ikalum FIP UMJ, Dekan FIP UMJ Prof. Dr. Iswan, M.Si menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi momentum kebangkitan Ikalum FIP yang sempat vakum. Dengan adanya pertemuan ini, diharapkan terbentuk formatur baru yang dapat menghidupkan kembali roda organisasi alumni.

Ia menegaskan bahwa alumni dan mahasiswa harus memahami perkembangan kebijakan pendidikan nasional yang terus berubah. Perubahan ini, menurutnya, menuntut para pendidik untuk tidak hanya menyesuaikan diri, tetapi juga menjalankan peran secara bertanggung jawab dalam membentuk karakter generasi masa depan.

“Mendidik anak bangsa hari ini adalah investasi untuk 40 tahun ke depan. Tugas pokok pendidik adalah mampu mengimplementasikan praktik baik dalam setiap langkahnya,” tuturnya.

Kegiatan ini ditutup dengan pembahasan dan penyampaian grand desain  serta restrukturisasi Ikalum FIP UMJ.

Editor : Dian Fauzalia