Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta Dr. Ma’mun Murod, M.Si., ambil langkah strategis untuk turut serta mewujudkan program 5000 doktor yang dicanangkan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Program tersebut merupakan salah satu hasil rakernas yang digelar selama tiga hari sejak 2-4 Mei 2023 di JW Mariot Hotel Surabaya.
“Saat ini jumlah doktor di UMJ sudah di atas 33%. Ini saya kira capaian yang cukup bagus untuk UMJ dan tentu seiring dengan program dari Majelis Diktilitbang, kita akan melakukan sinergi dengan Majelis Diktilitbang termasuk melakukan pendataan terhadap dosen-dosen UMJ yang belum melakukan studi S3,” ungkap Ma’mun saat dimintai keterangan melalui pesan singkat, Kamis (04/05/2023).
Sejalan dengan program tersebut, UMJ telah mengeluarkan kebijakan terkait dengan peningkatan jumlah doktor. Kebijakan tersebut mengatur tentang dukungan UMJ terhadap dosen yang berusia di bawah 40 tahun untuk mengikuti kursus bahasa asing agar dapat mengajukan beasiswa baik LPDP atau beasiswa lainnya.
Sementara dosen dengan usia 40-48 tahun diberikan dukungan dalam hal pembiayaan studi doktor. Melalui kebijakan tersebut, Ma’mun berharap bahwa dengan 114 dosen yang sedang menempuh studi doktor, UMJ ditargetkan dalam dua tahun ke depan akan memiliki doktor sebesar 40%.
Menurut Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah yang dilansir dari Lamongan Network, rakernas merupakan upaya untuk menemukan solusi dan langkah terbaik untuk menyehatkan sekaligus membesarkan PTMA (Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah).
Bambang menyampaikan lima program AD HOC yaitu PTMA dalam genggaman, 5000 Doktor, 100.000 publikasi, Penguatan Al Islam dan Kemuhammadiyahan dan Penguatan PTMA. Gagasan tersebut mendapat respons positif dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang berkesempatan hadir memberikan sambutan sekaligus membuka Rakernas bersama Ketum PP Muhammadiyah.
Khofifah menyatakan bahwa program 5000 doktor yang dicanangkan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah merupakan program yang luar biasa dan berharap akan mendorong peningkatan kualitas SDM (sumber daya manusia) di Indonesia. Hal tersebut dapat menjadi salah satu solusi atas permasalahan SDM di Indonesia yang dapat dilihat dari Global Competition Talent Indeks 2022.
Indeks tersebut menunjukkan Indonesia berada di posisi 82, di bawah Thailand dan Malaysia. Menurutnya dengan jaringan PTMA yang tersebar di Indonesia dan ratusan guru besar, Muhammadiyah akan mampu memberikan terobosan inovasi dan mencapai kesuksesan bersama lewat kerja sama.
“Dengan kekuatan itu, saya yakin Muhammadiyah mampu memperbaiki SDM Indonesia yang tentu berdampak pada Global Competition Talent index dan Global Innovation Index,” ujar Khofifah.
Haedar menyampaikan bahwa ketertinggalan Indonesia dari bangsa lain menunjukkan adanya langkah yang kurang progresif atau salah langkah dalam membangun potensi. Oleh karenanya Haedar menegaskan pentingnya pembangunan yang dilakukan secara kolektif dari lintas sektor.
Oleh karenanya semangat Islam berkemajuan perlu dikontekstualisasikan menjadi sebuah pandangan dalam diri. “Saya melihat, Muhammadiyah punya peluang untuk menjawab tantangan Islam pada dunia sekuler,” kata Haedar.
Pandangan Islam berkemajuan yang berakar pada ayat-ayat Al-Qur’an dikontekskan sesuai dengan zaman dengan tidak meninggalkan unsur humanisme. Ia menjelaskan bahwa apabila digabungkan maka bisa menjadi gerakan yang mampu membangun peradaban.
Maka dari itu menurut Haedar, dibutuhkan sosok pemimpin yang memiliki kecerdasan analisis data sehingga dapat melahirkan langkah progresif. “Mudah-mudahan ini bisa jadi bahan diskusi dan inspirasi bagi kita semua,” ungkapnya.
Rakernas Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah dihadiri oleh Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pendidikan, Kebudayaan, dan Olahraga Irwan Akib, Ketua PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini, rektor dan sivitas akademika PTMA seluruh Indonesia.
Editor : Budiman