Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FISIP UMJ) Ella Syafputri Prihatini, S.I.P., MDP(Adv), Ph.D., menjadi pembicara pada webinar Kestra I melalui Zoom Meeting, Kamis (15/05/2025). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pusat Riset dan Kebijakan Strategis Asia Tenggara (PUSRIKESTRA) LPPM Universitas Jenderal Soedirman.
Baca juga : FISIP UMJ Gelar Seminar Internasional Bahas Proyeksi Pemerintahan Amerika Serikat di Era Donald Trump
Ella membahas materi tentang Implikasi Tarif Dagang AS terhadap Kawasan Asia Tenggara dan Strategi Adaptasi. Dalam penjelasannya, Ella menjabarkan bagaimana ketergantungan negara ASEAN seperti Indonesia, Vietnam, Malaysia, dan Filipina terhadap pasar Amerika Serikat.
Ella juga menjelaskan bahwa Amerika Serikat dan China terlibat saling balas menerapkan tarif dalam eskalasi perang dagang.
“Pada 1 Februari 2025, Presiden Donald Trump menetapkan tarif tambahan sebesar 10% terhadap China, yang kemudian dibalas oleh China dengan pemberlakuan tarif 15% untuk batu bara dan LNG pada 4 Februari 2025.” jelas Ella.
Situasi memuncak saat Menteri Perdagangan Jepang, Korea, dan China menggelar dialog pertama dalam lima tahun pada 30 Maret 2025. Puncaknya, lahirlah Liberation Tarif Day pada 2 April 2025.
Dalam pemaparannya, Ella juga menyampaikan bagaimana respon Indonesia terhadap tarif Trump tersebut.
“Presiden Prabowo menggelar sarasehan ekonomi pada 8 April 2025 dan meminta para menterinya mengulas dampak perang dagang Amerika-China. Tiga hari berselang, ia menyatakan kesediaan Indonesia menampung warga Palestina, mendukung rencana Trump mengosongkan wilayah tersebut.” jelasnya.
Pada 19 April 2025, Menko Perekonomian Airlangga dan tim dikirim ke Amerika, dengan peningkatan komitmen dagang dari 32% menjadi 47%. Indonesia juga berjanji membeli lebih banyak gandum dan produk agrikultur dari AS.
Ella berpendapat bahwa Indonesia terlalu tergesa-gesa menyikapi dinamika geopolitik global. Ia juga menegaskan bahwa kebijakan dan politik Indonesia harus dirancang secara lebih tenang dan tidak tergesa-gesa.
Pada kesempatan yang sama, Renny Miryanti selaku mahasiswa doktoral Ilmu Politik Universitas Indonesia menyoroti bahwa kebijakan tarif Amerika Serikat memicu dampak global yang signifikan. Akibatnya, ketegangan geopolitik pun meningkat dan memperburuk hubungan antarnegara. Selain itu, sistem perdagangan internasional turut terganggu karena rusaknya norma-norma yang selama ini dijunjung tinggi. Tidak hanya itu, rantai pasokan global pun ikut terdampak, sehingga menyebabkan ketidakpastian di berbagai sektor industri.
Mahasiswa Hubungan Internasional dari berbagai Universitas seperti Universitas Jenderal Soedirman dan Universitas Muhammadiyah Jakarta menghadiri kegiatan ini. Turut hadir Dr. Arif Darmawan, kepala PUSRIKESTRA LPPM Universitas Jenderal Soedirman.
Editor : Dian Fauzalia